Love

478 27 0
                                        

"Buku apa itu, Jung?"

Aku mulai berbaring disampingnya. Kini, ia tengah membenarkan posisinya agar aku nyaman berada di sampingnya. Ia merangkulku sambil membuka tiap halaman dari buku yang sedang dibacanya.

Ia menoleh ke arahku, "Cerita ini mengisahkan tentang Pria sederhana menyukai salah satu wanita terkaya di Sydney. Awalnya pria ini merasa kurang percaya diri awalnya. Namun ternyata, wanita ini juga baik hati dan bahkan tak pernah memandang rendah setiap orang, ia selalu rendah hati, dan ramah."

Aku mendengarkannya sambil mengangguk ngangguk, aku menoleh ke arahnya. "Lalu? Apa mereka menjadi pasangan?"

Jungkook tersenyum lalu membuka lagi halaman baru di buku tersebut. "Iya, namun ternyata aku juga baru tahu kalau kisah mereka ini tak seperti yang diinginkan. Mereka tewas karena terus terusan diikuti seorang Paparazzi asal Brazil."

"Ah! Kasian sekali. Lalu, apa yang menarik dari buku ini?" tanyaku penasaran

Jungkook menjawab, "Kisah cinta mereka. Mereka selalu menghargai waktu bersama. Meski terkadang beberapa rintangan terus menghadang. Dan kegigihan pria ini yang tak pernah mundur mengejar wanita tersebut. So interesting"

Aku mengangguk, "Bolehkah ku pinjam bukunya?"

Jungkook tersenyum. "Ambil lah. Kapanpun kau mau."

Setelah itu Jungkook menaruh buku itu di meja kecil yang ada di samping ranjangnya. Ia kembali membenarkan posisinya lalu kini menarik selimut hingga menutupi tubuh mereka. Jungkook membalikkan badannya kini menghadap ke arahku, begitu pula denganku. Ia memelukku lalu mengusap rambutku sekilas. Ia juga mengecup keningku. Sesekali ia menatapku beberapa detik, lalu tersenyum.

"Apa kau sudah mengantuk?" tanya Jungkook

Aku melihat ke arah atas sejenak, "Hmm--sedikit."

"Bolehlah aku tanya satu hal?" tanyanya.

Lalu aku membenarkan posisiku, kini kepalaku berada di lengannya yang memanjang. "Sangat diperbolehkan. Ada apa?"

Ia tersenyum. "Sejak kapan kau menyukaiku? karena tak mungkin juga kau tiba tiba menyukaiku kan?"

"Hm--baru saja dua detik yang lalu" Ucapku sedikit bercanda.

Jungkook mencubit hidungku sekilas hinga membuatku menjerit sedikit. "Akh!"
Lalu, ia mengusap hidungku setelahnya yang memerah tersebut. "Hehe, mianhe. Kau menggemaskan soalnya."

Aku tersenyum. "Hm--mungkin sejak satu tahun setelahnya aku bekerja disana? entah karena kita sering bersama atau bagaimana--"

"Mungkin saja. Sebenarnya aku juga tak paham betul. Tapi, aku baru menyadarinya."

"Tentang?" Aku menatapnya.

"Menyukaimu. Tidak, mencintaimu."

Wajahku memerah seketika. "Sudahlah--aku mengantuk"

"Baiklah, baiklah. Tidurlah"

Jungkook memeluk dan mengusap rambutku hingga aku tertidur di pelukannya.

Keesokan harinya, aku terbangun karena terus terusan mendengar panggilan telfon dari ujung kamar hotel. Tidak, dekat meja rias. Kupikir awalnya itu adalah handphoneku, namun untuk apa seseorang menelfonku sepagi ini? Ternyata, itu adalah telfon milik Jungkook. Aku mengeceknya sekilas untuk mengetahui nomor siapa yang menelfonnya di pagi hari seperti ini.

Yeri

Tunggu. Wanita itu? Untuk apa dia menelfon Jungkook kembali? Tidak, aku tidak boleh menjawabnya karena ini adalah panggilan pribadi. Tapi, tunggu. Aku kan kekasihnya, bukankah wajar aku mengangkatnya? Tidak. Ini tetap urusan Perusahaan. Tidak. Ahh!! TAK TAHU.

NIGHT JEON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang