Jangan sider dong :'(
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading!Dua bulan kemudian, Halima dan Mazhar akhirnya bisa meluangkan waktu dan pergi ke Mekah berdua. Awalnya Halima hanya ingin mengajak jalan-jalan, tapi Mazhar menyarankan agar sekalian umrah saja agar jalan-jalan mereka menjadi ibadah.
Usai melakukan rangkaian kegiatan umrah sampai selesai, Halima mengajak suaminya menuju Jabal Rahmah. Tempat di mana dulunya Nabi Adam bertemu dengan Hawa. Di sana, Halima memanjatkan doa kepada Allah agar ia segera diberi anak dan bisa melahirkannya dengan selamat. Ia juga berdoa agar rumah tangganya selalu damai dan dirahmati Allah. Sedangkan Mazhar hanya meminta satu, yakni keberkahan dalam rumah tangganya.
Selama sepuluh hari mereka berdua habiskan untuk umrah sekaligus jalan-jalan. Saat ini, Halima sedang di kamar hotel bersama Mazhar. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Mazhar sambil memeluk lengan suaminya itu. Besok mereka akan kembali ke tanah air.
"Kalau misalnya kita punya anak nanti, Engku ingin anak laki-laki atau perempuan?" tanya Halima tiba-tiba.
"Terserah Allah saja, laki-laki atau perempuan, semuanya adalah anugerah," jawab Mazhar sambil mengusap kepala istrinya.
"Tapi saya tidak tahu kapan saya bisa memberikan Engku anak," ujar Halima pelan, suasana hatinya mendadak suram lagi.
Mazhar mengecup sekilas kening Halima. "Hali percaya kalau Allah maha mendengar dan maha penolong, kan?"
Halima mengangguk. "Iya, saya percaya."
"Nah, Hali harus yakin kalau Allah selalu mendengar dan akan menolong hamba yang mau berdoa dan berusaha."
"Iya, Engku."
"Bagus, sekarang tidurlah."
Halima mendongak minta dicium. Mazhar pun menunduk mengecup kening Halima. Tapi bukan itu yang Halima inginkan. Walaupun mereka sudah dua kali melakukan hubungan suami istri, tapi Mazhar jarang sekali mencium Halima di bibir.
Mazhar mendelik saat Halima mencium dan sedikit melumat bibirnya. Karena sudah selesai melaksanakan umrah, mereka pun berhubungan lagi dan tidak jadi tidur.
Keesokan harinya, Halima hampir tidak bisa bangun karena pinggangnya sakit. Padahal semalam mereka melakukannya hanya sekitar dua puluh menit.
Sesampainya di rumah setelah beberapa jam di perjalanan, Halima langsung merebahkan diri dan meluruskan pinggangnya yang masih sakit.
***
Beberapa waktu kemudian, tepatnya sepuluh bulan setelah mereka kembali dari Mekah. Halima mual-mual lagi, tetapi tidak sampai membuatnya lemas. Berat badannya juga naik drastis sejak berhubungan intim sebulan yang lalu.
Halima menatap dirinya di cermin. Memang ada perubahan pada tubuhnya, terutama bagian dada dan pinggulnya yang semakin berisi. Dal hati, ia sempat menduga-duga kalau dirinya hamil. Tetapi Halima tidak ingin terlalu percaya diri karena takut kecewa.
Untuk memastikannya, Halima pun diam-diam keluar membeli testpack.
Maafkan saya karena pergi tanpa izin, Engku. Batin Halima berkata demikian. Usai membeli beberapa testpack dengan merk terbaik, ia langsung mencoba semuanya agar lebih meyakinkan. Halima menunggu halosnya sambil berharap-harap cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazhar Alkhalifi ✓
FanfictionOrang-orang desa memanggilnya Engku Mazhar. Lelaki alim yang dimuliakan dan dianggap guru besar di desa Seduraja. Suatu hari, seorang gadis yang tidak ia kenal tiba-tiba memfitnah dan menuduh Mazhar telah melecehkannya. Namun, warga desa justru tida...