Sorry gak bisa up tiap hari karena nyambil nyusun skripsi juga :')
Jangan lupa votement!!!
Komen yang banyak ya!
"Aaa ... atatata!"
Khadijah terus mengoceh dalam box bayi dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang dewasa. Bayi gembul yang sudah berusia empat bulan itu mengulurkan tangannya ke atas, mencoba meraih mainan warna-warni yang berputar di atasnya.
Sedangkan sang ibu baru selesai merapikan tempat tidur. Tubuhnya sudah tidak gemuk lagi. Halima berhasil diet sehat dalam waktu dua bulan. Hanya saja tidak terlalu ramping seperti saat sebelum hamil karena Mazhar menyukai tubuh Halima yang agak berisi. Selesai merapikan tempat tidur, Halima mendatangi bayinya. Khadijah tersenyum sambil menggerakkan kaki dan tangannya ke arah sang ibu.
"Waktunya mandi, Sayangnya Umi." Halima menggendong Khadijah. Membawanya ke kamar mandi untuk dimandikan.
Selesai memandikan si putri kecil, Halima membawanya keluar untuk berjemur. Senyumnya tersungging kala mobil suaminya memasuki pekarangan rumah. Mazhar baru pulang usai dua hari mengisi kajian di beberapa daerah di luar kota. Melihat Halima sudah berdiri di teras sambil menggendong Khadijah, Mazhar mempercepat langkahnya mendatangi anak dan istrinya itu dan mengucap salam.
Halima menjawab salam Mazhar sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Ingin langsung memeluk, tapi Mazhar menolak karena dirinya dari perjalanan jauh.
"Saya mandi dulu, baru boleh peluk," ujar Mazhar.
"Cepatlah, Khadijah merindukan Engku."
Mazhar tersenyum dan mencolek dagu istrinya. "Khadijah atau Hali?"
"Khadijah," sahut Halima.
"Hali tidak rindukan saya juga? Ah, sakit nian hati saya," ujar Mazhar sambil mengusap dada, kemudian berlalu ke kamar dengan wajah cemberut.
Ya, semenjak menjadi ayah Mazhar menjadi lebih sering mengekspresikan emosinya. Baik saat sedang bahagia, kesal, marah, sedih, atau cemburu. Sangat jauh berbeda dari dirinya dulu yang selalu terlihat tenang.
Beberapa saat kemudian, Mazhar sudah selesai mandi. Dengan handuk yang masih melingkar di pinggang, ia mendatangi Khadijah yang sedang dipakaikan baju oleh Halima. "Saya saja yang pakaikan," ujarnya.
Selesai memakaikan pakaian sang anak, Mazhar menggendong sambil sesekali menciumi pipi tembam Khadijah karena gemas.
Halima yang melihat itu pun merasa iri. Dirinya juga merindukan Mazhar, tapi sepertinya suaminya itu merajuk padanya. Halima membiarkannya bermain dengan Khadijah dulu. Setelah beberapa menit, Mazhar sudah selesai melepas rindu pada sang buah hati.
Kini bayi itu tertidur kembali usai ditimang-timang oleh sang ayah. Mazhar mengecup kening bayinya, lalu meletakkannya dalam box bayi. Saat berbalik, ia mendapat pelukan dari istrinya. Luluh sudah hati Mazhar karena pelukan hangat Halima. Diusapnya ubun-ubun beraroma vanilla itu, lalu dikecupnya dengan sayang.
"Dua hari ini saya kesepian tanpa Engku," ujar Halima tanpa melepas pelukannya.
"Baru dua hari, kalau saya pergi selamanya, bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazhar Alkhalifi ✓
FanfictionOrang-orang desa memanggilnya Engku Mazhar. Lelaki alim yang dimuliakan dan dianggap guru besar di desa Seduraja. Suatu hari, seorang gadis yang tidak ia kenal tiba-tiba memfitnah dan menuduh Mazhar telah melecehkannya. Namun, warga desa justru tida...