Jangan lupa vote dan komen chagii...
Tinggalkan jejak sebagai penyemangat..Happy Reading!
Yena keluar dari ruangan UGD, ia baru saja membantu mengangkat temannya yang baru mengalami kecelakaan kerja. Ia berjalan di lorong rumah sakit untuk keluar, namun ia tak sengaja melihat ibu Yuri sedang berbincang dengan seseorang.
Berniat menyapa Yena merapikan penampilannya , lalu menghampiri ibu Yuri.
" Annyeonghaseyo bibi "
Bukannya balas sapa yang ia dapat, ibu Yuri hanya menanggapi orang di depannya tanpa melirik Yena. Pemuda itu sadar jika ibu Yuri tak menyukainya, ia pun perlahan berjalan menjauh.
" Kau hebat Hyewon, masih muda sudah jadi dokter. Harusnya Yuri bisa lebih dekat denganmu, dari pada buruh bangunan "
Perkataan ibu Yuri yang sengaja di keraskan membuat hati Yena sakit, ia mendengarnya dengan sangat jelas. Secara tidak langsung Yena sedang di bandingkan.
" Oh, terimakasih bibi atas pujiannya "
" Sering-seringlah ke rumah agar Yuri juga menyukaimu, ia juga suka sanakji buatanmu "
" Benarkah? Akan aku masakan lagi malam ini "
Yena mencengkram ujung bajunya, ia tau ia pria yang banyak kekurangan. Dalam segi apapun ia hanyalah orang rendah, tak ada orang yang ingin terlahir kekurangan atau tidak memiliki orang tua. Namun karena takdir ia harus menjalaninya, membuatnya terlihat baik dan mencintai Yuri dengan ketulusan.
Saat Yena kembali ke tempat kerjanya, ia tak sengaja bertemu Yuri. Tatapan senang yang biasa ia berikan untuk Yuri malah berubah menjadi tatapan kesedihan, melihat Yuri ia malah merasa menjadi rendah.
Apa ia memang sekurang itu? Apa ia tak akan pernah mampu membahagiakan Yuri dengan tenaganya? Jika iya, apa yang harus Yena lakukan. Menyerah dan melepas Yuri, itu terlalu menyakitkan saat Yena memang benar-benar mencintai Yuri.
" Oppa? " Yuri melambaikan tangannya di depan wajah Yena.
" Eh? Ah, Yuri "
" Oppa kenapa? Dan darimana? "
" Aku habis dari rumah sakit "
Mendengar pernyataan Yena, Yuri langsung menangkup kepala Yena memperhatikannya karena takut ada yang terluka.
" Oppa kenapa? "
" Aku baik-baik saja, aku hanya mengantarkan teman yang terluka "
Yuri mengusap dada lega ternyata Yena baik-baik saja, pemuda itu kembali menatap Yuri. Berusaha menerka-nerka bagaimana masa depannya, jelas Yena ingin di persatukan Yuri. Tapi, apa dengan keadaannya, ia bisa mendapatkan itu.
" Oppa, jujurlah. Kau kenapa? " Yuri memeluk tubuh Yena, gadis itu tak keberatan walau Yena penuh dengan debu.
" Yuri, jika usahaku untuk membahagiakan terbilang lambat, apa kau akan terus menunggu? "
" Tentu saja, karena sumber kebahagiaanku adalah kau "
" Bahkan harus menentang orang tuamu? "
Yuri terdiam sejenak , memikirkan jawaban apa yang harus ia jawab. Yena pun merasakan jika Yuri dalam kebingungan ia melepas pelukan Yuri lalu memegang pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNOYING GIRL
Romance" Berhenti menggangguku " " Aku hanya menyukaimu, apa itu salah? "