Rumah duka itu cukup ramai. Tentu, Ayah Joohyun adalah orang yang baik dan ramah, dari mulai tetangga sampai mantan rekan kerja bahkan alumni universitas juga teman sekolah Ayah Joohyun berdatangan. Tapi tetap saja, yang berada di ruang berpigura itu hanya Joohyun seorang. Ia adalah anak tunggal yang tidak lagi memiliki ibu, ia harus melewati kepedihan ini sendirian, gaun tradisional berduansa hitam, juga pita putih kecil yang menghiasi surai gelamnya cukup membuat orang-orang tahu, kalau dirinya adalah satu-satunya keluarga Bae Sungjoo. Anak satu-satunya yang amat dibanggakan Sungjoo semasa hidupnya.
Banyak yang menyayangkan kepergian Sungjoo yang menurut orang-orang sangat mendadak dan usianya juga belum terlalu tua, ia masih bisa produktif jika dihitung dari usia walau memang sudah bisa diperhitungkan pengalaman hidupnya. Banyak yang menaruh iba pada Joohyun, terutama yang mengetahui kisah hidup Joohyun yang agak tragis, tapi ada juga yang menyayangkan sikap Joohyun dengan mempercepat penyemayaman ayahnya ini hanya selama tiga hari, biasanya jika orangtua yang meninggal, diadakan sedikit lebih lama, sekitar lima hari, hanya saja, Joohyun sudah mantap dengan pendiriannya.
"Aku tidak ingin menahan ayah lebih lama lagi, paman. Bukankah itu mempersulit ayah untuk pergi jika yang kulakukan hanya menahan raganya berhari-hari? Bahkan ayah juga tidak akan kembali walau raganya ku tahan lagi lebih lama di sini"
Entahlah, semenjak masuk rumah duka ini, air mata Joohyun tidak sederas di rumah sakit. Entah sudah habis air mata, atau memang Joohyun telah tersadar bahwa ayahnya kini telah pergi? Tapi hal itu malah membuat Taehyung tidak tenang.
Taehyung masuk ke ruangan penghormatan terakhir itu menggunakan setelan hitam dan memasang belt di tangannya yang berupa beberapa garis putih menandakan ia adalah keluarga yang ditinggal oleh Bae Sungjoo.
"Kenapa kemari? Kenapa memakai belt itu? Di mana ibu?"
Sederet pertanyaan dari Joohyun sontak terlontar begitu Taehyung ikut duduk bersimpu di ruang itu.
"Ibu di depan, ia membantu menyediakan makanan bagi yang berkunjung, ku bilang ayah temanku meninggal, ia tidak akan menyadari kalau ini dirimu, kau bahkan terlihat sangat kurus, Joo. Aku harap kau akan segera membaik"
Joohyun hanya mampu mengunggingkan senyum seikhlasnya dan beranjak bangun saat ada yang memasuki ruangan. Tapi tiba-tiba saja tubuh Joohyun menegang.
Wanita itu melangkahkan kakinya dengan anggun menuju pelataran, mengambil sebuah krisan putih yang disediakan dan meletakkannya di altar. Joohyun masih tidak bisa menjernihkan pikirannya. Dan wanita itu memberikan penghormatan terakhir untuk Ayah Joohyun.
Taehyung membungkukkan badan saat wanita itu menghampiri dirinya dan juga Joohyun.
"Oh? Kau sudah menikah rupanya?" Tanya wanita itu sarkas.
Joohyun membungkukkan dirinya pada wanita itu lalu menatapnya lurus.
"Terima kasih sudah datang, nyonya" ucap Joohyun.
Taehyung merasa aneh dengan aura kedua wanita ini, seperti entah bersitegang, tidak akur, tapi ada sorot kerinduan yang sama, bahkan tatapan mata itu.
"Oh, ayolah Joohyun. Sampai kapan kau akan terus marah dengan ibumu ini? Bahkan ayahmu yang telah mati itu sudah memaafkanku sebelum ia pergi, bukankah tinggal aku keluargamu yang tersisa, Joohyun? Bukankah kita harus akur sebagai ibu dan anak? Bukankah kau selalu mengatakan bahwa kau menyayangi bahkan mencintaiku?"
Sedikit banyak Taehyung tahu dengan maksud pembicaraan wanita ini, dan siapa dia, hanya saja.
"Taehyung?" Itu Ibu Taehyung.
Benar, bukan hanya Ibu Joohyun yang terkejut, tapi Taehyung dan Joohyun juga terkejut. Ibu Taehyung sedang sadar? Ia tadi memanggil Taehyung dengan benar, bukan Vian. Tapi, sorot mata itu berubah saat Taehee menatap Joohyun. Seolah Joohyun juga merasakan keterikatan itu, perlahan tapi pasti, Joohyun melangkahkan kakinya ke arah Taehee, lalu merangkul lengannya.
"Ini ibuku, perkenalkan bu, ini Nyonya Lee" ucap Joohyun.
Ibu Joohyun yang bingung hanya bisa menerima uluran tangan Ibu Taehyung dan menyebutkan namanya.
"Lee Hyunmi" sebut Ibu Joohyun.
"Kim Taehee, Ibu Taehyung. Hyunmi-ssi terima kasih sudah menyempatkan hadir ke sini, kami sekeluarga akan membalas kebaikan ini kedepannya" kata Taehee membuat Hyunmi semakin bingung.Taehee mengelus surai Joohyun dan mengusap wajah Joohyun tepat di bawah mata putri cantiknya itu untuk menghapus jejak air mata.
"Sayang, ibu kembali ke dapur untuk membagikan makanan kepada para tamu ya, jangan menangis. Taehyung, jaga kesayanganmu dengan benar, ibu tidak mau melihatnya menangis!"
Taehyung yang heran segera mendekati Joohyun dan merangkul wanitanya.
"Kalau begitu, permisi" Taehee keluar lagi dari ruang itu.
Ada perasaan lega di hati Joohyun bahwa ibunya tidak menyebut dirinya Jisoo ataupun adik Taehyung di depan ibu kandungnya, tetapi.
"Jadi itu mertuamu?"
"Ada masalah apa nyonya?" Tanya Taehyung.
"Bukankah seharusnga kau lebih sopan pada ibu mertuamu? Nak siapa tadi namamu?"
"Taehyung, dan aku tidak lagi memiliki mertua. Saat aku mengambil Joohyun menjadi istriku, ia sudah tidak lagi memiliki ibu, ia hanya memiliki seorang ayah yang sangat menyayanginya bahkan sampai akhir hayat. Aku tidak tahu jika Joohyun memiliki ibu, kalau memang anda Ibu Joohyun, kemana saja anda selama ini? Apakah anda pernah menemani putri anda di saat ia sendirian? Jatuh dan terpuruk? Jika tidak satupun dalam kejadian itu anda menemani Joohyun, di saat terbawahnya, apa gelar ibu masih pantas disandang oleh wanita sepertimu?"Di tengah pernyataan itu Joohyun mencengkram sedikit tautan tangannya dengan Taehyung. Tapi Taehyung memberinya kekuatan dan kenyamanan dengan mengusapkan ibu jarinya di tangan Joohyun memberikan Joohyun ketenangan tersendiri.
"Baiklah, kita lihat saja nanti. Apa kau yang lebih berhak tinggal bersama Joohyun. Atau aku, selaku ibu kandung dari Joohyun"
Wanita anggun itu keluar dengan hentakkan kaki keras membuat Joohyun luruh jatuh terduduk di tempatnya.
"Joohyun?"
"Jangan tanya apapun padaku, Tae. Kumohon"Taehyung hanya memberikan anggukkan tanda persetujuan atas permintaan Joohyun itu.
🐯🌧🐰
Author notes
Kayaknya hari ini ga bisa update sepanjang biasanya, author lg persiapan UTS dan author sedang terguncang dengan berita Irene.
Kalian lihat beritanya? Kalian tetep dukung Irene atau malah jadi salah satu yang hate speech ke Irene?
Jujur auhtor tetep sayang sama Irene, ga bisa bayangin tekanan yang Irene terima hari ini, bahkan jauh sebelum ini.
Irene adalah member tertua, leader, member dengan kegiatan yang banyak dan aku yakin dia pendem semua masalah serta ke khawatiran itu sendirian. Aku gatau lagi gimana bisa jadi hooman kayak Irene, yang jelas aku tetep bakal dukung Irene.
Bukan artian aku setuju Irene harass orang lain, bukan, bukan begitu, tapi aku percaya, in every act there is a reason for that.
221020
KAMU SEDANG MEMBACA
SAILOR MAN [Completed]
FanficJoohyun, gadis yang terlalu mencintai kekasih yang ia temui saat ia masuk bangku kuliah. Semua angan telah ia bayangkan bersama Junmyeon, teman sekelas, sebangku, yang sekarang terus memenuhi hati dan pikiran Joohyun. Tanpa mengerti bahwa ternyata m...