"aku dimana hiks.." lirih Heejin disela air mata yang menetes.
Melalui kaca Jendela, dari lantai 2--dia tidak bisa melihat apapun selain hutan pepohonan besar yang mengelilinginya.
"Aku harus pergi dari sini"
Ketika melihat dari dari arah samping rumah, ada sebuah mobil yang memasuki halaman rumah ini dan berhenti tepat didepan pintu rumah.
Si pengendara itu keluar, yang tak lain adalah Hyunjin.
Tubuh Heejin kembali bergetar dan mulai merasakan ketakutan. Dengan tergesa-gesa, Heejin kembali naik ke atas ranjang dan berpura-pura tidur.
Cklek
Hyunjin mulai memasuki kamarnya dan kamar yang ditempati Heejin juga.
Laki-laki itu menaruh beberapa kresek diatas meja dan beberapa kotak makanan juga.
Kemudian Hyunjin duduk di sofa yang ada di pojok kamar, dia mulai membuka hidangan makanannya.
"Gak usah berpura-pura tidur, tadi aku liat kamu ngintip dari Jendela"
Heejin membuka matanya lebar didalam selimut, dia berpikir mana mungkin Hyunjin bisa ngeliat dirinya.
"Lelet banget, kamu pasti laper dua hari gak makan apa-apa"
Wanita itu menyibakkan selimut nya kemudian menatap Hyunjin dengan telak.
"Lihat, aku bawa banyak makanan. Kamu menyukai makanan, jadinya aku bawa semua makanan yang sering kamu makan"
Kata Hyunjin tersenyum lebar.Nah, Heejin sendiri kembali bingung dengan sikap Hyunjin yang selalu berubah-ubah sejak dulu.
Karena lama, Hyunjin akhirnya menghampiri Heejin.
"Hey, gak usah bingung gitu. Aku masih Hyunjin yang sama seperti dulu"
Sama seperti dulu? Berarti kapanpun aku akan kembali nerima siksaan kamu lagi?
Hyunjin menarik lembut tangan Heejin, dia tuntun wanita itu ke sofa untuk duduk di sebelahnya.
Hyunjin mengambil sepotong pizza lalu menyuapi Heejin dengan senyuman yang terus mengembang.
Tetap saja, rasa rindu heejin kepada Hyunjin gak ada habisnya. Dia sangat rindu momen seperti ini. Dan Hyunjin mampu untuk membuat Heejin mengurungkan niatnya untuk kabur.
"Hyunjin-- kamu"
"Iya ini aku hyunjin--"
"Kamu kemana aja selama ini??" Tanya Heejin ragu, yang memang dia udah tau kalau Hyunjin gak akan pernah ngasih tau.
"Ada, selama ini aku memantau rumah tangga kalian" jawab hyunjin asal, sambil kembali menyuapi Heejin.
Mata wanita itu kembali berair, dia ngerasa bersalah. Dia dapat merasakan hancurnya perasaan Hyunjin selama ini.
"Kenapa kamu gak mencegah aku menikah dengan Elle, malam itu kamu kemana hiks ...? Kenapa gak menyelamatkan aku dari penculikan hiks..? Apa kamu di ancam juga sama Elle? Hyunjin hiks... Aku benar-benar gak tau semua ini hiks.. tolong... Apa kamu---"
Heejin tak mampu melanjutkan kata-katanya, bahkan sekarang dia nangis kejer dihadapan Hyunjin.
Dia sendiri menjadi lupa akan perlakuan kasar Hyunjin terhadap nya.
"Aku bener-bener merindukanmu Hyunjin hiks.. aku rindu kamu tau gak hiks..."
Cup
Hyunjin menempelkan bibirnya ke bibir mungil heejin, dan cukup lama. Mata keduanya pun tak lepas pandang.
"Udah gak usah nangis lagi, yang penting aku disini sekarang" ujar Hyunjin tersenyum setelah melepaskan kecupannya.
Heejin menatap Hyunjin dengan sendu.
Apa aku bisa kembali mempercayai mu, bahkan aku sangat ragu.
"Aku punya bayi Jin, aku juga punya seulbi-- aku harus kembali sama mereka" Heejin tau kata-kata ini mungkin cukup membuat Hyunjin kembali marah.
Tapi, Hyunjin menunduk dan diam. Lalu setelah itu dia kembali menatap Heejin.
Hyunjin tersenyum, dia kembali mendekatkan bibirnya dan mulai melakukan ciuman lebih dalam dan dalam lagi hingga keduanya merasa nyaman dan puas.
Malam harinya, setelah mereka puas bermain mulut di sofa tadi sore. Mereka lanjutkan dengan cerita-cerita hal yang tidak penting-penting juga sambil tiduran di atas ranjang.
Hyunjin gak pegal sama sekali, dengan kepala heejin yang menumpu lengan atasnya.
"Aku mau makan" kata Hyunjin, tiba-tiba.
"Yaudah, ayo makan. makanan tadi kan belum dimakan"
"Bukan makanan itu, tapi ini" Hyunjin menyentuh lembut bibir Heejin.
"Nggak ya. Liat, bibir aku bengkak"
Hyunjin terkekeh, "tapi beneran aku kenyang kalau nyobain bibir kamu lagi"
"Nggak Hyunjin, seriusan bibir aku perih"
Keduanya dilanjutkan saling bercanda satu sama lain, hingga tanpa sadar keduanya tertidur.
Pukul setengah dua dini hari, Heejin kembali terbangun karena perut keroncongan dan tenggorokan kering.
Pas menoleh kesamping, dia gak melihat ada Hyunjin di ranjang ataupun didalam kamar.
Wanita itu kemudian berinisiatif untuk mencari Hyunjin, karena gak mungkin malam-malam begini Hyunjin keluar kamar.
Ternyata, rumah ini lumayan menyeramkan. Apalagi lampu yang menyala hanya lampu-lampu tidur.
Heejin terus turun kelantai satu, dan lampu disini cukup terang karena lampu LED menyala.
Langkah Heejin terhenti, saat beberapa tangga lagi habis. Dia mendengar suara aneh, gak asing juga baginya. Karena suara itu terdengar jijik seperti sedang melakukan hubungan intim.
Apalagi suara yang terdengar seorang wanita itu terus memanggil nama Hyunjin dengan vulgar.
Perasaan Heejin mulai gak enak.
Dia menoleh ke kamar tepat disamping tangga, suaranya berasal dari situ.
Dengan penasaran yang menggebu akhirnya dia mencoba melihat apa yang terjadi.
Untungnya pintu kamar itu tidak terlalu rapat menutup, jadinya dia bisa dengan mudah membuka sedikit tanpa suara.
Dan DUAR!
Perasaan gak enak dan pikiran negatifnya kini terjadi.
Air mata Heejin langsung mengalir cepat, melihat Hyunjin yang tengah melakukan hubungan intim dengan wanita lain,
dan Heejin mengenali wanita itu, wanita yang pernah mencuci otaknya. Tak lain dia adalah Han SoHee.
Heejin langsung kabur dari rumah itu dengan perasaan hancur.
Setelah merasa jauh dari rumah tersebut, Heejin bersimpuh ke tanah dengan suara tangisan yang keras ditambah angin malam yang dingin.
"HIKS.. HYUNJIN BAJINGAN!"
Heejin menunduk dalam.
Bajingan kamu Hyunjin, sebenernya disini siapa yang tega mengkhianati secara langsung.
Kamu jahat hiks.. aku benci..
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK DEATH | Hyunjin
Teen Fiction[END]-membunuh dengan melibatkan perasaan itu, akan sia-sia! #Masih tahap revisi Star revisi : 23 Januari 2022 End : -