Prolog

1.7K 82 81
                                    


Melihatmu dengan wanita lain ternyata lebih menyakitkan dibandingkan pembatalan pertunangan. Aku memang rapuh, aku selalu berlutut mengharapkan cintamu. (Naima)

***

"Dilan, lepasin. Gue lagi sibuk," kata Betty yang masih dengan aktivitasnya.

"Lo rajin banget, sih! Biar aja Bi Marni yang kerjain," jawab Dilan dengan irama manja.

"Dilan, selagi gue bisa gue bakalan kerjain. Lo tunggu aja di ruang makan nanti gue anterin kopinya sekalian sama omeletnya."

Dilan diam dan masih belum ingin melepas pelukannya. Ia masih memeluk Betty dan mengikuti langkah Betty yang sibuk membuat kopi dan omelet untuk dirinya.

"OH JADI GINI KALIAN TIAP HARI! MESRA SAMA TUNANGAN ORANG!" Tiba-tiba Ima sudah ada di dapur. Dilan dan Betty serentak menoleh pada sumber suara. Mereka terkejut ternyata Ima sudah ada di hadapannya. Betty langsung melepas paksa pelukan Dilan.

"Ini enggak seperti yang kakak kira, Kak. Aku sama Dilan enggak ngapa-ngapain," Betty mencoba membela dirinya.

"Kamu ngapain sih, Tetangga! Nyelonong masuk aja, gak baca salam," protes Dilan.

"Ini rumah calon tunangan gue, jadi wajar kalau gue muncul di sini tiba-tiba," jawab Ima serak karena menahan tangisnya. Hatinya sangat cemburu melihat mereka berpelukan di dapur. Bukankah seharusnya dirinya bersama Sean yang ada di dapur bersama.

"Kak, maafin aku kak. Aku enggak bermaksut buat," jawab Betty tertunduk. Kata-katanya dipotong Ima

"Lo sekarang deketin Dilan, besok lo juga bakalan ngerebut Sean dari gue, 'kan? Lo nggak lebih dari seorang pelakor," hujat Ima. Wanita yang selalu menjaga sikap itu tiba-tiba marah dan menyebut Betty seorang pelakor.

I Love You Dilan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang