Kaki kecil itu melangkah dengan riang di atas salju yang cukup tebal, meninggalkan jejak-jejak sepatunya.
Sesekali matanya melihat kesana kemari mengagumi desa Hongsmeade yang begitu indah.
Dengan perasaan hangat, Lyra berjalan menuju kedai Broomstick untuk menemui Draco dan lainnya.
Namun, saat dia hampir tiba, Lyra tidak sengaja melihat Harry yang berlari tergesa-gesa.
Itu membuat dirinya merasa penasaran, entah sejak kapan perasaan seperti itu mulai muncul dalam dirinya.
Lyra mengikuti Harry, melihat pahlawan dunia sihir tersebut tengah duduk di bawah sebuah pohon, salju-salju yang berjatuhan sudah menutupi sebagian tubuh pemuda itu.
Ada siratan kekesalan bercampur sedih dimata hijau cerah itu.
Entah dorongan dari mana, Lyra berjalan mendekati pemuda tersebut, yang sukses membuat Harry mendongak untuk melihat.
Dia cukup terkejut karena melihat Lyra berdiri dengan memandang nya datar.
Lyra terlihat kikuk, tidak tau harus apa, ini di luar kebiasaan nya.
Harry menatap gadis itu intens, membuat Lyra semakin terlihat kikuk.
Pada akhirnya Lyra hanya diam, dan langsung duduk di samping Harry.
"Ada apa?" tanya Harry akhirnya, Lyra memandang Harry sebentar, gadis itu tidak menjawab apapun dan memilih memberikan Harry satu permen Bertie botts.
Harry menatap heran Lyra, tapi tetap menerima permen tersebut.
"Aku tidak tau apa rasanya, tapi berharap itu bisa sedikit membuatmu merasa lebih baik."
Harry terhenyak mendengar ucapan gadis di sampingnya itu, tidak menyangka gadis dengan wajah datar itu bisa bersikap peduli juga.
"Thanks," balas Harry dengan menaruh permen itu kedalam saku nya.
Mereka terdiam untuk beberapa saat, tidak ada yang ingin membuka percakapan, keheningan pun sudah cukup, menurut mereka.
"Boleh aku tanya sesuatu?" ujar Lyra akhirnya, Harry menoleh sesaat untuk melihat gadis itu lalu mengangguk.
"Ada apa dengan mu?" Harry menghela napas, ia memperhatikan salju-salju yang turun dengan cukup lebat.
Lyra masih menunggu jawaban Harry, tapi sepertinya pemuda itu tidak berniat menjawab apapun.
Lyra memutuskan untuk pergi saja, mungkin memang lebih baik untuk tidak ikut campur dalam urusan orang lain, seperti yang dikatakan Draco.
Namun, baru saja Lyra hendak berdiri, pemuda itu lebih dulu menjawab pertanyaan nya, hinggah Lyra mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Aku berdebat dengan Ron." Lyra diam, dan Harry melanjutkan perkataannya.
"Ini tentang wanita berjubah itu. Aku terus membicarakan nya, hinggah Ron bilang aku harus tenang, tapi aku malah membuat nya marah, dengan mengatakan Ron teman yang tidak pernah mengerti orang lain." jelas Harry dan kemudian dia diam, sembari memandang salju yang berjatuhan.
"Weasley benar, kau terlalu berlebihan." balas Lyra, Harry menoleh dan memberikan raut tak percya pada gadis itu.
"Kau terlalu berlebihan, Potter. Maksud ku, Weasley berusaha membuat mu lebih baik, tapi kau malah membuat nya kecewa." Harry tak mampu menjawab, perkataan Lyra memang benar.
"Menurut ku, kau tidak bisa menemukan teman seperti Weasley, yang siap mempertaruhkan nyawanya, demi membantu seorang teman. Weasley mungkin orang yang ceroboh, namun dia tulus dan tidak mengharapkan apapun. Jarang ada teman yang seperti itu." kata Lyra, membuat Harry menatap gadis itu penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? [Completed]
FanfictionHarry Potter-The Boy Who Lived. Pahlawan dunia sihir, putra dari James Potter dan Lily Evans. Harus mengulang tahun terakhir nya di Hogwarts, setelah perang melawan The Dark Lord. Bersamaan dengan penerimaan murid baru Hogwarts. Seorang gadis hadir...