Harry merengkuh tubuh Lyra erat, membiarkan cairan amis itu menyelimuti nya.
Inilah mengapa dia sangat membenci rumus-rumus apapun yang di berikan padanya, karena dia harus belajar dan menerima bahwa rumus paling nyata adalah; rumus perpisahan.
Harry menggeleng keras, di bawa nya tubuh yang sudah semakin dingin itu dalam dekapan lebih hangat nya. Berharap tubuh itu akan kembali menghangat.
"Harry ... Sebagaimana matahari mencintai rembulan, hujan menyayangi bumi dan daun menunggu angin. Rasa ini abadi untuk mu ... Selalu, tidak peduli di manapun aku berada..."
Harry terdiam, membiarkan jiwa yang di cinta nya terenggut dalam dekap nya. Kilas kenangan akan mereka terlintas di benak Harry; bagaimana mereka bertemu, bagaimana percakapan pertama mereka, bagaimana ciuman hangat Lyra yang mampu menggetarkan hati nya. Semuanya melintas dengan cepat.
Harry menyadari, tidak banyak kenangan indah yang mereka alami. Tapi perasaan nya teramat alami pada gadis nya itu, karena Harry mencintai Lyra tanpa syarat.
Ketika Harry mencoba menyimpan segala kenangan di dalam jiwa nya.
Hermione menangis teramat keras di pelukan Ron.
Sedang Draco, pemuda itu bagaikan kaca yang telah hancur berkeping-keping. Sulit meluapkan emosi nya, ketika seluruh jiwa nya seakan ikut menghilang.
"Lyra!" Sephira setengah berlari, menghampiri Harry segera.
Di belakang nya, terdapat Luna dan Neville, yang tertegun melihat apa yang terjadi.
Tepat setelah pedang itu menembus Lyra, perlindungan Hogwarts perlahan memudar.
Sephira lekas menuju Hutan Terlarang, mengikuti perasaan nya.
Luna dan Neville segera mengejar gadis itu.
Sephira terduduk di hadapan Harry, yang masih merengkuh tubuh Lyra erat.
"Kenapa dia kosong, Harry? Kenapa tubuh nya dingin? Kenapa dia tidak bergerak? Apa dia tidur?"
Suara itu bergetar, Sephira membiarkan tangan nya basah oleh darah Lyra.
"Kenapa? Kenapa kalian hanya diam? Bawa dia ke Hogwarts sekarang!" Sephira berteriak keras, namun tidak ada satupun yang menganggapi nya.
Ia berteriak keras, mengeluarkan rasa sesak yang di rasakan nya.
"Bangun, ayo bangun. Jika kau tidak bangun, aku tidak akan menjadi teman mu lagi!" Pekik nya keras, dan sebagaimana pun ia memohon. Tidak akan ada sahutan dari tubuh itu, tidak akan pernah ada lagi.
Hujan turun dengan deras, seakan langit ikut menangisi kepergian Lyra.
Lyra telah pergi untuk selamanya, meninggalkan kenangan yang tidak akan di lupakan siapapun.
♦♦*♦♦
Perang akan selalu meninggalkan luka, entah dari pihak yang menang atau kalah.
Kemenangan di atas kematian orang-orang terkasih, selalu meninggalkan bekas yang tidak akan pernah bisa tersapu oleh apapun.
Sebagaimana waktu berjalan, sebagai itu pula kenangan semakin jauh melekat.
Hari ini, murid-murid tahun terkahir Hogwarts mengalami hari kelulusan. Meski ada canda tawa yang terdengar, rasa sepi nan pengap lebih terasa.
Matahari seakan enggan, memberi kehangatan nya. Ia memilih bersembunyi di balik awan kelabu. Membiarkan orang-orang di bawah sana, merasakan hembusan angin yang menusuk hingga ke tulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who? [Completed]
FanficHarry Potter-The Boy Who Lived. Pahlawan dunia sihir, putra dari James Potter dan Lily Evans. Harus mengulang tahun terakhir nya di Hogwarts, setelah perang melawan The Dark Lord. Bersamaan dengan penerimaan murid baru Hogwarts. Seorang gadis hadir...