Sesampainya mereka di pulau Bintan kurang lebih dua jam. Pesta yang Joohyun inginkan terjadi. Taehyung sudah menghubungi pihak hotel termahal di pulau itu, menyediakan gaun pesta untuk Joohyun dan menyewa semua fasilitas di sana. Untuk makanan, jangankan makanan Korea. Jepang, Cina, Indonesia, Eropa, Amerika. Semua lengkap dihidangkan. Tentu dengan cara yang menurut Taehyung 'cukup sederhana' ini. Telah mampu membuat Joohyun semakin terkesan dan merasa dicintai.
Selama menghabiskan waktu lima hari di Bintan. Tidak ada yang spesial. Joohyun dan Taehyung hanya bertindak selayaknya pasangan yang baru menikah, banyak menghabiskan waktu di kamar. Paling jauh ke restoran hotel. Dan menghirup udara segar sambil menikmati matahari Asia Tenggara. Tentu kulit Joohyun memerah, tapi matahari pun tidak mampu membuat kulitnya hitam. Saat perjalanan pulang ke Korea. Berdiam diri di kamar Taehyung terus selama beberapa hari, kulit yang tadinya terbakar itu sudah kembali putih seperti semula. Tentu saja sebenarnya jika tidak kembali pun Taehyung tetap akan menyukai Joohyun apa adanya, putih ataupun tidak putih, bukankah janjinya bahkan lebih dari sekadar warna kulit? Melainkan dalam sehat dan sakit. Apalah arti kulit hitam atau putih dikala hati telat bertaut. Di saat anak kunci itu telah menemukan gembok mana yang bisa ia buka. Di saat sebuah puzzle itu pas untuk mengisi bagian yang masih kosong. Singkatnya kedua individu yang sebenarnya satu dan kini telah menemukan masing-masing. Rasanya memang tidak mungkin untuk berpisah jika bukan maut yang bertindak, ups. Joohyun tidak suka membahas hal ini, mari kita bahas hal yang sekarang saja.
Perjalanan pulang menuju ke Korea Selatan dan untuk berlabuh di Incheon kembali membutuhkan waktu sepuluh hari, maka dari itu genaplah satu bulan kepergian mereka berlayar itu. Sampai di Korea pada tanggal 31 Januari subuh hari dan terjadi sedikit drama saat membawa Joohyun turun dari kapal.
Semua penumpang lain sudah turun dan hanya Joohyun yang masih di kamar Taehyung dengan menahan selimut itu untuk menutupi dirinya.
"Aku tidak mau turun sampai kau mau berjanji padaku!"
"Sayang"
"Jangan panggil aku sayang! Kalau kau tidak mau berjanji aku tidak mau jadi sayangmu!"
Coba tebak apa yang Joohyun minta untuk Taehyung janjikan padanya?
Benar! Joohyun ingin Taehyung meninggalkan pekerjaannya untuk dirinya dan bayi mereka.
"Joohyun, listen to me"
Taehyung duduk di kasur itu dan memegan kedua bahu Joohyun.
Joohyun yang sudah siap menangis kapan saja memalingkan wajahnya dari lelaki yang kini sudah menyandang status sebagai suaminya itu.
"I won't"
"Kim Joohyun. Dengarkan aku. Aku mencintaimu, tapi kapal adalah sebagian dari hidupku, sayang"
"Sudah ku bilang jangan panggil aku sayang kalau kau tidak mau berjanji! Kapal adalah sebagian dari hidupmu, kau lebih mementingkan kapal daripada diriku! Kau lebih mencintai pekerjaanmu daripada aku istrimu! Kenapa tidak kau bunuh saja aku!"
Taehyung segera mendekap Joohyun nya karena tidak suka kata sembarang itu terlontar, Taehyung tahu. Joohyun terlampau emosi dan sembarang berkata. Ia tidak suka, apa lagi melihat mata indah itu mulai menggenang.
Joohyun masuk kepelukan yang selalu menghangatkannya itu menangis sepuasnya di bahu nyaman milik suaminya.
Sementara Taehyung hanya mampu mengusap kepala Joohyun dan punggung wanita itu yang terus bergetar.
"Maafkan aku, Joo"
Joohyun menggeleng di sana. Ia tidak suka jawaban Taehyung. Ia tidak mau kata maaf. Ia tidak butuh kata maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAILOR MAN [Completed]
FanfictionJoohyun, gadis yang terlalu mencintai kekasih yang ia temui saat ia masuk bangku kuliah. Semua angan telah ia bayangkan bersama Junmyeon, teman sekelas, sebangku, yang sekarang terus memenuhi hati dan pikiran Joohyun. Tanpa mengerti bahwa ternyata m...