27. Betty & Soni

151 15 24
                                    

Aku adalah orang yang mudah jatuh cinta, tapi saat bertemu denganmu aku merasa jatuh cinta untuk yang terakhir kalinya. (Soni Gilberto)

***

Betty hanya berpamitan dengan Bi Marni. Mama Sean tidak ada di rumah beliau ada acara dengan geng sosialitanya di Bali. Sementara Papa ke luar kota untuk persiapan kampanye politiknya. Betty berjalan keluar rumah sambil menenteng tas pakaiannya.

Mobil sedan mewah Soni tiba di halaman rumah bertepatan dengan Betty yang akan berjalan keluar meninggalkan rumah.

"Betty, kamu mau ke mana?" tanya Soni setelah keluar dari mobilnya.

"Kak Soni, aku pamit pulang dulu. Semoga Dilan besok baik-baik saja," jawab Betty tertunduk.

"Betty kamu enggak enak karena masalah tadi pagi ya?" tanya Soni.

"Aku enggak pengen perjodohan Kak Sean sama Kak Ima batal gara-gara aku Kak. Lebih baik aku pulang. Tadi aku juga udah pesan sama Dilan. Mudah-mudahan dia baik-baik saja," lirih Betty.

"Betty terlalu cepat kamu pulang sekarang," kata Soni.

"Aku udah yakin Kak, aku mau pulang sekarang. Sekalian aku pulang kampung. Sudah lama aku tidak menemui Bibiku," cerita Betty.

"Ya sudah kalau begitu, kamu aku antar ya?" kata Soni pelan dan menatap wanita cantik itu.

"Enggak usah kak, aku pengen jalan kaki sampai ke halte bus. Aku udah lama enggak jalan malam-malam karena sibuk kerja," tolak Betty sambil tersenyum.

"Tapi ini udah malem Betty, enggak baik wanita jalan sendirian malam-malam," sanggah Soni.

Betty terkekeh. Kalau untuk jaga diri sudah tentu dia bisa. Bukankah empat preman yang menyerang Sean ia yang menghabisi. Soni tentunya tidak tahu itu, Soni belum tahu kalau Betty mahir bela diri Muai Thai. Soni juga pastinya belum tahu kalau Betty escapology, wanita cantik itu bisa meloloskan diri dari borgol dan ikatan apapun.

"Aku bisa jaga diri aku kak, kakak gak usah khawatir," kata Betty dengan tersenyum.

"Kamu cantik Betty, aku benar-benar terpesona olehmu. Pantas saja Dilan enggak ingin melepasmu. Aku adalah orang yang mudah jatuh cinta, tapi saat bertemu denganmu aku merasa jatuh cinta untuk yang terakhir kalinya. Maaf Betty," Batin Soni.

"Jangan Betty, biar aku yang iringi kamu jalan sampai ke halte bis. Boleh ya, plisss," Soni memohon. Ia sebenarnya tak ingin Betty pulang, ia masih ingin melihat Betty dan melihat wajah cantik Betty.

Kenapa aku susah kabur dari permintaan Kak Soni. Aku memang ahli kabur dari apapun, apapun kuatnya simpul ikatan atau kunci aku masih bisa kabur. Bahkan dari Dilan aku juga bisa kabur, tapi kenapa aku enggak bisa kabur dari Kak Soni. Aku selalu ingin berdiri di sini. Batin Betty.

"Oke lah," jawab Betty.

Soni mengambil tas pakaian Betty lalu mereka mulai berjalan pelan beriringan. Mereka berjalan pelan sambil bercerita. Langit cerah penuh bintang seolah mengiringi langkah mereka. Soni mencoba bertanya-tanya untuk memecah keheningan antara mereka. "Kamu kenal Dilan sejak kuliah ya?"

"Hmm," jawab Betty.

"Aku terakhir ketemu kamu waktu Sean wisuda, setelah itu aku enggak pernah lihat kamu dan Sean juga enggak cerita tentang kamu. Sean kurang terbuka kalau masalah cewek sama aku," kata Soni sambil memperhatikan Betty.

"Ya begitu lah Kak, aku sama Kak Sean enggak ada apa-apa. Setelahnya kami memang saling menjauh. Aku hanya tahu Dilan, dengan Kak Sean aku enggak tahu banyak," cerita Betty.

"Oh iya aku baru ingat kalau Sean pernah sebut-sebut kamu saat kami makan malam sekeluarga, cuma itu aja sih. Terus dia di jodohkan sama Ima," cerita Soni.

"Oh iya? Sepertinya dia enggak punya banyak teman wanita, makanya dia ingat aku. Eh tau nggak Dilan juga pernah ceritain Kakak loh!" kata Betty mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Oh iya benar kah? Ku kira Sarimin menganggapku musuh," kata Soni terkekeh. "Memangnya dia cerita apa?"

"Seingatku katanya dia punya sodara namanya Soni," jawab Betty.

"Hmmm, pasti dia bilang kalau aku nyebelin," tebak Soni.

"Enggak kok kak, katanya kamu baik enggak marah kalau dijahili," cerita Betty.

"Hah! Dasar tuh Sarimin, gimana aku mau marah kalau tiap aku marah dia mau nendang bokong aku. Tendangannya lebih sakit dari pada sakit gigi," canda Soni.

Mendengar cerita Soni Betty terkekeh. Soni memiliki selera humor yang cukup baik. Soni lebih hangat, tidak seperti Sean yang dingin atau Dilan yang suka blak-blakan. Soni juga tak kalah tampan dibanding Sean, perawakannya hampir sama dengan Sean, hanya saja tinggi Soni  tidak melibihi tinggi Sean.

Sesekali mereka curi-curi pandang. Betty menelan salivanya. Apa boleh memulai hubungan dengan kakak seorang mantan kekasih? Betty menepis Keinginan itu, heran mengapa bisa ia berpikiran begitu. Mana mungkin pria berkelas seperti Soni mau dengan gadis kampung seperti dirinya. Jika bukan karena Dilan tak mungkin ia berurusan dengan pria-pria berkelas seperti Sean atau Soni.

"Betty kamu cantik," kata Soni pelan.

"Itu enggak lagi ngerayu kan?" jawab Betty menghentikan langkahnya.

"Enggak kok, aku malah refleks ngomonganya," jawab Soni sekenanya.

Betty kembali terkekeh ia menutup mulutnya. Soni sukses membuatnya tertawa dan tersenyum. Jujur pria kaya ini membuatnya nyaman. Sepanjang perjalanan dari rumah menuju halte bus Soni sangat Seru. Mereka saling berhadapan dan sesekali saling menatap.

"Aku orang yang mudah jatuh cinta. Tapi sekalinya aku di dekatmu jantungku seperti berhenti berdetak," kata Soni sambil menatap mata Betty.

"Wah mati dong kak kalau berhenti berdetak," jawab Betty. Mereka terkekeh.

"Maksutnya berhenti berdetak mencari gadis lain. Berhenti mencari gadisnya di kamu," ralat Soni dengan terkekeh.

"Ah kakak, bisa aja.," jawab Betty. Mereka kembali terkekeh.

"Serius Betty kapan kamu ke rumahku lagi?"

"Belum tahu Kak, kalau kak Sean muncul mungkin aku enggak akan kembali lagi. Aku enggak ingin merusak pertunangan kak Sean dan kak Ima," jawab Betty tertunduk.

"Jangan gitu Betty, kapan-kapan kamu ke rumahku lagi ya?" ajak Soni.

"Kalau Dilan muncul lagi?" tanya Betty mengerutkan keningnya.

"Bukan, aku pengen kamu ke rumahku lagi sebagai istriku," jawab Soni santai.

"Tuh kan kak Soni bercanda lagi," protes Betty.

Haahahah. Mereka tertawa bersama.

"Jangan bikin baper kak."

"Kamu baper?" tanya Soni penasaran.

"Engg.....engg maksutnya jangan bikin apa gitu aah!" jawab Betty tergagap. Mereka terkekeh kembali. Sebuah pertemuan yang banyak melahirkan tawa.

"Aku malah seneng kamu baper, berarti kamu percaya sama aku," kata Soni dengan wajah senang.

"Tuh kan aku digombali lagi," gerutu Betty. Setelahnya mereka kembali terkekeh.

Betty naik bus yang sudah berhenti di halte. Ia melambaikan tangannya pada Soni yang masih berdiri di halte. Soni tersenyum sangat manis, ia juga melambaikan tangannya. Lalu Soni melangkah setelah bus membawa Betty pergi.

"Astaga, aku lupa minta nomor ponselnya," Soni menyesali lupa menanyakan nomor ponsel Betty. Jika ia punya nomor ponselnya paing tidak ia bisa menelpon Betty sekedar mengetahui keadaan Betty setelah sampai tujuan. "Besok ku cari di ponsel Sarimin aja kali ya. Sarimin pasti menyimpan nomor ponsel Betty," gumamnya.

I Love You Dilan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang