LIMAPULUH ENAM [MENYAKITKAN]

33.6K 2.2K 484
                                    

Bagaimana aku bisa mencintainya? Saat dirimu selalu saja muncul dalam pikiranku.

AUAH
-febiyollafn

☁️☁️☁️

Angga, Rena, Revan, Dita, Aldi dan yang lainnya sudah berada di depan ruangan Dito.

Tak ada yang berbicara, tak ada yang mencoba masuk kedalam ruangan Dito. Semuanya hanya diam dan tanpa mengeluarkan suara.

Mereka menatap seseorang yang berada didalam dengan tatapan sendu. Berat bagi mereka saat melihat Dito seperti ini. Seolah ini bukanlah Dito.

Ruangan yang lumayan luas membuat Dito berlatih untuk jalan dan juga beraktivitas sendiri. Namun, lagi-lagi Dito selalu saja jatuh saat kakinya tidak sengaja menendang barang-barang yang ada disekitarnya.

Dito memukul matanya saat ia kembali terjatuh. Dito lelah bila harus seperti ini seumur hidu. Hidup dalam kegelapan.

Tanpa sadar kini air matanya jatuh. Bukan karena meratapi nasibnya. Tapi karena terlanjur lelah saat Dito selalu berusaha baik-baik saja didepan orang tua, teman-teman dan juga Keisya, namun kenyataan nya Dito tak sanggup.

Temen-temen Dito, Dita dan juga Aldi masuk kedalam ruangan karena tak tega melihat Dito.

Bahkan, Dita sudah menangis dalam diam agar Dito tak menyadarinya.

"Dito lo ko nangis? Dulu waktu kecil lo selalu bilang sama gue kalo gue nangis brarti gue kalah dari lo. Dan mamah papah lebih sayang sama lo, karena lo anak yang kuat dan gak cengeng" kata Dita sambil berusaha mebantu Dito bangkit dan mendudukannya di ranjang.

"Ta lo disini?" Tanya Dito sambil meraba-raba udara.

Dita langsung menggenggam tangan Dito yang meraba-raba udara. "He'em" Dita menahan isak tangis nya agar Dito tak mengetahui bahwa Dita pun merasakan sakit melihat Dito seperti ini.

"Gue gak nangis" kata Dito sambil menghapus air matanya.

"Bro, lo ngapain? Kalau butuh sesuatu kan ada suster" kata Revan.

"Gue gak mungkin kan seumur hidup bergantungan dengan suster" kata Dito dan diakhiri senyuman.

"Gue yakin secepatnya lo bisalihat lagi Dit" kata Angga sambil menepuk bahu Dito.

Dito tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, "Gue gak mau berharap lebih. Ini semua pantas gue dapatkan untuk menebus kesalahan gue. Bahkan mungkin ini gak sebanding dengan rasa sakit yang Keisya rasakan, bukan hanya Keisya tapi semua orang"

"Dit, arurang kecewa ka maneh. Tapi, maneh sahabat arurang. Kabeh jelema pasti boga salah, ayena mah tong nyalahken diri sorangan. Fokus maneh bisa sembuh, bisa ninggali deui, bisa ulin basket bareng" kata Dhika dengan mata yang berkaca-kaca. (*Dit, kita kecewa sama kamu. Tapi, kamu sahabat kita. Semua orang pasti punya salah, sekarang jangan menyalahkan diri sendiri. Fokus kamu bisa sembuh, bisa melihat lagi, bisa main basket bareng).

"Bener Dit, lo gak boleh nyerah. Kita pasti bisa dapetin pendonor buat lo" kata Dizan.

"Udahlah gue gapapa, gue udah ikhlas. Satu lagi, jangan Keisya untuk kembali" kata Dito membuat semua orang diam. "Ko pada diam? Jangan bilang lo pada--?"

about us and him ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang