***
Sudah 1 minggu Alvaro koma, Daren memutuskan untuk memberitahu Clara. Sekecewa apa pun gadis itu, Clara juga berhak tau, apalagi dengan keadaan yang sekarang.
Suara derap langkah menyadarkan semua orang yang termenung dibangku itu. Clara menjadi pusat perhatian orang-orang yang berada di depan ruang Alvaro, termasuk Bunda Alvaro.
"Gimana keadaannya, Bun?" tanya Clara dengan air mata yang bercucuran.
Bunda Alvaro menggeleng, ia memeluk Clara. Menumpahkan tangisnya dibahu gadis yang menjadi alasan putranya kacau.
"Alvaro masih koma."
"Clara boleh liat dia?"
Setelah mendapat izin, Clara masuk kedalam ruangan yang bercat putih itu. Dilihatnya Alvaro yang terbaring lemah diatas ranjang, Clara kembali menangis.
Clara mendekati Alvaro, duduk di kursi lalu menggenggam tangan Alvaro. Clara kembali terisak, rasa sesal melingkupi dirinya.
"Al, bangun. Aku disini, kamu bertahan ya, aku gak akan ninggalin kamu kalo kamu bangun, jangan tinggalin aku."
Daren diam dengan rasa sesak dihatinya, ia pikir keputusannya membawa Clara pergi adalah yang terbaik. Ternyata ia salah, ia hanya memikirkan Clara tanpa melihat orang-orang yang mungkin sakit ketika Clara pergi.
Dan tanpa ia sadari, Clara juga tersiksa dengan keputusannya meski pun gadis itu tampak menerima dengan lapang dada. Dan Alvaro, cowok itu sampai seperti ini, tak memikirkan dirinya sendiri karna ingin bertemu Clara.
Daren merasa seperti orang jahat disini, perandaian memenuhi pikirannya. Ia tak menginginkan Alvaro seperti ini, cowok itu salah satu sahabatnya.
***
Pagi ini Clara langsung bersiap-siap. Ia akan kembali menjenguk Alvaro. Clara menghela nafas gusar, lalu keluar rumah mengendarai mobilnya sendiri.
30 menit waktu yang Clara tempuh untuk sampai di rumah sakit, ia menyandarkan punggungnya. Dirinya tak menyangka kehidupannya serumit ini.
Dan fakta yang baru Clara ketahui 1 minggu lalu, bahwa Arizka adalah sahabat Bunda nya. Dan ternyata Bunda nya yang meminta Arizka menerima lamaran ayahnya.
Saat itu, Arizka menyusulnya ke Inggris, membereskan semua masalah mereka. Dari waktu ke waktu Clara mulai menerima, bahwa ini semua sudah kehendak tuhan.
Hubungan keluarganya sudah membaik, baik Clara maupun Daren sama-sama sudah menerima Arizka di kehidupan mereka, bagaimana pun juga, Arizka orang yang dipercaya Bunda nya, satu-satu nya sahabat sang Bunda.
Clara keluar dari mobil, berjalan di lorong rumah sakit. Banyak orang yang berlalu lalang, Clara tersenyum. Mencoba menguatkan dirinya supaya tak menangis lagi dihadapan Alvaro.
Saat masuk ke ruangan Alvaro, disana terlihat Bunda Alvaro yang terdiam sambil menatap kosong ke arah ranjang Alvaro.
"Assalamualaikum," salam Clara sambil mencium punggung tangan
Bunda Alvaro."Waalaikumsalam, Clara."
"Bun, pasti Bunda belum pulang. Pulang aja dulu, Alvaro biar Clara yang jaga," ucap Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Girl [END]
Teen Fiction[COMPLETED] [Di private acak, follow agar bisa membaca] Orang-orang menyebut Clara adalah bad girl sekolahnya. Salah satu nya adalah Alvaro, ketua osis di sekolahnya itu. Kehadiran Alvaro mampu memberi sedikit warna dalam kehidupan Clara. Mempunyai...