「 *23. Alvaro 」

1.3K 114 6
                                    

• A Z A R G A S •
「 *23. Alvaro 」

Jam istirahat membuat suasana SMA Rawikara terlihat begitu hidup. Siswa-siswi yang terlihat aktif di setiap sudut, lapangan luas yang tak pernah kosong oleh anggota basket dan futsal, serta guru-guru yang terlihat sibuk dengan buku-buku di tangannya.

Tak terkecuali bagi Adara, gadis itu tengah berlarian di koridor. Bukan Adara jika hanya berjalan santai di lorong koridor. Sambil memeluk novel berwarna biru awan, ia tertawa dan sesekali melihat ke belakang, memastikan Keisha jauh tertinggal di belakangnya.

Brukkk!!

Kepala Adara menabrak keras punggung seseorang saat ia sedang menoleh ke belakang hingga novelnya terjatuh.

"Aww!"

"Adara!" tegur seorang wanita paruh baya yang sedang berjalan berdampingan dengan si pemilik punggung yang ditabrak Adara.

"Siang Buu!" sapa Adara pada Diana sambil masih mengusap-usap keningnya.

"Berapa kali saya bilang! Jangan lari-lari di koridor! Kamu ini dengar nggak sih?!"

"Dengeeer kok Buu. Tapi kaki saya tuh gabisa santai kalo di koridor. Lagian sampai saat ini gaada korban yang saya tabrak kok." alasan Adara.

"Terus ini barusan apa? Minta maaf kamu ke Alvaro." suruh Diana. Ternyata si pemilik punggung yang baru saja ditabrak Adara adalah Alvaro.

"Wow! Dia siapa ya Bu? Kok saya ga pernah liat?" Adara meneliti wajah Alvaro yang amat sangat boyfriend material itu.

"Dia anak Baru. Kamu ga perlu tau!" Diana yang sudah lelah jika berbicara dengan Adara itu mencoba mengakhiri percakapan.

"Sensi banget Ibu, kaya lagi PMS aja." cibir Adara.

"Adara! Kamu yang sopan sama guru!"

"Kenalin, Adara. Cewek tercantik sekaligus murid teladannya Rawikara." alih-alih menjawab Diana, Adara malah mengulurkan tangannya pada Alvaro sambil tersenyum.

"Adara! Kamu saya suruh minta maaf, bukan kenalan!"

"Alvaro." Uluran tangan Adara disambut oleh Alvaro.

"Tuh, Bu. Alvaro aja mau kenalan sama saya. Kok ibu larang-larang?" Adara mengerlingkan matanya nakal pada Diana dengan tangannya yang masih berjabatan dengan Alvaro.

Diana memijit keningnya. Sebagai guru bimbingan konseling, sudah tak terhitung berapa kasus yang sudah ia tangani hari ini. Dipertemukan dengan satu siswi ini adalah mimpi buruk untuk Diana, karena Adara terkenal paling berani menyela perkataannya setelah Jeffandra.

"Anggap aja kamu ga pernah ketemu sama Adara. Dia ini perempuan tapi suka buat saya darah tinggi." Diana menginterupsi Alvaro.

"Ibu juga suka buat saya dijemur di lapangan. Impas dong, Bu." Adara malah mencoba membalikkan keadaan. Memang gadis satu ini selalu memiliki argumen dalam hal apapun.

"Sudah! Ibu mau ngajak Alvaro keliling sekolah. Kamu masuk ke kelas."

"Gimana kalo saya aja yang jadi pemandu buat Alvaro, Bu? Saya kenal setiap sudut sekolah ini, lubang tikus, lubang semut aja saya tau." tawar Adara.

"Jangan ngada-ngada kamu."

Adara mengerucutkan bibirnya mendengar penolakan dari Diana. Sepersekian detik berikutnya Adara baru ingat, sebelum menabrak Alvaro ia sedang balapan dengan Keisha. Taruhan traktir bakso jika sampai ke kelas paling akhir.

AZARGAS ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang