Ini hati, bukan gabus yang bisa kamu remas sesuka hati tanpa pertimbangan. Darimu aku sadar kalau semakin kamu sakiti semakin aku rasakan betapa beratnya perjuangan mendapatkan cinta. (Naima)***
Dilan mengajak Ima jalan-jalan sore di taman kota. Sebelumnya Dilan mengatakan kalau dirinya ingin makan gulali kapas sebelum makan sate padang. Mereka pun berkeliling taman kota dan akhirnya bertemu penjual gulali dan membelinya. Setelahnya mereka duduk di taman kota, lokasinya tak jauh dari pasar Kebon. Ima tertawa pelan, ia lupa kapan terakhir makan gulali, ia hanya ingat kalau ia makan gulali di depan rumah dan itu bersama Soni bukan Sean.
Dilan sukses membuat dirinya seperti kembali ke masa remaja. Jalan-jalan sore dan makan gulali. Dilan memang sedikit hangat dibanding Sean. Jika sebelumnya makan di restoran Padang itu baginya romantis, ternyata makan gulali sambil bercerita dengan Dilan jauh lebih romantis. Memang romantis itu sebenarnya bisa dengan hal-hal yang sederhana.
Setelah makan gulali Dilan membawa Ima ke warung sate 'Ajo.' Sebelumnya Dilan memang langganan makan sate Padang di sini. Warung sate yang dimaksud Dilan adalah warung sate biasa aja, tidak terkesan mewah. Warung sate ini cukup besar dan banyak di datangi pengunjung. Jumlahnya pengunjung menunjukkan pada kemungkinan rasa sate yang cukup nikmat.
Ima teringat dengan Sean yang kala itu mengajaknya makan siang di restoran Padang, kini Dilan mengajaknya makan sate Padang. Tampaknya baik Sean ataupun Dilan menyukai makanan yang ada hubungannya dengan Sumatera Barat yang ibu kotanya adalah Padang.
"Ayo makan," kata Dilan setelah pelayan mengantarkan pesanan mereka. Dilan tidak tanggung- tanggung ia memesan empat piring sate. Tiap piring sate berisi 10 tusuk daging sate.
"Kenapa lo pesen empat porsi?" tanya Ima heran.
"Satu buat lo, tiga lagi buat gue, gue laper," jawabnya. Setelahnya ia memakan daging sate dari tusukannya.
"Lo kecil tapi makan lo banyak," komentar Ima.
"Ini masih kurang, gue malu makan 5 porsi di depan lo," jawab Dilan sekenanya.
Ima memperhatikan Dilan kembali. Pria itu lahap memakan satenya. Pemandangan tidak sedap karena Ima yang duduk berhadapan dengan Dilan melihat Dilan menaikkan kakinya ke atas kursi. Lutut Dilan bahkan lebih tinggi dari pada meja makan warung sate.
"Lo suka banget lihatin gue? Lo itu naksirnya sama Sean apa gue sih?" protesnya setelah diperhatikan Ima. Ima yang duduknya berhadapan dengan Dilan memang sedari tadi memperhatikannya. Ima menilai Sean dan Dilan kepribadiannya sangat bertolak belakang.
"Gue sukanya sama... Lo!" kata Ima pelan.
"Bercanda lo!" katanya dengan tawa cengengesan dan menunjuk ima dengan tusukan daging sate.
***
Asap mengepul menyelimuti warung sate. Aroma asap panggangan bercampur dengan asap seolah tak menggangu hidung. Semakin banyak pengunjung semakin banyak asap yang diciptakan dari panggangan sate. Asap itu juga bercampur dengan asap rokok yang dihembuskan oleh beberapa pria. Cukup sesak tapi masih bisa bernapas karena warung sate berada di bangunan ruko yang pintunya cukup lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Dilan (End)
General Fictionwarning : 18 + Dijodohin sama cowok ganteng! Pasti enggak ada yang nolak, malah bersyukur. Naima dijodohkan dengan Sean, cowok ganteng yang tinggal di depan rumahnya. Sean terlihat perfect, ganteng, kaya, senyumnya manis dan punya karir yang baik...