***
"Jadi lo mau nyerah? Segitu doang perjuangan lo?" tanya Irene.
Pulang dari sekolah, Irene langsung kerumah Clara karna merasa khawatir akan keadaan gadis itu, berita tentang Clara dan Raisa sudah tersebar seantero sekolah.
Clara menghela nafas, ia lelah dan ingin menyerah. Mungkin dirinya telah kalah, apa yang harus ia lakukan selanjutnya?
"Gue bingung, bener-bener bingung. Gue capek ngadepin dia. Dia gak ngerti posisi gue, dia selalu bela Raisa. Apa yang harus gue lakuin selanjutnya?" Clara benar-benar pasrah, ia pusing.
"Menurut gue, lo tetep jalanin misi kita. Ganggu aja terus si Raisa, tapi lo harus dingin sama Alvaro," ucap Irene.
"Gitu ya?" tanya Clara.
"Iya gitu, lo harus nyoba," Irene tersenyum, mencoba meyakinkan Clara akan ide yang ia punya.
"Yaudah, lo harus tetep dukung gue ya," Clara ikut tersenyum, ia merasa lega. Beruntung ia memiliki sahabat seperti Irene, selalu mengerti dirinya.
Irene mengangguk, bagaimana pun keadaannya, ia akan mendukung Clara. Sahabat terbaiknya itu sedang butuh dukungan dirinya. "Pasti."
"Punggung lo gue kompres ya, itu pasti memar," lanjut Irene.
"Gak usah, gue gak pa- ahk! Sakit anjir!" ringis Clara saat Irene menekan punggungnya yang sakit.
"Katanya gak papa, diem deh gue obatin," Irene beranjak dari kasur lalu mengambil obat untuk punggung Clara.
"Pelan-pelan! Awas lo diteken!" ucap Clara mengingatkan.
"Ck, iya-iya. Diem deh," dengan telaten Irene mengobati punggung Clara yang memar, ia meringis, pasti sakit pikirnya.
"Lo nginep?" tanya Clara sambil menahan ringisannya.
"Tega biarin gue pulang malem-malem gini?" tanya balik Irene dengan kesal.
"Enggak sih."
Dan malam itu dilanjutkan dengan percakapan mereka berdua, yang terpenting sampai tak penting sekali pun.
***
Pagi ini Clara tampak lebih segar dari biasanya, ia menyampirkan tas berwarna hitam itu dipundaknya lalu turun bergabung bersama Irene dan Daren yang berada di meja makan.
"Morning," ucapnya dengan tersenyum lalu duduk disebelah Irene.
"Kenapa tu wajah?" tanya Daren.
"Ye lo mah, gue seneng salah sedih salah, mau lo apa sih?!" kesal Clara menatap Daren dengan tatapan tajamnya.
Sedangkan Irene hanya memandang keduanya jengah. "Lo pada ribut mulu perasaan!" ucap Irene.
"Lo marah mulu perasaan!" ucap Daren meniru ucapan Irene.
"Kok lo ngikutin kata gue?"
"Suka-suka gue!"
"Gak boleh lah!"
"Ya boleh dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl [END]
Teen Fiction[COMPLETED] [Di private acak, follow agar bisa membaca] Orang-orang menyebut Clara adalah bad girl sekolahnya. Salah satu nya adalah Alvaro, ketua osis di sekolahnya itu. Kehadiran Alvaro mampu memberi sedikit warna dalam kehidupan Clara. Mempunyai...