Garis Takdir Naura - 29

3K 229 12
                                    

Luka

Nizar kembali masuk ke dalam kamar dimana Altaf dan Kenzi berada. Setelah meminta beberapa orang suruhan Ayahnya membawa Naura ke rumah sakit terdekat. Nizar masuk ke dalam kamar tersebut dengan dua orang polisi di belakangnya.

“Kak Kenzi!” teriak Nizar saat mengetahui Altaf memegang sebuah pisau yang berlumuran darah.

“Angkat tangan!” perintah polisi sambil menodongkan pistolnya. Altaf terdiam kemudian menjatuhkan pisaunya.

Polisi langsung mengamankan Altaf beserta barang bukti. Nizar dan yang lainnya segera membawa Kenzi menuju rumah sakit terdekat. Luka di bagian perutnya mengalami pendaran cukup parah, bahkan Kenzi sudah tak sadarkan diri. Sesampainya di rumah sakit, Kenzi langsung di larikan ke IGD. Sebelum meninggalkan Kenzi, Nizar terlebih dahulu menghubungi keluargannya.

Sembari menunggu tindakan yang dilakukan pada Kenzi, Nizar terlebih dahulu melihat keadaan Naura yang juga dilarikan ke rumah sakit yang sama. Untuk memastikan keadaan Naura, dilakukan pemeriksaan visum. Terlebih dahulu Nizar meminta persetujuan dari keluarganya. Berdasarkan penjelasan suster yang menjaga Naura, kakaknya tersebut masih belum sadarkan diri karena terpengaruh obat bius. Ponsel Nizar berdering membuatnya langsung mengambil benda pipih tersebut dari sakunya.

“Bunda sama Ayah sudah sampai di rumah sakit, Naura sama Kenzi dirawat di ruang mana?”

“Nizar keluar sekarang,” balas Nizar kemudian memutuskan sambungannya.

Nizar melihat bunda dan Ayahnya mendekat ke arahnya. Terlihat jelas, mata Najla merah dan masih tersisa bekas air mata di pipinya. Dengan telaten Nizar menghapus sisa air mata pada pipi bundanya itu. Tak membuang waktu lama, kemudian mereka menuju ruang Naura.

“Nizar,” panggil seorang perempuan membuat Nizar dan juga orangtuanya menoleh ke sumber suara.

“Kak,” ucap Najla kemudian memeluk Ayu.

“Gimana keadaan Kenzi sama Naura sekarang?” tanya Ayu.

“Kak Kenzi masih ditangani di IGD, sedangkan Kak Naura masih belum sadarkan diri karena pengaruh obat tidur,”

“Bawa tante kesana sekarang,” pinta Ayu kemudian semuanya menuju ruang rawat Naura kemudian menunggu tindakan selesai di lakukan di depan ruang IGD dimana Kenzi di tangani.

Seorang dokter keluar dari ruang IGD membuat Ayu, dan Thariq berdiri dari duduknya. Ayu dengan cepat menanyakan keadaan putra sulungnya itu.

“Keluarga pasien?”

“Saya Mamanya dok,” jawab Ayu.

“Pasien mengalami luka yang cukup dalam, juga mengalami banyak pendarahan. Kami akan melakukan operasi, dan dibutuhkan tambahan darah dari golongan darah yang sama dengan pasien,” jelas dokter.

“Golongan darah saya sama dengan anak saya dok,” balas Thariq.

“Baik mari silakan ikut saya untuk proses donor darah,” ajak suster. Thariq ikut bersama suster di dampingi oleh Ayu.

🌺🌺🌺

Naura berusaha membuka matanya, melihat sekelilingnya yang sudah berbeda dengan ruangan terakhir yang dia tempat. Najla yang melihat Naura tersadar segera menghampiri putrinya tersebut. Najla sangat bersyukur, putrinya masih diberi keselamatan  oleh Allah.

“Sayang,”

“Bundaaa,” Naura langsung memeluk Najla. Dirinya berusaha untuk bangun tapi badanya masih terasa lemas.

“Bunda, Kenzi mana bun? Kenzi masih hidup kan Bun? Kenzi gak papa kan Bun?” Mata Naura kembali meneteskan bulir bening dari sana.

“Sayang kamu tenang dulu, Kenzi pasti baik-baik aja,” balas Najla sambil mengelus puncak kepala Naura.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang