Menuju ending harus rame donggg ...!
Seminggu telah berlalu, kebahagiaan datang dari pasangan Malwiz dan Kemuning. Kemuning baru saja melahirkan seorang bayi perempuan. Malwiz memberinya nama Jahida Ihtisyam Alkhalifi, yang berarti suka menolong, yang di hidupnya mengalir kebenaran dan kebijaksanaan. Sementara ini mereka pulang ke desa dan menginap di rumah orang tua Kemuning selama beberapa hari ke depan.
Berbeda cerita dengan rumah tangga Mazhar dan Halima. Sudah seminggu Halima ditinggal ke luar kota oleh Mazhar. Jadwal yang semakin padat membuatnya sering bolak-balik luar kota atau ke desa-desa terpencil demi menyiarkan agama Islam.
Hampir jam dua belas malam, Halima belum tidur karena Khadijah tiba-tiba demam tinggi. Suhu tubuhnya sangat panas dan Khadijah terus bergumam menyebut-nyebut abinya. Halima sudah mencoba menelepon Mazhar, tapi tidak diangkat. Sudah setengah jam Khadijah dikompres, tetapi panasnya belum juga turun. Halima yang panik akhirnya pergi sendiri membawa putrinya ke rumah sakit.
Setelah diperiksa, ternyata hanya demam biasa. Tetapi dokter meminta agar Khadijah dirawat inap saja sampai demamnya turun. Saat ini mereka berdua sudah berada di ruang rawat inap. Khadijah masih rewel dan tidak ingin lepas dari dekapan Halima.
"Abi di mana, Mi? Ija mau Abi," rengek Khadijah.
"Abi belum pulang, Sayang," ujar Halima sambil mendekap dan mengusap lembut punggung Khadijah. Sepertinya Khadijah demam karena merindukan abinya.
Setengah jam kemudian, Khadijah akhirnya bisa tertidur walaupun sesekali terbangun karena gelisah. Lalu tepat jam satu malam, Mazhar datang dan menyusul ke rumah sakit. Halima memang sudah mengirim pesan pada Mazhar sebelum pergi ke rumah sakit tadi.
"Bagaimana keadaannya? Apa kata dokter?" tanya Mazhar begitu tiba di kamar rawat Khadijah.
"Demam biasa, panasnya juga sudah turun," jawab Halima sambil mengusap kepala Khadijah. Sesekali ia menguap karena mengantuk, tapi tidak bisa tidur karena Khadijah tidak nyenyak tidurnya.
"Abi ...." Khadijah mengigau lagi.
Mazhar mendekat pada Khadijah, lalu mengusap kepala putrinya itu. "Iya, Abi di sini, Nak."
Khadijah mengulurkan tangannya sambil masih terpejam. "Peluk ...."
Mazhar melepas jaketnya, lalu membaringkan diri di samping Khadijah dan memberikan pelukan hangat untuk putri kecilnya itu.
"Engku dari luar kota langsung ke sini?" tanya Halima.
"Saya memang sedang dalam perjalanan pulang dan sempat ke rumah tadi. Setelah melihat pesanmu, saya langsung ke sini," jawab Mazhar.
"Pasti lelah usai perjalanan jauh."
"Tidak juga, kemari dan berbaringlah ... ini cukup untuk tiga orang," ujar Mazhar sambil menepuk sisi sebelahnya. Ranjangnya cukup luas karena berada di ruang VIP.
Halima pun merebahkan diri di samping Mazhar. Matanya sangat mengantuk, hingga tak sampai sepuluh menit ia sudah tertidur. Kini hanya Mazhar yang terjaga dari tidurnya.
Keesokan harinya, kondisi Khadijah sudah membaik dan dibolehkan pulang dari rumah sakit. Mereka tidak langsung pulang ke rumah karena saat melewati taman Khadijah ingin ke sana. Mereka pun akhirnya mampir ke taman tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mazhar Alkhalifi ✓
FanfictionOrang-orang desa memanggilnya Engku Mazhar. Lelaki alim yang dimuliakan dan dianggap guru besar di desa Seduraja. Suatu hari, seorang gadis yang tidak ia kenal tiba-tiba memfitnah dan menuduh Mazhar telah melecehkannya. Namun, warga desa justru tida...