Sepi semakin melanda yagesyak, padahal udah disempat-sempatin nulis sambil nyusun skripsi juga 🤯
Hari-hari berlalu begitu cepat. Khadijah kini sudah berusia dua tahun. Bayi gembul itu sudah bisa berlari-lari di ruang tamu. Karena terlalu riang dengan kaki lincahnya, Khadijah pun menabrak kaki seseorang. Bayi itu mendongak menatap seseorang yang baru saja ia tabrak.
"Bibi Muning!" seru Khadijah. Ya, ia menabrak bibinya yang tak lain adalah Kemuning. Mereka sedang berada di mansion Ja'far karena libur akhir pekan.
"Hati-hati, Nak," ujar Kemuning sambil sedikit menunduk, membelai kepala Khadijah yang tertutup kerudung merah muda.
"Pelut Bibi besal sekali," ujar Khadijah yang belum bisa mengeja huruf r dengan sempurna.
Kemuning tersenyum, perutnya memang besar karena sedang mengandung. Dan kehamilannya sudah masuk bulan kedelapan.
"Ija boleh pegang pelut Bibi?" tanya Khadijah, meminta izin.
"Boleh, sini duduk dengan Bibi." Kemuning mengajak Khadijah duduk di sofa.
Dengan rasa penasaran yang besar, Khadijah pun memegang perut Kemuning. Sesekali ia menempelkan telinganya di perut Kemuning karena penasaran dengan apa yang ada di dalamnya. Saat merasakan tendangan janin dari dalam perut bibinya, Khadijah langsung menarik tangannya sambil memasang ekspresi terkejut.
Melihat keterkejutan di wajah Khadijah, Kemuning pun tertawa pelan. "Haha ... tidak apa-apa, Sayang. Adik ingin bermain denganmu."
Khadijah mendongak dan menatap heran pada Kemuning. "Adik?" beonya.
Kemuning mengangguk. "Iya, adikmu sepupumu akan lahir sebentar lagi."
Khadijah hanya tersenyum walau belum mengerti dengan apa yang dimaksud bibinya. Ia kembali meraba-raba perut Kemuning dan sesekali tergelak saat merasakan tendangan janin lagi.
Tak berselang lama, Malwiz datang sambil membawa gitar listrik kesayangannya yang terbungkus. Lelaki yang sebentar lagi akan menjadi ayah itu mengucap salam sambil melangkah ke dalam mansion. Atensinya langsung terfokus pada istri dan keponakannya yang sedang duduk di sofa ruang tamu. Malwiz pun menghampiri keduanya.
Kemuning langsung berdiri, menyalami tangan suaminya, lalu kembali duduk di samping Khadijah. Sudah siap ingin menjahili anak saudara kembarnya itu. Ya, Khadijah bayi pertama yang membuat Malwiz luluh dan menyukai anak kecil.
"Ini Abi Ija?" tanya Khadijah saat melihat wajah Malwiz.
Malwiz mendekatkan wajahnya pada Khadijah. "Coba Khadijah tebak sendiri, ini siapa," ujarnya.
Khadijah menyipitkan matanya. Ia harus memperhatikan lekat-lekat dulu sampai menemukan tahi lalat kecil di dekat cuping hidung Malwiz, baru dirinya tahu kalau itu pamannya.
"Paman Awiz!" seru Khadijah usai mengetahui siapa yang ada di hadapannya.
"Pintar," kata Malwiz sambil mencubit pipi tembam Khadijah.
"Paman, tadi pelut Bibi belgelak ... kata Bibi di sini ada adiknya Ija," ujar Khadijah sambil mengelus perut Kemuning lagi. Dirinya sudah mulai lincah dalam berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazhar Alkhalifi ✓
FanfictionOrang-orang desa memanggilnya Engku Mazhar. Lelaki alim yang dimuliakan dan dianggap guru besar di desa Seduraja. Suatu hari, seorang gadis yang tidak ia kenal tiba-tiba memfitnah dan menuduh Mazhar telah melecehkannya. Namun, warga desa justru tida...