• A Z A R G A S •
「 *22. Saudara Tiri 」"Thanks udah nemenin gue belanja bahan-bahan kue hari ini." Adara turun dari motor Jeffandra sambil membawa kantong plastik berisi bahan-bahan kue.
"Sama-sama. Semoga kuenya berhasil." ucap Jeffandra sambil tersenyum di balik helm fullface-nya.
"Pasti dong! Lo ngeraguin bakat memasak gue?" gerutu Adara.
"Ngga. Gue yakin lo berhasil. Di dunia ini gaada yang ngga bisa lo milikin. Termasuk gua." Entah gombalan atau pujian, yang jelas berhasil membuat Adara tersipu. Jarang sekali Jeffandra mau mengucapkan hal-hal manis padanya.
"Mau mampir dulu ngga?" tawar Adara.
"Gausah. Titip salam aja buat Mama." Jeffandra sudah menghidupkan motornya pertanda ia akan segera pergi.
"Oke, jangan ngerokok, awas!"
"Iya. Lo masuk, duluan." Jeffandra mempersilahkan Adara untuk masuk ke rumahnya dahulu sebelum ia tancap gas.
"Lo dulu lah."
Tanpa basa-basi Jeffandra langsung melajukan motornya meninggalkan pekarangan rumah Adara. Adara mengerucutkan bibirnya, alih-alih Jeffandra akan terus membujuknya agar masuk ke rumah duluan, justru laki-laki itu langsung pergi. Dasar tidak peka.
Adara pun berbalik dan menutup gerbang rumahnya. Dengan langkah riang ia masuk ke dalam rumahnya. Tak sabar akan mencoba resep kue baru.
•
•
•Jeffandra memarkirkan motornya di tempat parkir khusus apartemen. Apartemen yang ia tinggali termasuk jejeran gedung mewah di Jakarta, tak heran jika tempat parkir yang sangat luas menjadi salah satu fasilitas unggulannya.
Setelah mencabut kunci motor, Jeffandra menenteng helm-nya di lengan sebelah kiri. Dirangkulnya tas yang hanya berisi satu buku itu di sebelah pundaknya.
Namun, belum sampai keluar dari tempat parkir, Jeffandra melihat sebuah mobil hitam dengan dua bodyguard berjas hitam di sisi kanan dan kiri pintu mobilnya. Bukan hanya menghalangi jalannya, mobil itu juga menghalangi firasatnya.
Salah satu laki-laki paruh baya berjas hitam yang menyadari tatapan Jeffandra pun menghampirinya.
"Pak Zafran ingin bertemu." Jeffandra kenal laki-laki paruh baya ini. Dia adalah Edwin, orang kepercayaan sekaligus tangan kanan ayahnya, Zafran.
Jeffandra masih tetap diam di posisinya. Menatap manik mata laki-laki paruh baya itu tanpa ekspresi, lalu mengalihkan pandangannya ke arah mobil hitam yang ia bisa duga, ada siapa di dalamnya.
"Ngapain? Mau buang gua lagi?" sarkas Jeffandra. Ia setidak sopan itu pada orang yang lebih tua.
Edwin tidak menjawab.
"Bilang sama si tua bangka itu, gua muak sama semua perintah dia. Kalo dia bahas AZARGAS lagi, gua gaakan diem."
"Silahkan masuk ke mobil. Pak Zafran menunggu."
"Cih! Dulu om salah satu orang yang paling gua percaya. Tapi ngeliat om masih mau kerja sama si pejabat busuk itu, gua jadi jijik." Jeffandra berdecih merendahkan. Dahulunya Edwin memang salah satu orang yang selalu menemani Jeffandra di rumah yang megah namun asing itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZARGAS ✔
Teen FictionSiapa yang tak kenal AZARGAS? Perkumpulan remaja SMA setara mafia ini dipimpin oleh Jeffandra Wardhana Alpierro. AZARGAS bukan perkumpulan anak-anak berandal atau geng motor dengan balap liarnya, AZARGAS lebih dari itu. Perkumpulan ini mengendalikan...