🌺 • Rencana Pembunuhan

9.1K 791 45
                                    

Yang biasa komen pada hilangan ya?














Seminggu kemudian, ratusan anak yatim piatu berkumpul di rumah baru Mazhar dan Halima. Anak-anak itu diundang dalam rangka syukuran atas rumah baru mereka berdua. Mazhar dan Halima juga membagikan makanan, amplop berisi uang, dan peralatan sekolah untuk anak-anak yatim tersebut di akhir acara.

Selesai acara, Halima mendudukkan diri di sofa. Menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan terpejam. Entah mengapa rasanya lelah sekali, padahal ia tidak bekerja keras dan hanya menyambut anak-anak yatim piatu. Kepalanya pusing dan perutnya merasa mual.

Tak lama kemudian, Mazhar datang. Ia langsung duduk di samping Halima yang nampak kelelahan. Diusapnya kepala istrinya yang tidak memakai jilbab tersebut. "Hali terlihat lelah sekali," ujarnya.

"Hm, entah kenapa rasanya lelah sekali. Padahal hanya menyambut anak-anak yatim," ujar Halima sambil mengurut pelipisnya.

"Semoga lelahmu menjadi berkah," kata Mazhar.

"Aamiin ... kepala saya pusing, Engku," keluh Halima.

"Berbaring di sini," ujar Mazhar sambil menepuk pahanya.

Halima pun berbaring dan memposisikan kepalanya di pangkuan Mazhar. Menikmati sentuhan tangan Mazhar yang memijat dahinya.

Awalnya Halima hanya mengira rasa mual itu hanya efek dari kelelahan. Namun, setelah dua Minggu berlalu, rasa mual itu timbul lagi dan semakin sering. Tapi Halima tidak peduli dan menganggap bahwa dirinya hanya masuk angin. Sampai akhirnya ia jatuh sakit akibat sering tidak makan karena mual.

Saat ini Mazhar sedang berada di kamar, menemani Halima yang tiba-tiba menjadi cengeng dan cerewet. Istrinya itu enggan dibawa ke rumah sakit walaupun demamnya tinggi dan tubuhnya lemas. Mazhar yang khawatir pun berusaha membujuk agar Halima mau ke rumah sakit, tapi perempuan itu malah menangis.

"Ayo ke rumah sakit, Hali. Tubuhmu sangat panas, kau juga tidak makan dari kemarin," ujar Mazhar khawatir.

Halima menggeleng. "Tidak mau, Engku ...."

Mazhar menghela napas berat. "Kita harus ke rumah sakit, bisa semakin parah kalau kau tidak berobat."

Tidak ada sahutan, hanya isak tangis Halima saja yang terdengar. Mazhar mengusap wajahnya frustrasi, lagi-lagi istrinya itu menangis. Padahal hanya ingin diajak ke rumah sakit. Tapi daripada demam Halima semakin parah, Mazhar akhirnya membawa paksa istrinya itu dengan menggendongnya seperti bayi koala.

Selama perjalanan ke rumah sakit, Halima terus menangis dan membuat Mazhar bingung. Ia baru pertama kali melihat Halima yang seperti itu.

Sampai di rumah sakit, Halima langsung diperiksa oleh dokter. Betapa terkejutnya Halima dan Mazhar setelah mengetahui hasil pemeriksaan. Ternyata Halima positif hamil dan kandungannya lemah. Halima harus dirawat di rumah sakit sampai kondisinya membaik.

***

Setelah dua hari menginap di rumah sakit, Halima akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Kondisinya sudah jauh lebih baik. Hanya saja, ia masih sensitif terhadap bau dan sering mual.

"Kapan kita akan memberi tahu keluarga kalau kau hamil?" tanya Mazhar. Saat ini ia sedang berada di dapur, menemani si cantik yang tengah memasak untuk makan malam.

Mazhar Alkhalifi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang