「 *1O. Rindu 」

2.6K 214 25
                                    


• A Z A R G A S •
「 *1O. Rindu 」

"BUGHH!"

"BUGHH!"

"BUGHH!"

"BUGHH!"

Tangan kekar itu tak henti-hentinya memukul samsak tinju yang ia pasang di markas. Keringatnya berjatuhan tanpa henti, deru nafasnya memburu, dan tangannya kian berurat.

Jeffandra tidak mengizinkan siapapun masuk ke markas saat ini. Ia butuh berpikir. Dan samsak adalah teman bicaranya saat ia tidak tahu harus bicara pada siapa tentang hal yang ia rasa hanya dirinya yang mengerti.

Setiap pukulan yang ia layangkan, satu nama pula terjun dengan bebasnya di pikiran Jeffandra.

Adara Dekencana.

Lagi-lagi gadis itu yang menghantui pikirannya.
Sungguh ia tidak tahu kenapa. Tiba-tiba ada rasa kesal saat ini. Kesal karena tidak lagi menyaksikan wajah ceria dengan senyum dan makanan manisnya. Wujud paling ia benci sekaligus paling sukses menembus pikirannya.

"BUGHH!!!"

"BUGGHHH!"

Kali ini, setiap pukulan yang ia layangkan bermakna ia tidak mau mengakui rasa kehilangannya. Dia benci.
Harus benci. Tidak boleh ada wanita di hidupnya. AZARGAS adalah temannya, sahabatnya, pacarnya, hidupnya, dan miliknya. Ia tidak butuh gadis itu.

Kilas balik peristiwa 3 tahun lalu, saat ia melihat dengan jelas bagaimana ibunya tega meninggalkan Jeffandra sendiri di rumah bak istana namun begitu suram baginya.

Hari dimana benih kebencian terhadap perempuan tertanam di hatinya. Dimana setiap kali ia mengingat sosok ibunya, sama saja dengan ia memupuk benih kebencian itu kian subur. Membuatnya semakin benci.

"BUGHH!!"

"BUGHH!!!

"BUGHH!"

Pukulan kali ini untuk mengutuk ibunya, dan hidupnya yang sudah kacau sejak lahir. Untuk segala perbuatan yang tidak pernah terasa benar karena ia terlahir dengan keterpaksaan. Karena ia dibesarkan dengan tangan kotor namun ingin terlihat bersih itu. Karena setiap langkahnya akan mengarah pada kehidupan sarat arti di ujung sana. Dan karena gadis bodoh yang mendobrak hatinya lalu kini menghilang tanpa seizinnya.

Apakah sebegitu pentingnya gadis itu? Seberapa jauh gadis itu sudah menyelami pikirannya?sudah seberat apa kerusakan hati kerasnya yang gadis itu sebabkan?

Berawal dari sorot mata bercahaya yang sama sekali tak memandangnya takut, satu-satunya mata yang memandangnya tulus. Satu-satunya orang yang melihat dirinya seperti manusia normal. Satu-satunya wujud yang bisa membuat hati kerasnya terkikis sedikit demi sedikit.

Ia rindu.

"BUGH!"

Rindu.

"BUGH!"

Sangat rindu.

"BUGHHHH!!"

AZARGAS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang