30. Betty Dalam Bahaya

120 13 17
                                    

Soni langsung panik saat mendengar gadis pujaanya --Betty dalam bahaya. Wajah ngeres-nya berubah menjadi wajah takut, ia tak ingin terjadi sesuatu pada Betty. "Memangnya ada apa dengan Betty?"

"Oh God," Sean meremas rambutnya. "Kak, sebelum gue kehilangan waktu gue ketemu Betty di mal. Gue diserang empat lelaki yang enggak gue kenal. Mereka manggil gue Dilan seperti biasanya. Lalu gue dihajar sampai babak belur, untung gue di selamatin Betty. Betty menaikkan gue ke atas taksi, tapi setelahnya Betty lari dan di kejar orang-orang itu," cerita Sean.

"Jadi karena itu muka lo babak belur? Atau mungkin karena itu Dilan muncul? Gue inget besoknya lo langsung aneh," kata Soni.

"Benarkah kak? Gue inget itu terakhir gue ketemu Betty," kata Sean.

"Sekarang coba lo hubungi dia, telpon buruan," perintah Soni.

"Gue enggak punya nomor teleponnya," kilah Sean.

"Lo cek aja di HP lo, kali aja Sarimin nyimpen nomornya," Soni memberi saran.

Sean panik dan membuka kontak di ponselnya. Satu persatu ia mengecek nomor ponselnya dan ajaib ia punya nomor Betty. Padahal bertahun-tahun yang nomor Betty ia hapus dengan sengaja. Sean menekan nomor Betty tapi tidak masuk dan dijawab oleh mesin penjawab.

Sean mencoba berulang kali dan hasilnya nihil. Yang menjawab bukannya Betty tapi nona mesin penjawab. Sean langsung panik, ia tak tahu keberadaan Betty. Berulang kali ia mendesah.

Soni mematikan leptopnya dan berdiri memperbaiki jasnya. "Kita cari Betty!" ajak Soni tiba-tiba.

"Kenapa Kakak jadi semangat begini?" batin Sean.

"Lo tahu rumahnya?" tanya Soni mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Enggak!" jawab Sean.

"Lo itu, aduh rumahnya aja lo enggak tahu," komentar Soni. "Lo emang suka nyakitin cewek!"

"Gue cuma tau dia aja, setelahnya kami menjauh setelah itu gue enggak tau apa-apa," jawab Sean panik.

"Lo telpon temen-temen lo gih, siapa tau mereka ada yang tau sama Betty," Soni meberikan saran.

Sean menelpon Tio yang kenal dengan Betty. Ya hanya Tio teman Sean yang kenal dengan Betty. Setelah melakukan percakapan singkat Tio memberi alamat tempat tinggal Betty di daerah kampung rambutan.

"Oh iya betul, dia kerja di klinik hewan daerah kapung rambutan. Gue inget dia cerita pas kita makan malam, sama Mama sama Papa," cerita Soni.

"Makan malam? jadi Betty makan malam sama Mama dan Papa?" Sean semakin penasaran.

"Iya, dan mohon maaf. Gue udah bilang sama Papa supaya ngelamarin Betty," kata Soni bersemangat.

"Ngelamar Betty, terus Ima gimana?" Sean terkejut dengan kata-kata melamar yang disampaikan Soni.

"Ima ya sama lo, yang ngelamar Betty nantinya itu gue," kata Soni percaya diri dan tersenyum sinis.

"Kakak jangan ngada-ngada, kakak suka sama Betty!?" kata Sean tajam.

"Iya emangnya kenapa? Lo urus aja Naima, Betty biar gue yang urus. Gue juga udah ngomong sama Dilan," tantang Soni.

"Gue tendang juga selakangan lo!" gerutu Sean.

"Silakan aja gue bakalan nendang balik selakangan lo!" jawab Soni percaya diri. Soni berani berkata demikian karena yang dihadapannya adalah Sean. Andai yang ada dihadapannya Dilan dia tak bisa berkutik, dia juga tak ingin tubuhnya sakit semua.

***

Setelah keributan kecil itu Soni dan Sean tidak saling bicara. Selama dalam perjalanan ke kampung rambutan Sean terlihat kesal. Kalau dipikir untuk apa dia kesal? Bukankah dirinya sudah jelas memilih melanjutkan pertunangan dengan Ima.

I Love You Dilan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang