37. Gue Di mana?

95 11 20
                                    


Aku menemukan cinta di matamu. Aku menemukan kebahagiaan di matamu. Sungguh, kamu wanita yang sanggup menerimaku apa adanya dan selalu ada di saat aku membuka mataku. Apakah kamu yang bernama cinta sejati? (Dilan)

***

Dua hari sejak Dilan dirawat intensif di rumah sakit karena luka tusukan di perutnya Ima sedikitpun tak pernah beranjak dari Dilan. Wanita itu selalu berada di samping Dilan. Ima bergantian dengan Mama Sean menjaga Dilan. Dua hari sejak Dilan belum sadarkan diri Mama tak henti-hentinya menangis meratapi nasib anaknya yang terbaring lemah.

Biasanya anaknya selalu bersikap manja dan suka merajuk. Anaknya juga tipikal anak yang tidak pernah menolak perintah orang tua dan selalu patuh. Kepatuhannya terbukti saat anaknya tidak menolak saat dijodohkan dengan Naima. Perubahan muncul saat Dilan hadir namun Mama tetap menyayangi sosok Dilan yang terkadang memang sikapnya lucu.

Kini Mama merasa kalau ia seperti tidak memperhatikan anak bungsunya hingga anak bungsunya berurusan dengan mafia. Berulang kali Mama memeluk Ima dan menyebut nama Dilan dan Sean bergantian.

Mama sangat terpukul melihat keadaanya seperti ini. Sean tidur pulas dengan selang infus yang tertancap di tangannya, selang oksigen di hidungnya, perban melingkar di kepala dan perutnya. Biasanya wanita paruh baya itu melihat anaknya berkelakar dengan Soni saling perang mulut atau sekedar bermain basket di belakang rumah.

Ima mencoba menengkan Mama hingga Mama menjadi lebih baik dan bisa beristirahat. Semalaman Mama dan Ima bergantian menunggui Dilan dan berharap Dilan sadar, namun lelaki tampan itu masih memejamkan matanya.

***
Mama dan Papa pulang ke rumah dan akan kembali membawakan baju ganti untuk Sean dan Ima. Untuk sementara pagi ini Dilan dijaga oleh Ima. Sementara Soni menjaga Betty di rumah sakit lain bergantian dengan Bibi Betty.

Semalaman Ima sulit memejamkan matanya karena memikirkan pria yang akan menjadi tunangannya itu. Akibat semalaman sulit memejamkan mata Ima pun mengantuk. Ia duduk di kursi penunggu pasien menyandarkan kepalanya di tempat tidur Dilan. Tangannya menggenggam lembut telapak tangan Dilan supaya ia tahu dan terbangun saat Dilan sudah sadar.

"Gue di mana?" tanya Dilan tiba-tiba. Dilan baru saja sadar dari tidurnya.

Mendengar suara Dilan, Ima langsung mengusap wajahnya. Ia sangat senang karena Dilan sudah sadar.
"Lo di grogol," kata Ima masih menggenggam tangan Dilan.

Dilan mengamati sekeliling ruangan sama persis saat ia siuman beberapa hari yang lalu. "Pasti Soni yang bawa gue ke sini," umpatnya.

Ima tersenyum. "Lo emang pasien di sini kan?"

"Gue emang gila tetangga, gue sering berbuat aneh. Makanya tiap gue siuman gue selalu di tempat sialan ini," kata Dilan.

"Lo baik-baik aja kok, buktinya lo bisa selamat dan menghajar 25 orang preman sendirian. Lo jangan berkata seperti itu lagi ya. Lo itu istimewa." jawab Ima.

"Lo baik banget tetangga. Semua orang bilang gue aneh, psycho, sinting, kurang waras. Tapi lo tetep baik sama gue. Gue udah jahat sama lo, tapi lo tetep baik sama gue. Kenapa ya tetangga?"

"Karena gue sayang sama lo Dilan," bisik Ima.

Mendengar kata-kata Ima Dilan terdiam cukup lama. Sungguh selama ini ia merasa telah jahat pada Ima. Ia  menyakiti Ima dengan kehadiran Betty dan sikap sok romantisnya dengan Betty. Dilan merasa bersalah, walau disakiti dirinya Ima tetap baik buktinya kini Ima yang menungguinya di rumah sakit.

"Lo sebenenya sayang sama gue apa Sean? Gue malu, gue udah jahat sama lo," tanya Dilan.

"Gue sayang kalian, walau mungkin kalian enggak sayang sama gue. Bagi gue itu enggak jadi masalah," jawab Ima.

Dilan semakin merasa bersalah, ternyata Ima mencintainya sangat tulus. Ketulusan cinta Ima justru ia balas dengan menyakiti. Menyakiti dengan menghadirkan Betty. Tiba-tiba Dilan menjadi teringat Betty. Terakhir ia melihat Betty sangat menderita dan tubuhnya menggigil.

"Betty gimana? Apa dia baik-baik aja?" tanya Dilan pelan.

"Iya, dia kini di ICU, kata Soni keadaannya mulai membaik. Mungkin hari ini dia dipindahkan di ruang rawat inap," jawab Ima.

Dilan menggigit bibirnya dan memejamkan matanya. Ia sedih mengingat gadis itu membelanya mati-matian hingga mempertaruhkan nyawanya sendiri. Betty di sekap karena tidak memberi tahu keberadaan Sean.

"Dilan, Betty cewek yang kuat banget. Gue salut sama Betty dia udah ngorbanin nyawanya demi lo," Kata Ima lirih. Mata Ima berkaca-kaca. "Gue enggak bisa seperti Betty. Gue lemah, gue enggak bisa lindungi lo."

Tangan Dilan memegang tangan Ima dan menggenggam lembut. "Lo jangan gitu, lo itu selalu hadir dan selalu ada tiap gue bangun. Kata Betty, setelah gue bangun tidur gue harus nerima cewek yang ada di hadapan gue. Kata Betty cewek itu adalah cinta sejati gue, dan itu lo."

"Maksut lo apa Dilan? bukannya Betty yang selalu lo lihat pertama kali? Betty beberapa hari di rumah lo kan?" tanya Ima.

"Lo salah, Betty memang beberapa hari di rumah gue. Tapi wanita yang pertama kali gue lihat setelah bangun tidur itu lo, tiap gue buka gorden, gue lihat lo tersenyum menikmati pagi di balkon kamar lo," cerita Dilan.

"Dilan," Ima memanggil Dilan. Ia terharu dan meneteskan air mata.

"Gue enggak mau nyia-nyiain pengorbanan Betty, dia rela menyembunyikan keberadaan Sean dari Martin supaya Sean selamat. Lo bisa lanjutin pertunangan lo sama Sean. Kalau gue muncul lagi suatu hari, gue bakalan nerima lo enggak seperti kemaren yang mbatalin acara pertunangan."

"Dilan..." panggil Ima. Tiba-tiba ima menangis mendengar kata-kata Dilan barusan. Dilan seperti mengalah dan tidak akan ia temui lagi.

"Lo jangan sedih harusnya lo bahagia bersama Sean. Gue harap lo bikin Sean bahagia dan gue gak perlu muncul lagi," kata Dilan menerawang.

Ima makin menangis. Dilan berkata seperti akan pergi dan tidak akan kembali lagi kalau bukan Sean yang memicunya. "Gue sedih kalau lo enggak muncul lagi. Gue juga sayang sama lo Dilan."

"Sini peluk gue, nyanyikan gue lagu cinta. Buat gue nyaman, lo mau kan? Nanti kalau gue ketemu lo lagi, gue harap lo udah jadi istri gue."

"Di... Dilan...," kata Ima

"Lo jangan ragu lagi, peluk gue. Lo belum pernah peluk gue kan?" tanya Dilan.

Ima memeluk Dilan yang masih berbaring pelan-pelan. Ia tak ingin membuat Dilan kesakitan. Sementara tangan Dilan mengusap punggung Ima. Kepala Dilan menoleh sedikit dan mengecup lembut telinga Ima.

"Dilan, kamu enggak usah maksain diri buat pergi. Aku bisa nerima kehadiranmu. Kalau kamu memang enggak bisa belajar mencintai gue, gue iklas Dilan. Asal lo bahagia," bisik Ima.

"Ima, gue gak sepantesnya di sini. Kata Betty tempat gue yang sebenarnya adalah tempat terindah. Sekarang lo nyanyi lagu cinta ya, gue capek gue pengen istirahat," bisik Dilan.

Ima bernyanyi lagu cinta yang ia bisa. Sambil bernyanyi ternyata Ima menyadari kalau Dilan sudah tertidur sambil tersenyum. Dilan kembali tertidur setelah bangun beberapa menit menyampaikan sesuatu.

Ima memperbaiki posisi kepala Dilan di atas bantal setelah berpelukan. Ima mengusap rambut Dilan, setelahnya ia mengecup lembut kening pria itu dan menyelimutinya. "I love you Dilan," bisiknya.

***

I Love You Dilan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang