「 *26. Mengerti 」

1.1K 118 1
                                    

• A Z A R G A S •
「 *26. Mengerti  」

Adara menatap layar ponselnya sekali lagi. Pesannya tidak juga dibaca Jeffandra. Apakah laki-laki itu benar-benar marah padanya?

Kini ia menatap tak selera ke arah sepiring batagor di depannya. Padahal batagor adalah salah satu makanan kesukaan Adara. Ini mungkin pengaruh mood-nya.

"Batagor lo kalo nggak mau dimakan kasih ke pak satpam aja tuh, Ra. Diliatin doang ga bakal abis." Keisha menunjuk batagor milik Adara dengan garpunya.

"Seharian ini lo banyak diem, kenapa sih? Cerita aja, Ra." sambung Janira.

"Jeffandra marah sama gue."

"Hah? Kok bisa?"

"Lo selingkuh, Ra?"

"Gatau ah! Pusing!" Adara mengacak rambutnya frustrasi. Jika ditanya mengapa, ia selalu tak tahu harus menjawab bagaimana. Lagipula apa salahnya pada Jeffandra? Apa ini benar-benar karena Alvaro?

"Lo kayak orang autis kalo diem begini. Ceritain aja masalahnya dari sudut pandang lo, Ra." saran Janira.

"Lo tau Alvaro?" Adara akhirnya terbujuk untuk menceritakan masalahnya dari sudut pandang ia sendiri, sesuai kata Janira.

"Cogan yang kemarin nyamperin lo ke kelas itu? Yang berantem sama Jeffandra?" tanya Keisha.

"Ternyata dia saudara tirinya Jeffandra." jelas Adara.

"Demi apa lo ga boong?" kejut Keisha yang kini hampir tersedak batagornya.

"Trus kalo saudara tiri kenapa?" tanya Janira yang terlihat santai saja.

"Kok lo ga kaget sih?" Adara heran bagaimana Janira bisa merespon santai untuk hal yang menurut Adara tidak biasa ini.

"Gua udah tau soal keluarganya Jeffandra. Gua juga udah duga dia punya saudara tiri, cuma gua gatau orangnya itu Alvaro." jawab Janira sambil meneguk es tehnya.

"Apa disini gua doang yang ga tau apa-apa?" polos Keisha.

"Gua tau ini juga dari Bara. Lanjut Ra, kenapa masalahnya?"

"Jeffandra ga suka kalo gue deket sama Alvaro, karena menurut dia Alvaro bakal ngerebut gue. Masuk akal ga sih menurut lo pada?" tanya Adara.

"Ya elah, lucu banget Jeffandra kalo cemburu." kekeh Janira.

"Bisa gitu ya anjir. Gua kira dia tipe cowok cool yang bodoamatan." timpal Keisha.

"Tapi marahnya dia itu serius. Makanya gue bingung harus ngapain sekarang. Seharian ini gue ga liat dia di mana-mana." racau Adara.

Ketiganya kini diam, larut dalam pikiran masing-masing dan mencoba untuk mencari cara agar Adara bisa mengatasi kebingungan nya.

Tiba-tiba dering panggilan telepon terdengar, memecah kebisuan diantara mereka.

"Halo, Bar?" angkat Janira. Ternyata ponsel milik Janira yang baru saja berbunyi.

"Lo udah mau balik, Jan? Bareng gua ye." ucap Bara di seberang sambungan telepon.

"Gua lagi nunggu sopir. Males pulang bareng lo, bau rokok." tolak Janira.

"Engga kok ini gua udah ganti baju. Pake parpum punya Monda juga, balik bareng gua ya, Jan?"

"Ga ah."

"Langsung ke rumah lo kok, janji. Ga akan gua bawa kabur dulu."

Janira berdecak kesal karena Bara yang tak henti hentinya membujuknya untuk pulang bersama. Sedangkan Adara dan Keisha diam menyimak.

AZARGAS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang