Tahun itu, penerbangan masih sulit. Tahun itu, segalanya masih menggunakan kapal untuk bepergian. Jarak jauh hanya bisa ditempuh dengan kapal yang melalui luasnya perairan dari satu benua ke benua lainnya. Entah berapa lama waktu yang dihabiskan untuk menempuh jarak yang tak dekat. Joohyun, seorang yang belum pernah mencobai hal itu, ia tidak begitu suka dengan laut. Sampai laut berhasil membuat Joohyun lebih membencinya, dengan melenyapkan pasangannya.
Joohyun anak yang manis. Saat bersekolah pun semua lelaki memandangnya dengan tatapan suka dan ingin memacari dirinya, tapi tak satupun berhasil meraih hatinya, sampai ia pergi melanjutkan pendidikan ke ibu kota. Ia berkuliah di Seoul National University. Ia mengambil kelas hospitality and pariwisata. Yang saat itu tengah gempar karena Korea ingin memajukan negaranya dengan membentuk sebuah negara wisata. Dan sekarang berhasil, tapi kita bahas yang dulu terlebih dahulu.
Joohyun seorang tertutup yang sulit di dekati, tapi apabila Joohyun sudah merasa nyaman. Ia tidak akan pindah lagi, ia akan bersama dengan orang itu, menetapkan hatinya, entah itu sahabatnya atau kekasihnya, yang jelas ia setia dengan segala hubungan yang ia punya.
Satu hari, ada laki-laki yang dengan jelas menyatakan cinta padanya. Jujur, Joohyun juga sudah menyadari bahwa laki-laki itu kerap memandanginya, mengamatinya, dan tak jarang tersenyum sambil memandangnya. Itu Junmyeon. Laki-laki beruntung yang menjadi cinta pertama Joohyun. Dan seperti yang kita ketahui. Junmyeon berhasil masuk seluruhnya ke dalam hidup Joohyun karena Joohyun tidak lagi membuka hati untuk yang lain.
Sampai mereka di hadapi dengan kenyataan yang pahit. Mereka harus berpisah, hanya saja, Junmyeon berjanji akan segera pulang saat selesai mengemban studi di Amerika sana. Junmyeon melamar di Harvard dan ia diterima. Junmyeon berjanji akan serius belajar dan cepat pulang untuk meminang Joohyun, tapi janji hanya sekedar janji sekarang.
Sesaat setelah Joohyun melepas Junmyeon untuk pergi ke negara Paman Sam. Tak lama kemudian, terdengar kabar bahwa kapal pesiar yang ditumpangi Junmyeon celaka. Ia terserang buta oleh kapal perang yang sedang berlayar di sekitar sana. Tidak ada korban yang selamat jika kalian ingin tahu. Rekasi Joohyun? Ia pulang ke Daegu dan mengurung dirinya beberapa hari sampai appa nya mendobrak pintu dan memaksanya makan. Iya, ia harus menjalani hidup yang tidak ia inginkan.
Kenapa juga ia tidak ikut Junmyeon? Kenapa harus Junmyeon pergi sendiri? Ini tidak benar bukan? Junmyeon pasti kesepian di sana, bagaimana kalau Junmyeon kedinginan? Hanya kalimat-kalimat untuk Junmyeon yang ada di hati dan fikirannya, walau raganya utuh, jiwa dan separuh hatinya seperti ikut pergi dengan Junmyeon, entah di dasar laut bagian mana mereka tertidur, Joohyun pun kurang paham.
Joohyun merasa, jika ia memang mengurung terus dirinya, perlahan ia akan menyusul Junmyeon, mungkin itu yang bisa ia lakukan. Tapi seketika saja seperti dirinya mendengar suara Junmyeon.
"Chagi-ya, jika aku tidak ada, kau harus tetap bahagia ya! Kau ingatkan? Aku tidak suka dirimu bersedih ataupun terluka, ya, terutama karena diriku"
Itu kata Junmyeon sesaat sebelum meninggalkan Joohyun dengan alasan pergi studi. Tapi ternyata Junmyeon bohong, ia tidak kembali lagi untuk Joohyun. Ia pergi selamanya.
Joohyun berakhir membuka restoran di Daegu karena ia tidak ingin terus berdiam diri di kamar dan menyusahkan ayahnya. Ia juga masih ingat pesan Junmyeon.
"Setidaknya, mungkin ini yang Junmyeon inginkan" Untuk Joohyun tetap hidup, mengenang dirinya.
Sampai pada hari yang tidak ia sangka. Malam itu Joohyun akan menutup kedai makanannya dan ada seorang laki-laki yang duduk di dekat sana, terlihat tidak baik-baik saja. Dan Joohyun menawarkan kebaikkannya, tanpa sadar Joohyun juga kembali membuka pintu hatinya.
"Ada apa tuan? Sepertinya kondisimu tidak sedang baik-baik saja, apa kau sudah makan? Jika belum, masuk lah ke kedaiku, akan ku masakkan kau sesuatu yang hangat"
Pemuda itu mengikuti Joohyun masuk ke kedainya. Dan benar saja, tak lama kemudian Joohyun memberikannya kimchi jjigae dengan semangkuk nasi dan segelas air putih.
"Maaf hanya ini yang tersisa, karena sebenarnya kedaiku sudah tutup tadi, tapi ku rasa, jika hanya satu orang lagi yang akan makan, aku masih mempunyai makanan untuknya"
Pria itu makan dengan lahap tanpa berbasa-basi tanpa sadar Joohyun sedang memerhatikannya. Setelah selesai makan.
"Terima kasih" kata pria itu.
"Sama-sama tuan. Apa kau menyukai masakanku?"
"Enak, aku suka"
"Kalau begitu, jika kau tidak sibuk, kau bisa datang lagi kemari, akan ku buatkan untukmu menu lainnya" entah kenapa Joohyun mengucap kata itu.
"Kau, pemilik kedai ini?"
"Kebetulan begitu, aku membuka kedai ini karena hanya ini yang ku bisa dengan ijazah hospitality. Dulu aku mengambil jurusan food and beverages" jelas Joohyun pada lelaki di hadapannya.
"Oh" dia, tidak tahu harus berkomentar apa.Mereka dilanda keheningan sebentar sampai lelaki itu menenggak habis air putih yang Joohyun berikan tadi
"Ah, apa kau mau tambah air minum?"
Jangan tanya kenapa Joohyun ramah, ia terbiasa melayani pelanggan, dan pelanggan adalah raja, bukan begitu?
"Tidak"
Joohyun agak bingung kenapa pria di depannya ini sangat irit berbicara
"Kalau begitu, biar ku bawa dulu mangkuk dan gelas kotor mu ke dapur"
"Kalau begitu, aku pulang, sekali lagi terima kasih"Lelaki itu menundukkan sedikit pandangannya yang membuat Joobyun ikut menundukkan pandangannya. Dan saat laki-laki itu menjauh, Joohyun baru menyadari ada barang pria itu yang tertinggal di bangkunya. Sebuah topi unik dengan bordir di samping kanan topinya.
"Kim Taehyung"
.
LANJUT?
070920

KAMU SEDANG MEMBACA
SAILOR MAN [Completed]
FanfictionJoohyun, gadis yang terlalu mencintai kekasih yang ia temui saat ia masuk bangku kuliah. Semua angan telah ia bayangkan bersama Junmyeon, teman sekelas, sebangku, yang sekarang terus memenuhi hati dan pikiran Joohyun. Tanpa mengerti bahwa ternyata m...