🌺 • Wisuda Javas

6K 614 52
                                    

Jangan lupa vote komentarnyaaaa!







Sudah lama sejak Kemala pergi dari rumah Ja'far. Dirinya yang masih terobsesi dengan Mazhar kini kembali dan ingin membuat Mazhar menjadi miliknya. Segala cara ia lakukan termasuk berjilbab dan mengikuti ke mana pun kajian Mazhar.

Mazhar belum menyadari kehadiran Kemala karena jamaahnya memang sangat banyak dan Mazhar tidak bisa mengenali satu per satu wajah mereka, terutama jamaah perempuan. Tetapi Halima menyadarinya.

Seperti saat ini, Halima berada di barisan perempuan paling depan sambil memangku Khadijah. Tak jauh di sampingnya, Kemala duduk dan ikut mendengarkan kajian.

Selesai kajian, Mazhar hendak langsung menyusul istri dan anaknya yang sudah lebih dulu berada di parkiran mobil. Namun, di perjalanan menuju parkiran Kemala datang dan menghalangi langkahnya.

"Assalamualaikum," salam Kemala sambil tersenyum.

"Waalaikumsalam," balas Mazhar datar.

"Apa kabar?" tanya Kemala.

"Saya buru-buru," ujar Mazhar tanpa menjawab pertanyaan Kemala.

"Kau sangat berubah, Mazhar. Padahal kita sudah lama tidak bertemu, tapi kau sangat cuek pada saya."

Mazhar menghela napas pelan. Ia hendak berlalu begitu saja, tetapi Kemala tidak mengizinkan dan terus menghalangi jalannya. Kemudian secara tiba-tiba, Kemala langsung memeluknya. Mazhar terkejut dan berusaha mendorong, tetapi Kemala memeluknya terlalu erat.

"Lepaskan saya, Kemala!"

"Saya tidak masalah kalau harus jadi istri kedua asalkan saya bisa bersama denganmu. Tolong terima saya, Mazhar. Tidak ada laki-laki lain yang saya inginkan selain kau," ujar Kemala.

"Tidak, saya tidak akan pernah menikahimu," tolak Mazhar.

"Kalau begitu, saya tidak akan melepaskanmu."

Dari jauh, Halima melihat semuanya. Tadinya ia ingin menyusul Mazhar karena suaminya itu terlalu lama. Tetapi dirinya malah melihat suaminya dipeluk oleh wanita lain. Halima ingin sekali melabrak, tetapi Khadijah baru saja tertidur dalam dekapannya. Ia tidak ingin putri kecilnya melihat kekerasan.

Melihat Halima yang hanya diam sambil menggendong Khadijah, Kemala malah tersenyum licik dan hendak mencium Mazhar. Tetapi Mazhar langsung mendorong dengan kasar sampai Kemala jatuh dan terduduk, lalu bergegas menghampiri Halima yang masih berdiri agak jauh dari mereka.

"Hali ...."

"Ayo pulang." Halima langsung berbalik dan pergi.

Mazhar hanya menghela napas kasar, kemudian mengikuti istrinya. Halima tidak berkata-kata apa pun selama perjalanan. Ia hanya diam sambil menatap lurus ke depan.

Sampai di rumah, Mazhar buru-buru ke ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena Halima pasti tidak mau bersentuhan dengannya jika masih ada bekas sentuhan Kemala. Usai mengganti pakaiannya, Mazhar menghampiri istrinya yang berbaring santai di sofa kamar. Mazhar langsung menindih dan membenamkan wajahnya di dada Halima, lalu menangis seperti anak kecil.

Halima masih diam, Mazhar pasti merasa berdosa lagi karena sudah bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Padahal seharusnya Halima yang merajuk, tetapi suaminya sudah lebih dulu menangis sambil terus meminta maaf.

"Lihat saya, Engku," ujar Halima.

Mazhar tetap menyembunyikan wajahnya dan masih menangis sesenggukan. Namun, bukannya iba, Halima malah merasa gemas terhadap suaminya itu.

"Harusnya saya yang menangis karena suami saya dipeluk perempuan gatal," ujar Halima ketus, mendadak kesal jika mengingat kejadian beberapa saat lalu.

Mazhar akhirnya beranjak duduk. "Saya minta maaf ... saya juga tidak mengira dia akan ... memeluk saya seperti tadi. Tolong jangan marah," ujarnya sambil terisak.

Mazhar Alkhalifi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang