Kenyataan Pahit
Pagi ini, ruang makan terlihat penuh, kedua orangtuanya dan adik-adiknya sudah duduk di kursi masing-masing. Naura baru turun setelah Nasya memanggilnya. Memang Naura sedang sibuk menyiapkan berkas-berkas untuk dikumpulkan ke bagian akademik siang nanti.
Terlihat satu orang asing duduk di kursi dekat Nizar, bukan orang asing juga sih sebenarnya. Karna bagaimanapun Kenzi adalah sepupunya, sepupu kesayangan Bundanya. Naura tak tau dari kapan Kenzi ada di rumahnya hingga dia ikut sarapan bersama.
"Kok ada Kenzi di sini?" tanya Naura yang tak jelas ditujukan kepada siapa.
"Kenapa? Ga boleh aku minta sarapan di sini?." Kenzi berbalik tanya kepada Naura.
"Ya, tumben aja sepagi ini udah di sini," balas Naura.
"Kenzi tadi nganter itu, gulai ayam buatan Oma," kata Najla menjelaskan, dan Naura hanya ber oh ria.
Naura langsung duduk di kursi biasanya, dekat dengan Naura dan ayahnya. Najla segera mengambilkan nasi untuk Naura lengkap dengan lauknya. Sudah menjadi kebiasaan Najla melakukan itu untuk suami dan anak-anaknya, pun seperti itu juga kepada Kenzi.
Usai sarapan, semuanya bergegas melakukan aktivitas masing-masing. Nafis berangkat ke kantor, Nizar berangkat ke tempat magangnya dan Nasya berangkat ke sekolah diantar oleh Ayahnya. Naura yang siang ini akan ke kampus memilih untuk berangkat dengan menggunakan taxi online.
"Kenzi mau pulang?" tanya Najla saat Kenzi mau berpamitan dengan Najla.
"Iya tante," jawab Kenzi singkat.
"Kapan wisuda?" tanya Najla.
"Siang ini masih mau mendaftar tante," jawab Kenzi.
"Kamu mau ke kampus juga?" tanya Najla.
"Iya kenapa tante?" tanya Kenzi.
"Biar Naura bareng sama kamu aja gimana?" tanya Najla meminta persetujuan.
"Boleh tante," jawab Kenzi.
"Yaudah tunggu dulu, tante panggil Naura dulu," perintah Najla, kemudian meninggalkan Kenzi di ruang tengah.
Setelah memberitau Naura mengenai Kenzi yang juga mau ke kampus, Najla menyarankan agar Naura berangkat bersama Kenzi. Tak ada penolakan dari Naura, membuat Najla segera turun menemui Kenzi agar menunggu Naura bersiap-siap. Naura keluar dari kamarnya dan menuju lantai satu.
"Berangkat sekarang yuk," ajak Naura yang sudah siap berangkat.
"Pulang dulu, beberapa berkas aku masih di rumah," balas Kenzi kemudian bangkit dari duduknya.
"Bunda, Naura berangkat ya," kata Naura seraya mencium punggung Najla dan di ikuti oleh Kenzi.
Mobil Kenzi melaju menyusuri jalanan Jakarta, Naura sengaja meminta Kenzi untuk berhenti sejenak di rumah Omanya. Sembari Kenzi mengambil berkas-berkasnya, Naura memilih untuk mampir ke rumah Omanya. Oma Marissa sedang menyiram tanaman di taman belakang.
"Selamat pagi Oma," sapa Naura yang sekarang berjalan menuju Omanya.
"Naura," balas Oma Risa kemudian memeluk cucu perempuannya.
"Sama siapa?" tanya Oma Risa setelah melepas pelukannya.
"Sama Kenzi, makasih ya Oma, gulainya enak banget," puji Naura mengenai masakan Omanya.
"Sama-sama sayang," balas Oma Risa.
Suara klakson mobil terdengar dari luar, membuat Naura harus pamit dengan Omanya. Sejurus kemudian mobil Kenzi sudah sampai di depan gedung fakultas kedokteran. Naura keluar dari mobil Kenzi tak lupa mengucapkan terimakasih karena sudah bersedia mengantarnya sampai kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir Naura
RomanceRomance - Spiritual || Spinoff Separuh Agamaku Jika diizinkan, Naura akan lebih senang jika ikut bersama Mamanya. Bukan karena Naura tidak sayang dengan Ayah dan Bundanya. Tapi kebenaran akan dirinya seperti penghianatan dari orang terdekatnya. Pria...