28. Sean kembali

125 14 17
                                    


Ima sudah bersiap-siap dengan kopernya. Ia memasukkan kopernya ke bagasi mobil sedan keluarganya. Air matanya masih meleleh, ia masih sedih dengan kejadian kemarin. Berat rasanya tapi ia sudah tak tahan lagi. Ia berencana liburan ke Eropa untuk menata hatinya sebelum menyampaikan ke orang tuanya perihal pemutusan perjodohan dengan Sean.

Ia benar-benar tak tahan dengan sikap Dilan yang sangat menyebalkan. Dilan hanya tau cara menyakiti tanpa tahu rasanya disakiti. Dilan tak berperasaan, sekarang Ima memilih mundur dan silakan bersama Betty.

"Kamu mau ke mana?" kata Dilan tiba-tiba. Ternyata pria itu sudah cukup lama berdiri dan memperhatikannya. Pria itu masih mengenakan kaos oblong hitam dan celana training rumahan yang biasa ia pakai kalau tidur.

"Ngapain lo ke sini? Kalau cuma buat nyakitin hati gue!" geram Ima tanpa memandang lawan bicara sedikitpun. Lehernya seperti tercekat dan dadanya sakit.

"Lo? Gue? Kamu kenapa Ima?" tanya Dilan kembali.

"Ima?" Ima heran, biasanya Dilan memanggilnya dengan sebutan tetangga. Ima menatapnya sekilas lalu kembali memasukkan barang yang akan ia bawa liburan.

"Kamu mau ke mana Ima? Tunangan kita bagaimana?" Dilan seolah mempertanyakan tunangan yang jelas-jelas ia batalkan beberapa hari yang lalu.

"Bukannya lo yang batalin pertunangan? Sekarang lo udah puas menghempaskan gue! Sekarang lo gue kasih ruang buat lo deket-deket sama wanita itu," jawab Ima masih dengan tangis terisaknya.

"Siapa yang batalin pertunangan Ima? Bukankah hari ini kita tunangan? Kenapa kamu justru pergi membawa koper ini?"

Ima menghentikan aktivitasnya. Ia terheran-heran, apakah yang di hadapannya kini adalah Sean? Apa Dilan sudah swicthing menjadi Sean kembali? Ia menatap pria itu cukup lama.

"Ima apa yang terjadi?" tanya Sean sekali lagi dengan tatapan heran. Berkali-kali pria itu mengerutkan keningnya.

"Seannn...." Tangis Ima semakin pecah.

Melihat tunangannya menangis pria itu merengkuh tunangannya di dadanya. Ia membiarkan Ima menangis di pelukannya dan tangannya mengusap punggung Ima. Walaupun ia terakhir bertemu Betty di mal namun saat bangun tidur ia sadar kalau Ima adalah pilihannya.

"Seannn!!!!! Aku kangen banget sama kamu, kamu jangan pergi lagi!" tangis Ima pecah.

"Ima aku enggak pernah pergi. Aku juga baru bangun tidur, mana tenda dan persiapan pertunangan kenapa semua seolah enggak dipersiapkan?" tanya Sean heran. Sean kehilangan waktu beberapa hari.

"Dilan udah batalin pertunangan kita!" kata Ima masih dalam pelukan Sean.

"Hah! Aku enggak ngerti. Coba kamu ceritakan semuanya," kata Sean dengan wajah heran dan tak percaya.

***

Lagi-lagi kejadian hilangnya waktu Sean kembali lagi. Setelah waktunya hilang beberapa hari lalu hampir semua orang memanggilnya Dilan. Kejadian ini pernah ia alami sebelumnya, saat kuliah. Bahkan ia bisa kuliah di ITB dengan jurusan teknik mesin adalah bukan pilihannya dan bukan kemauannya. Mengingat dirinya tidak terlalu menonjol kemampuan eksaktanya saat SMA.

Ima menceritakan secara mendetai mulai dari pembatalan pertunangan, kejadian aneh di rumah sakit saat Sean mengaku namanya Dilan hingga sosok Betty Lavia yang misterius.

"Hah Betty? Betty di sini?" tanya Sean heran. Pria itu memang terakhir kalinya bertemu Betty di mal dan terakhir ia mencium paksa wanita muda itu. Setelahnya ia tertidur dan bermimpi bertemu Betty. Wanita itu berkata kalau wanita yang ia lihat saat bangun tidur pertama kali adalah cinta sejatinya. Ternyata wanita yang ia lihat pertama kali saat bangun tidur adalah Ima bukan Betty.

"Sean?" Ima memanggil Sean yang melamun.

"Oh iya Ima," jawab Sean.

"Kamu ngelamunin Betty!" komentar Ima dengan wajah sebal.

Sean merengkuh tubuh Ima kembali. "Kamu tahu, aku mimpi samar-samar denger suara Betty. Katanya wanita yang kulihat pertama kali saat bangun tidur adalah cinta sejati aku."

"Dan wanita itu Betty? Dia nginap di rumahmu berhari-hari, dia yang kamu temui saat bangun tidur kan?" tukas Ima.

Sean menggelengkan kepalanya. "Kamu salah! Aku sama sekali enggak ngerasain kehadiran Betty di rumahku. Yang aku lihat pertama kali justru kamu, pagi ini aku melihatmu. Aku bahkan enggak ketemu Mama atau Bi Marni."

"Benarkah Sean?" kata Ima menatap Sean penuh harap.

"Hmm," Sean mengangguk. Wajah tampannya kian membuat Betty semakin berdebar. Pria dingin itu menatap Ima penuh kasih. "Kamu jagan nangis lagi ya," kata Sean sembari menghapus air mata Ima dengan punggung tangannya.

Ima mengangguk terharu. Kesabarannya beberapa hari membuat ia menemukan Sean kembali. Hampir saja ia membuat keputusan konyol untuk menghentikan perjodohan walau itu memang sudah terucap di depan Dilan dan Soni.

"Kamu jangan nangis lagi ya, secepatnya kita gelar lagi tunangannya," hibur Sean dengan menatap mata Ima.

" Hmmm" jawab Ima dengan mengangguk.

"Kemasi barang-barang mu, aku mau nemui Kak Soni dulu," kata Sean lembut. Setelahnya pria itu mencium kening Ima dengan lembut.

Ima terkejut dengan ciuman lembut di keningnya. Sean benar-benar menciumnya. Setelah sekian lama wanita itu menantikan balasan cinta Sean akhirnya sudah ada kemajuan walaupun Ima sangat menginginkan dicium di bagian bibirnya.

Setelahnya Sean pamit menemui Soni dan meninggalkan Ima yang masih tidak percaya kalau baru saja dirinya dicium oleh Sean. Pipinya bersemu merah, dadanya berdebar semakin tak menentu. Ia tersenyum-senyum bahagia, ia berpikiran tidak akan mencuci mukanya.

Sean menghentikan langkahnya dan berkata dalam hati. Maaf Ima aku belum bisa mencium bibirmu, setidaknya aku harus membuang Betty dulu dari kepalaku.

***

Setelah mandi dan berpakaian rapi Sean berencana konsultasi ke psikiater perihal kejadian yang menimpa dirinya. Ia melangkah menuju garasi, dan benar semakin jelas kalau Dilan memang nyata, motor KLX berwarna hitam tiba-tiba ada di garasinya.

Sama seperti saat ia kuliah dulu, tiba-tiba motor KLX hijau bertengger manis di parkiran basement apartemen. Security menanyai semua penghuni apartemen tapi tak seorangpun mengakui memiliki motor KLX hijau itu termasuk dirinya. Ketika Sean membereskan apartemennya ia menemukan kunci motor, diam-diam ia mencoba membuka kunci motor dan menyalakan motor. Ternyata motor itu miliknya ia tak menyadari kapan membeli motor itu. Motor itu ia jual setelahnya karena ia merasa tak membutuhkannya.

Kini ia melihat motor KLX untuk kedua kalinya, kalau dulu berwarna hijau dan sekarang berwarna hitam. Dirinya benar-benar aneh, ia ingin mengkonsultasikan keanehan dirinya pada psikiater.

Setelah merenung cukup lama pria itu tidak menaiki motor, ia hanya meminggirkan motor itu dan menaiki mobil mercedes bens AMG 65 miliknya.

I Love You Dilan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang