Kamu kerap muncul tiba-tiba, seperti debaran hati yang muncul tiba-tiba bersamaan dengan hadirmu. Kamu, debaran hati dan cinta adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Lebih baik aku mengaku, kalau aku memang takluk olehmu. (Naima)
***
Dua hari berlalu, Dilan tampaknya mulai merasa bosan menjadi Sean. Pria itu bosan harus hidup monoton. Dua hari ini ia berangkat kerja, rapat, basa-basi dengan investor, main soltaire, merokok dan hal baru yang ia lakukan adalah bermain PUBG di ponselnya. Menjalani kehidupan menjadi Sean menurutnya melelahkan, ia ingin menyegarkan pikirannya sejenak.
Setrelah berpikir sejenak tiba-tiba ia mengingat jadwalnya bertemu psikiater. Kini saatnya ia berterus terang pada psikiater kalau dirinya bosan menjadi Sean, karena kehidupan Sean yang sangat monoton. Tidak ada clubbing, tidak ada karaoke, tidak ada ciwi-ciwi dan tidak ada acara makan sate kesukaannya.
"Ok, gue makan sate dulu!" desisnya setelah berpikir beberapa saat.
"Eh, kalau makan sate sendirian kan gak asik? Atau gue ajak aja si Soni? Ah, dia pasti enggak mau, dia itu kan norak banget, masih muda tapi otaknya kayak bapak-bapak mikirin kerjaan." Setelah berpikir ianteringat dengan Ima. "Nah, bagus gue inget. Gue ajak aja tetangga, pasti dia mau. Dia kan naksir banget sama gue!" Dilan berkata dalam hati.
Dilan kembali berpikir rasanya tidak enak kalau jalan-jalan ditemani sopir. Apalagi naik taksi sangat tidak bebas dan tidak gaya. Tiba-tiba terbesit keinginannya untuk meminta Soni membelikannya motor. Dalam pikirannya Soni sangat kaya raya dan rasanya sanggup jika hanya membelikannya sebuah motor. Segera Dilan menelpon Soni tanpa memikirkan kalau saudaranya itu kini sedang melaksanakan rapat dengan dewan direksi.
"Apa lagi Sarimin! Gue lagi rapat!" desis Soni di balik telepon. Soni mengangkat telepon setelah mengabaikan telepon Dilan sebanyak tiga kali.
"Sarimin! Lo kira gue topeng monyet!" protes Dilan.
"Ya udah apa nyet buruan!" kata Soni yang akhirnya menyebut monyet. Ia sangat kesal karena Dilan menghentikan rapat yang ia pimpin.
"Son, belikan gue motor! Gue ogah numpang sama lo terus," kata Dilan tanpa segan-segan.
"Nanti, gue belikan! Gue rapat dulu!" jawab Soni setengah berbisik.
"Gue mau yang modelnya trail!"
"Udah maksa, request lagi," geram Soni di balik telepon.
"Belikan buruan, gue pengen jalan-jalan! Bosen tau nggak," kata Dilan sedikit memaksa. Dilan meminta dibelikan motor seperti meminta dibelikan permen. Ia tak sadar kalau harga motor itu mahal.
"Lo tunggu aja di situ. Ntar diantar sales-nya," kata Soni dengan suara yang agak berbisik. Sepertinya Soni tak ingin peserta rapat mendengarkan dialognya dengan Dilan.
"Sekalian helm sama jaket kulit," sambung Dilan.
"Son! Son!"
Koneksi terputus. Soni memutus telepon tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Dilan (End)
General Fictionwarning : 18 + Dijodohin sama cowok ganteng! Pasti enggak ada yang nolak, malah bersyukur. Naima dijodohkan dengan Sean, cowok ganteng yang tinggal di depan rumahnya. Sean terlihat perfect, ganteng, kaya, senyumnya manis dan punya karir yang baik...