23. Istri Kedua

206 20 41
                                    

Remuk hati ini, remuk dan lebur ketika kamu menyebut wanita lain. Kamu seperti menganggapku tak ada. Padahal aku selalu ada dan selalu menyebutmu dalam do'a-do'aku. (Naima)

***

Malam ini Mama Sean --Diana mengundang Ima untuk makan malam di rumahnya. Wanita paruh baya itu ingin sekedar mengobrol dengan Ima, karena sejak perpindahan kepribadian yang dialami Sean, Ima seperti jarang muncul di rumahnya. kemarin Ima bertemu dengan Dilan dan hatinya sukses dihempaskan begitu saja terlebih ketika hadirnya Betty Lavia di hadapannya.

Demi menghormati undangan Diana, Ima menyanggupi dan datang makan malam dengan membawa red velvet buatannya untuk makanan penutup. Wanita muda itu duduk manis di meja makan berhadapan dengan Mama Sean. Sementara Soni mengambil tempat di sebelah Mama, ia tak ingin Dilan menggangunya lagi. Papa Sean tidak ikut makan malam bersama karena masih ada urusan politik di luar kota.

Ima berusaha untuk bersikap baik-baik saja, walau hatinya sangat sakit karena hadirnya Betty Lavia kemarin sore di warung sate. Kedatangan Betty membuatnya pulang dengan taksi dan menangis bombay selama di perjalanan. Tak ada pria yang pernah menyakitinya seperti ini selain Dilan. Sungguh hebat Dilan.

Dilan berjalan pelan menuruni tangga hal ini membuat Mama, Soni dan Ima menghentikan percakapannnya. Dilan tampak santai dengan kaus oblong berwarna putih dan celana training hitam. Sesekali pria itu menyisir rambutnya dengan jari. Ia melihat ada Ima dan kursi kosong di sebelah Ima. Dilan menduduki kursi kosong di sebelah Ima dan Ima sukses dibuat salah tingkah olehnya.

"Hai tetangga!" sapa Dilan dengan senyum eye smile tanpa rasa bersalah dan tanpa rasa berdosa karena kejadian kemarin. Seperti tak terjadi apa-apa. Dasar tak berperasaan.

Ima tak menjawab sapaan Dilan. Ima tetap melanjutnya makannya. Dilan terlambat sedikit, mereka sudah mulai makan dan Dilan baru saja bergabung di meja makan. Ia juga mulai mengambil nasi dan lauk yang ukurannya dua kali lipat dari ukuran makan Sean seperti biasa.

Soni dan Mama saling kode karena melihat aksi Dilan. Dilan aksinya persis preman kelaparan karena tiga hari tidak makan. Sementara Ima berusaha untuk membantu Dilan sekedar mendekatkan hidangan. Walau disakiti wanita muda ini tetap saja baik. Soni dan Mama seperti sedang bercakap cakap dengan bahasa isyarat yang tak dimengerti Ima. Dari percakapan itu memperlihatkan Soni menggelengkan kepala dan mengangkat bahunya lalu mengerutkan kening. Kesimpulannya mereka tampak heran, terutama dengan Dilan yang super aneh seperti sekarang.

Beberapa hari sebelumnya Mama dan Soni lebih sering makan di luar karena ada kesibukan. Kini mereka makan bersama pertama dengan Dilan dan mendapati keanehan yang tak biasanya. Dilan seperti penyusup bagi keluarga mereka, tapi mereka tetap saja menunjukkan sikap yang baik. Soni juga mencoba bersikap baik, ia tak ingin bokongnya ditendang Dilan untuk kesekian kalinya.

"Mulai besok aye bakalan bawa pacar aye yang namenye Betty, aye mau dia tinggal di rumah kite Mak," kata Dilan tiba-tiba. Dilan memecah keheningan ia begitu membuat keluarganya terkejut. Ia memakai bahasa Betawi kepada Mama. Mungkin ia tak memakai lo atau gue dengan orang tuanya.

"WHATT!!!" pekik Ima dalam hati. Matanya membulat sempurna mendengar Dilan akan membawa Betty masuk ke rumah ini. Dilan kejamnya hampir sama dengan monster tak berperasaan dan tidak peka. Bagaimana jika Betty tidak mau pulang? Bukankah itu sama saja menjadikan Betty sebagai perebut tunangan orang?

"Sean, eh Dilan. Enggak bisa gitu nak, kamu kan calonnya Naima, masa kamu bawa pacar lagi sih nak jangan ye!" jawab Mama berusaha menyeimbangkan bahasanya dengan Dilan. Tetap saja jantung Mama berdetak hebat, ia seperti berbicara dengan anaknya yang hilang ke rimba ratusan tahun lalu muncul tiba-tiba dengan bahasa percakapan yang terdengar asing di telinganya.

"Aye udah batalin pertunangan sama tetangga, berarti kami udah putus," jawabnya sambil lanjut menyuapkan nasinya dengan tangan. Iya, pria itu makan dengan tangan langsung dan ia tidak mencuci tangannya terlebih dahulu.

Ima terlihat sedih karena mendengar kata-kata Dilan barusan. Air matanya mengalir. Impian pertunangan indah bahagia dan romantis, menjadi buyar seketika. Dilan memang telah merusak segalanya. Bahkan dengan tega dia mengatakan kalau dia akan kembali dengan pacarnya yang bernama Betty. Setelah kemarin sukses menyakitinya malam ini Dilan tampaknya kembali menyakitinya lagi. Sepertinya Dilan tidak bosan-bosannya menyakiti Ima.

Setelahnya Dilan menyadari Ima yang ada di sebelahnya tampak diam seperti patung sambil meratapi kesedihan teramat sangat. Air mata ia tahan dengan hebat. Ingin protes tapi malu. Adakah pria di dunia ini yang lebih tak berperasaan dibandingkan dengan Dilan? Sudah kemarin menyakiti, tidak merasa bersalah sekarang ia kembali menyakitinya dengan membawa Betty tinggal di rumah ini tanpa sebab.

"Eh bentar, lo terlihat menyedihkan gitu tetangga? Gue jadi ngerasa gak enak, Gue gini-gini mah gentle man," Cecar Dilan.

"Dilan, kamu enggak boleh gitu. Lebih baik kamu putusin aja Betty-betty la fea kamu itu. Kamu tuh udah dijodohin sama Naima," protes Mama pelan.

"Enggak mau Mak, sekarang itu kagak zamannya dijodoh-jodohin, ya kan Son?" Dilan meminta pendapat Soni.

"Enggak tau," jawab Soni ragu-ragu dan wajah bingung. Ia sengaja mengatakan tidak tahu, ia sebenarnya tidak setuju dengan Dilan yang memporak-porandakan perasaan Ima.

Kini Dilan menoleh pada Ima yang ada di sampingnya. "Mm! Tetangga kok gue jadi nggak enak gini ya? Kalau lo emang beneran suka sama gue, oke. Gue mau sama lo! Tapi lo jadi istri kedua gue. Itu kalau Betty mengizinkan. Kalau Betty enggak mengizinkan lo harus sabar. Lo bisa sama Soni," kata Dilan santai sambil menatap Soni dengan wajah cengengesan.

"Uhhuuuukkkkkk!"

Soni tersedak. Lalu batuk-batuk. Lalu soni meneguk air putih untuk mengurangi tersedaknya. Soni berencana pura-pura nolak. Padahal Soni tentunya mau jika harus menggantikan Dilan bertunangan dengan Naima. Yakin, walau Soni sudah punya pacar Soni rela ngelepas semua pacarnya demi Naima.

"Jangan gitu dong Dilan, kmren kita sekeluarga udah sepakat mau ngadain tunangan. Lo tiba-tiba batalin. Itu namanya jahat. Mending lo sama Naima aja. Biar Betty gue yang beresin," kata Soni menaik turunkan alisnya sambil meringis. Ia mencoba untuk bersikap dewasa dan mencoba menyesuaikan keadaan.

Soni serius dengan kata-katanya pada Dilan. Mau Naima ataupun Betty sama saja. Jika ditawarkan Betty sekalipun Soni juga tidak akan menolak. Soni pernah bertemu Betty ketika Sean wisuda, dan benar gadis bernama Betty itu sangat cantik. Selera Sean dalam memilih gadis sangat baik, baik Betty ataupun Naima sama-sama cantik. Naima punya kelebihan dan Betty juga punya kelebihan jika Soni adalah Sean, Soni juga pasti akan bimbang jika disuruh memilih diantara keduanya.

"Soni, diem lo jangan macem-macem!" bentak Dilan.

Soni menelan salivanya. Ia menatap Dilan yang kini menatapnya sebal. Dilan seperti sangat sensitif jika mendengar Soni mau juga dengan Betty.

"Kan gue nggak salah, lo sama Naima biar Betty sama gue, beres kan? Gue mau kok meski dia pernah pacaran sama lo!" kata Soni.

"Apaan sih lo Soni? mau gue tendang lagi selakangan lo?" Geram Dilan.

"Iya, iya maap bos," gerutu Soni.

"Awas lo besok macem-macem godain Betty!" geram Dilan.

Soni tak menjawab ia hanya memajukan bibirnya beberapa sentimeter. Selanjutnya Soni menatap Ima yang hanya mengaduk-aduk makanannya. Wanita muda itu sepertinya tidak berselera makan mendengar Dilan akan membawa Betty ke rumah ini besok.

 Wanita muda itu sepertinya tidak berselera makan mendengar Dilan akan membawa Betty ke rumah ini besok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note:

Votenya ya teman-teman.

I Love You Dilan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang