Say

405 28 0
                                    

"Menurutmu, apa yang Jungkook lakukan?"

Seulgi tengah mengaduk ngaduk coffe dengan sinduk yang berukuran sangat kecil, lalu ia kembali mendekati Jimin yang sedang menonton keramaian di luar sana. Kami memandangi keramaian yang terjadi di sekitar Sydney ditemani pemandangan yang sangat indah. Senja di sore hari.

Jimin menatapku. "Menurutku, jika asisten itu menerimanya. Jungkook akan menciumnya." lalu Jimin tertawa.

Aku memukulnya. "Hei! Kenapa seperti itu?" tanya Seulgi

Jimin hampir saja terjatuh dari kursi yang didudukinya, untung saja Seulgi menahan lengannya. "Tidak, maksudku. Ia akan sangat kegirangan. Apa kau tau, mantan kekasihnya kemarin ini datang ke Perusahaannya."

Spontan aku terkejut mengeluarkan ekspresi tak menyangka. "Benarkah?! Lalu, bagaimana?"

Jimin terdiam sejenak, menutup mata dan menghirup udara yang segar. "Jungkook konsisten. Dia tipe pria yang setia, ia akan selalu bertanggung jawab di setiap perlakuannya. Aku yakin, Jungkook tak akan pernah tergoda kembali dengan mantan kekasihnya itu."

Jimin tersenyum sekilas, mengenang masa masa lalu, bagaimana ia menjadi sedekat ini dengan Jungkook, bahkan menjadi sahabat yang beberapa tahun terpisah, namun kembali menyatu. Dunia memang sesempit itu.

"Aku juga. Kupikir, Jungkook memanglah orang yang seperti itu. Kuharap Dasha mau menerimanya." balasku sambil meneguk coffe hangat yang kubuat tadi.

Jimin menatapku, lebih dekat. "Kau? Apa kau tak mau menjadi kekasihku?"

•••

Kami masih berjalan jalan di sekitar Pantai, menyusuri setiap jalannya. Hembusan angin yang sangat menyejukkan. Dan langit langit yang semakin gelap, burung burung sudah kembali ke rumahnya, berkumpul bersama keluarganya.

"Jadi, hari ini kita resmi?"

Jungkook merangkulku. Ia menatapku penuh makna, tersenyum sesekali memperlihatkan lesungnya yang jarak terlihat oleh manusia manusia di kantor. Aku? Tersipu malu 100000%. Aku benar benar tak menyangka aku akan menjawab pertanyaan konyol. Tidak, itu tidak konyol. Aku memang menyukainya, namun bagaimana bila semua orang tahu bahwa Jungkook memacari asistennya sendiri? Bukankah akan memperburuk nama Perusahaan? Bagaimana dengan Ayahnya? Ia pasti akan sangat marah.

"Kau jangan berpikiran yang tidak tidak. Apa kau lupa tujuan kita ke sini untuk apa?" Tanya Jungkook lagi.

Akupun menjawabnya. "Ah, benar. Kita untuk bersenang senang."

Jungkook tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya. "Nah, gitu dong. Senyum."

Akupun tertawa. Tidak, kami tertawa sepanjang Pantai sampai kembali ke tempat parkir dan mulai masuk mobil kembali.

"Ini sudah gelap sekali. Kita mau kemana lagi, Jung?" tanyaku sembari melihat ke segala arah.

Pertama, Jungkook mengabaikan pertanyaanku.

Kedua, ia memasangkan sabuk pengaman untukku.

Ketiga, ia menyalakan mesinnya

Keempat, ia memegang lenganku.

Kelima, baru lah ia menjawab pertanyaanku. "Bagaimana bisa kau secerewet ini?"

Aku menutup mulutku dengan lenganku yang satunya. "Ah, tidak. bukan seperti itu, Jung."

Ia mengacak acak rambutku pelan. "Hehe, tak apa. Aku menyukainya."

Ia benar benar terlihat bahagia saat aku menjawab menerimanya menjadi kekasihnya. Sumpah, aku baru mengenal Jungkook dengan sikapnya yang benar benar perhatian, care, berbeda dari yang sebelumnya. Ia sangat memerhatikanku.
Sebenarnya, aku juga sangat senang diperlakukan seperti ini. Impianku memiliki kekasih yang tampan, kaya raya, baik hati, pekerja keras, tidak sombong akhirnya terkabulkan. Sumpah, aku masih belum percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Jujur perasaanku sangat campur aduk.

NIGHT JEON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang