Future

301 27 0
                                        

untuk part ini, agak sedikit lebih panjang ya dari biasanya hehe :)



















Selamat membaca !


















Kami terdiam. Mungkin, sekitar 15 menit. Pasalnya, Jungkook juga datang ke Apartmennya Jimin.

"Apa apaan ini? Memangnya Apartmenku tempat kalian bercurhat?" Canda Jimin

Jungkook menatapku sekilas. "Jadi, kau menyuruhku cepat pulang agar kau bisa cepat ke Apartmen Jimin. Begitu?"

Aku menggeleng lemas. "Tidak, Jungkook-ah, bukan seperti itu."

Jimin menjadi penengah bagi kita. Kini, Dasha sudah tak sanggup lagi. Ia kembali menjatuhkan air mata. Jungkook yang menyadari hal itu, ia beralih menjadi duduk di sampingku. Ia memelukku. "Hei--kenapa menangis? Aku hanya bercanda."

Aku menunduk, bersembunyi di pelukannya. Namun, air mataku terus jatuh mengalir.

Jungkook bertatapan dengan Jimin. Seperti mengisyaratkan,

'Apa dia sudah tahu?'

Jimin mengangguk sambil memejamkan matanya. Ia menghela nafasnya.

Jungkook ikut menghela nafasnya. Ia menepuk nepuk punggungku. Mengelus elus rambutku. Menciumnya sesekali.

"Gwenchanna--"

Sepertinya, tekad Jungkook sudah bulat.

"Dasha--"

Aku masih bersembunyi dan menangis sejadi jadinya. Jungkook melonggarkan pelukannya. Ia menatap wajahku yang sudah sedikit membengkak. Ia menghapus air mata yang membasahi pipiku.

Ia menatap wajahku dengan tulus dan senyumnya. "Sayang, Aku takkan meninggalkanmu."

Aku menggeleng. "Ti-tidak. kau harus memperjuangkan Decalcom."

Jimin yang menjadi saksi kami berdua, juga ikut bingung dengan situasi yang mencengangkan saat ini.

"Jung, kau benar dengan ucapanmu?" Tanya Jimin.

Jungkook mengangguk perlahan, ia sedikit terlihat ragu.

Jimin tahu betul, Jungkook tak ingin melepaskan keduanya. Ia tak mau kehilangan seseorang yang ia cintai. Namun, ia juga tak ingin kehilangan Usahanya, Perusahaan sendiri yang ia bangun dengan susah payah. Ia tak mungkin menyepelekan hal ini.

"Bagaimana, coba kau bicarakan baik baik lagi dengan Yeri." Saran dari Jimin.

Aku melepaskan pelukan Jungkook. "Jung, aku tak apa."

Jungkook menggeleng. "Kau tak perlu pikirkan urusan ini, ya?"

Tak berapa lama kemudian, bel berbunyi kembali. Aku tak tahu, siapa lagi yang datang kali ini. Ketika dibukanya.

"Halo, Park Jimin."

Wanita itu tersenyum sumringah.

Yeri

Ya, wanita itu lagi. Tapi, kini ia tak sendiri. Ia bersama dengan--

"Om?!"

"Apa, Jungkook ada disini--"

Pria itu.

Ayah Jungkook.

Mereka menghampiri kami yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

NIGHT JEON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang