Candice tersenyum puas, dia berjalan mendekati Lyra—yang segera mundur. Kemudian gadis itu duduk di atas ranjang, memandangi sang adik dengan seringai kepuasan.
"Caramu, bagaimana caramu bisa masuk ke sini?!"
Candice tertawa kecil, menanggapi pertanyaan nya, membuat Lyra jengah melihat perempuan itu.
"Seseorang, yang tidak pernah siapapun pikirkan," balas nya, setelah bersusah payah menghentikan tawa.
"Sudah cukup, Candice. Balas dendam mu, tak beralasan!"
Dalam sekejap, Candice berdiri dari duduknya. Bisa Lyra lihat, sorot perubahan dari manik segelap malam itu. Seperti, luka tikaman yang yang sengaja tak di sembuhkan, sehingga menjadi lebih dalam dan membusuk.
"Shut up!" Sergah Candice. "Balas dendam ku, adalah urusan ku. Sebagai seorang Emerson yang terkhianat, kau harus nya di pihak ku, Candence!"
Lyra memandang sendu sang kakak, kabut balas dendam sudah memenuhi seluruh jiwa nya. Memang tidak ada cara lain, selain harus melawan kakaknya sendiri.
"Sudah cukup, aku muak dengan balas dendam mu!" Lyra berjalan menuju tongkat nya, tapi dengan cepat, Candice sudah berada di belakang nya.
"Masih terlalu cepat, untuk membuat kakak mu ini kalah." bisik nya, tepat di telinga Lyra.
Candice mengunci leher nya, membuat Lyra sulit bergerak.
"Kau dan balas dendam mu, akan membuat dirimu kehilangan segalanya." ucap Lyra, terus berusaha melepaskan dirinya dari kuncian sang kakak.
"Aku sudah kehilangan segalanya, dan itu karena Dumbledore sialan itu!"
Lyra tersentak, suara Candice menembus dirinya. Sesuatu, yang terasa amat menyakitkan.
"Candence, kau memiliki darah Emerson. Tapi, kenapa kau malah berpihak pada mereka, ha?!"
Dapat ia rasakan, kekecewaan pada suara Candice. Tapi, seperti yang terlihat, itu hanyalah sebuah salah paham. Candice tidak bisa membalas dendam, yang pada akhirnya akan mengikutsertakan orang-orang yang tidak bersalah.
Lyra tidak menjawab, ia memilih terus memberontak, hingga satu kesempatan berhasil dirinya gunakan, dengan mendorong perut Candice, berhasil membuat nya terlepas.
Dengan sigap, jemari nya mencengkeram tongkat yang berhasil ia raih, membuat ujung tongkat tepat di wajah Candice.
"Diam, atau aku tidak segan-segan akan membunuhmu!"
Sekali lagi, itu hanya kebohongan. Sedikit pun, tidak pernah terlintas dalam benak nya untuk menyakiti satu sama lain. Jika bisa, Lyra ingin merengkuh Candice erat. Membawa nya dalam jalan kedamaian.
Sedang Candice, hanya memandang dengan sinis sang adik yang terlihat gemetar, memegang tongkat nya.
"Aku mati, kau mati. Tapi, aku tidak akan mati, sebelum menghancurkan mereka yang telah merenggut segalanya dari ku!"
"Kematian akan datang pada setiap jiwa yang hidup, apa salahnya jika aku mati sekarang? Setidaknya, itu akan menghentikan mu." Satu serangan berhasil dilayangkan Lyra, Candice yang tidak menyadari itu, jatuh kebelakang membentur meja rias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? [Completed]
FanfictionHarry Potter-The Boy Who Lived. Pahlawan dunia sihir, putra dari James Potter dan Lily Evans. Harus mengulang tahun terakhir nya di Hogwarts, setelah perang melawan The Dark Lord. Bersamaan dengan penerimaan murid baru Hogwarts. Seorang gadis hadir...