• A Z A R G A S •
「 *O6. Menyerah 」"Trus?"
Adara menatap Jeffandra bingung tapi tak sanggup pula mengucapkan kata-kata bantahan. Ia benar-benar jatuh saat ini.
".. gue.... hiks..... " Bulir bening jatuh ke lapangan luas itu. Adara mengusap matanya yang memerah.
"gue... gabakal muncul... di kehidupan lo--
lagi.... " Bersamaan dengan keluarnya kata terakhir, tubuh gadis itu ambruk.
Sudut mata Jeffandra langsung menyipit dan alisnya menyatu. Apa ia tak salah lihat? Gadis ceria dengan energinya seperti tak akan pernah habis itu kini kehilangan kesadarannya. Jatuh terkulai tanpa pertahanan.
"Oy! Udah, mellow nya? " Suara berat namun meremehkan tiba-tiba keluar dari bibir Aldy. Jeffandra lantas mengangkat kepalanya, menatap Aldy dengan tatapan membunuh.
"Dit, cari tau rumahnya. Anter dia pulang. " Jeffandra memberi perintah pada Dito untuk mengantarkan Adara yang tengah pingsan itu pulang. Dito tanpa basa-basi langsung mengangkut tubuh Adara yang sudah terkulai lemas.
"Malem ini juga. DERGASI gua pastiin bakal musnah!!Maju lo bangsat! "
Bersamaan dengan suara lantang Jeffandra, pertempuran yang sebenarnya pun terjadi. Malam mencekam itu diakhiri dengan jeritan kekalahan oleh DERGASI.
🏴☠️☠️🏴☠️☠️🏴☠️
Adara meneguk air minumnya susah payah. Sorot matanya yang lemah kini mengarah ke jendela kaca yang menampilkan seberkas sinar matahari. Bibirnya yang pucat terlihat kering meskipun ia sudah meneguk banyak air.
Seorang wanita paruh baya dengan wajah Rusia yang mengenakan setelan kerja, masuk ke dalam kamar bernuansa putih milik Adara. Ia menatap prihatin pada putrinya yang sedang terduduk lesu di kasur, berdampingan dengan selang infus.
"Ra, kamu belum makan dari semalam. Nanti kamu malah maag." Kirana, wanita itu mengelus rambut cokelat panjang yang kusut milik putrinya.
"Mama ngga tau apa yang terjadi semalam. Mama juga nggak mau maksa kamu ngomong sekarang. Tapi kamu jangan diem terus dong, nak. Mama kangen suara ceria kamu. Makan ya, Ra? " Wanita itu dalam hatinya masih penasaran apa yang terjadi pada putrinya semalam, hingga diantarkan dalam keadaan tak sadarkan diri oleh seorang laki-laki seumurannya.
Adara menoleh, melihat wajah khawatir sang ibu. Tapi bibirnya tetap tertutup rapat, tidak mampu bicara bahkan mengeluarkan suara decakan. Matanya menatap sendu seakan ingin berkata lewat isyarat mata.
Kemudian setitik cairan bening jatuh tanpa ekspresi. Mata sendunya kini beralih ke jendela. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. Namun tatapannya terlihat kosong.
"Mama keluar sebentar ya, ada bunyi bel." Wanita patuh baya itu bangkit dari kasur Adara. Bahkan suara bel pun Adara sudah tidak mendengarnya. Biasanya jika bel berbunyi, maka kaki jengjang Adara yang akan melangkah ceria menuju pintu.
"Krieeet... "
Pintu kamar Adara lagi-lagi terbuka. Kini bukan ibunya yang masuk. Melainkan dua orang gadis berseragam SMA.
"Ra?" Suara cantik khas Janira itu berhasil membuat tatapan Adara beralih dari jendela ke pintu.
"Lo kenapa nggak sekolah?? " Kei langsung menyerbu, memeluk erat sahabatnya yang kini terlihat miris dan terduduk lemah di kasurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZARGAS ✔
Teen FictionSiapa yang tak kenal AZARGAS? Perkumpulan remaja SMA setara mafia ini dipimpin oleh Jeffandra Wardhana Alpierro. AZARGAS bukan perkumpulan anak-anak berandal atau geng motor dengan balap liarnya, AZARGAS lebih dari itu. Perkumpulan ini mengendalikan...