• A Z A R G A S •
「 *15. Empat Belas 」Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun delapan remaja masih asyik dengan obrolannya masing-masing sambil menghangatkan tubuh mereka.
"Kei, itu HP lo bunyi mulu." Janira terdengar sedikit panik karena ponsel milik Keisha yang sedari tadi berbunyi.
"Itu pasti nyokap gue. Biasa, disuruh bobo. Btw ini juga udah malem, ga pada mau balik?" tanya Keisha sambil bangkit dari duduknya.
"Mama belum pulang sih jam segini. Tapi gue ngantuk. Kuy balik." Adara pun ikut bangkit dan menepul nepuk rok abu-abu miliknya yang sedikit kotor.
"Balik nih? Masih jam 10 loh." Dito melirik arlojinya.
"Mereka cewek, Dit. Jangan ngasih kesan nggak bagus." ujar Fahri sambil membantu membereskan peralatan makan.
"Tau lo, mentang-mentang biasanya balik subuh, anak orang dibawa sesat juga." Bara menoyor kepala Dito dengan keras.
"Mending lo pada bantuin aja deh ngeberesin kekacauan ini. Daripada ribut ngga jelas." kata Adara.
Mendengar perintah Adara, semua pun ikut membereskan kekacauan besar yang telah mereka sebabkan. Entah kenapa waktu berjalan begitu cepat, padahal jika dihitung, sudah sekitar 7 jam mereka berkumpul.
"Kei, kita pesen taksi sekarang ya?" ujar Adara tetap fokus pada layar ponselnya.
"Eh, gausah Ra. Gua balik sama Fahri." jawab Keisha. Apa ini? Bukannya mereka sepakat akan pulang dengan taksi yang sama?
"Loh, tadi siang kata lo kita balik bareng."
"Iyaa sih, tapi..... Lo tau lah, Ra." Keisha menyenggol lengan Adara. Sampai sini Adara paham, jika Keisha sedang ingin mencari kesempatan bersama Fahri. Dasar.
"Trus gua balik sendiri?"
"Sama Jeffandra aja. Lo mau kan Jeff, nganter Adara?" Keisha memanggil Jeffandra yang sedang membereskan kursi bersama Bara.
"Keiii!!" Adara ingin sekali meremas wajah Keisha. Adara tidak ingin lagi naik ke motor Jeffandra. Selain karena ia masih belum memaafkan laki-laki itu, adalah karena jenis motor yang ia benci.
"Gausaaah. Gapapa gue naik taksi." Adara menggeleng cepat saat Jeffandra menoleh.
"Ini tuh udah malem, Ra. Lo kalo diculik mas-mas taksinya gimana?" Janira membuat Adara agak merinding membayangkannya.
"Bener tuh kata, Janira. Lo nggak inget jalan ke rumah Janira ini sepi, Ra. Kalo lo kenapa-kenapa ga lucu."
"T-tapi-"
"Lo sama gua. Cepet ambil tas, mau kemaleman?" Jeffandra merapatkan jaket kulitnya yang masih berada di pundak Adara.
Antara takut pada bayang-bayang begal dan rasa emosionalnya jika bersama Jeffandra, Adara bingung. Kenapa ia harus selalu dihadapkan pada situasi yang pilihannya selalu buruk?
Tanpa menunggu lama, kelima laki-laki pemegang peran penting di AZARGAS itu sudah siap dengan motornya masing-masing.
"Berangkatnya bedua, baliknya sendiri. Kasian banget Mas Bara." ejek Dito pada Bara.
"Makanya Jan, ikut ke rumah gua aja gimana? Biar gua kenalin sama bokap." tawar Bara yang tentu saja membuat Janira geleng-geleng kepala.
"Males. Ini gue udah di rumah. Cepet pergi sana Bar." Janira mengisyaratkan gerakan tangannya agar Bara cepat pergi.
"Jahat banget sama calon." canda Bara.
"Najis banget sih temen lo, Dit." ujar Monda.
Di lain sisi, Adara dengan ragu-ragu naik ke atas motor Jeffandra. Akhirnya posisi tidak menguntungkan baginya akan terulang. Ingin sekali ia merutuki orang di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZARGAS ✔
Teen FictionSiapa yang tak kenal AZARGAS? Perkumpulan remaja SMA setara mafia ini dipimpin oleh Jeffandra Wardhana Alpierro. AZARGAS bukan perkumpulan anak-anak berandal atau geng motor dengan balap liarnya, AZARGAS lebih dari itu. Perkumpulan ini mengendalikan...