Garis Takdir Naura - 27

2.6K 218 26
                                    

Akta Cerai

Kenzi baru saja tiba di Jakarta setelah mengambil penerbangan dari Semarang pagi tadi. Kenzi langsung mencari keberadaan Nizar yang bersedia menjemputnya. Setelah bertemu Nizar, Kenzi meminta terlebih dahulu pergi ke rumah sakit dimana Naura bekerja. Setelah mengurus beberapa hal disana, Kenzi meminta untuk pulang terlebih dahulu ke rumahnya barang kali ada info mengenai Naura.

“Mbak, ada info mengenai Naura?” tanya Kenzi pada Gina.

“Gak ada pak, tapi tadi pagi ada map yang ditaro di gerbang, sebentar saya ambil.” Mbak Gina segera menuju kamarnya mengambil map yang dimaksud kemudian memberikannya pada Kenzi.

Kenzi juga Nizar sama-sama penasaran dengan isi map tersebut. Selembar kertas yang berada dalam map tersebut. Terlihat jelas judul yang ada dalam kertas tersebut membuatnya langsung menyobek kertas itu. Setelahnya Kenzi pergi ke atas, sedangkan Nizar memunggut lembaran kertas tersebut.

“Akta cerai,” lirih Nizar.

“Cuma ini aja mbak? Gak ada yang lain? Atau mbak Gina lihat orang mencurigakan gitu disekitar rumah ini?” tanya Nizar berharap mendapatkan informasi dari asisten rumah tangga kakaknya.

“Gak ada mas,”

“Kita ke rumah Aliya sekarang Zar,” ucap Kenzi yang baru turun dari lantai dua.

“Mbak Gina kalau merasa takut di rumah sendirian, mbak boleh pulang dulu. Kalau mbak Gina mau tinggal disini dulu juga gak papa, jangan lupa kunci rumah. Kalau ada paket atau siapapun yang gak pernah mbak kenal, gausah diterima,” jelas Kenzi dan Mbak Gina menangguk mengerti.

“Semoga bu Naura segera ditemukan,” ucap Mbak Gina kemudian Kenzi dan Nizar segera ke rumah Aliya.

⛺⛺⛺

Naura tak berhenti menangis sedari tadi malam, bahkan Naura tak bisa memejamkan matanya barang sebentar. Menggunakan mukena yang diberikan oleh Altaf, Naura tak berhenti untuk memanjatkan doa pada sang pencipta. Altaf masuk ke dalam kamar Naura dengan membawakan sarapan untuk Naura.

“Aku mohon jangan dekati aku Al,” ucap Naura sambil mengambil jarak untuk menjauh dari Altaf.

“Kenapa? selama ini bukannya Kenzi cuma jadi pelarian kamu aja?” Naura terdiam mendengarkan kalimat yang barusaja diucapkan oleh Altaf.

“Jadi benar kan? Kenzi hanya kamu jadikan pelarian. Bukankah kita dulu sama-sama saling mencintai,”

“Sekalipun aku gak pernah mengucapkan kata itu Al,” tegas Naura.

“Tapi kita sepakat untuk membangun komitmen,”

“Itu dulu, sebelum aku tau kamu adalah kakakku dan sebelum aku sah menjadi istri Kenzi,” bantah Naura.


Altaf terus berusaha mendekati Naura, tapi Naura terus menjauhi Altaf. Naura benar-benar takut dengan Altaf yang sekarang. Bahkan ucapan dari mulutnya saja sudah tak mempan untuk menuntuk Altaf.

“Al aku sangat menghormati kamu, bahkan sebelum aku tau kamu adalah Kakaku. Aku mohon, pulangkan aku ke rumah suamiku Al,” pinta Naura.

“Aku juga sangat menyayangi kamu Ra, aku sayang banget sama kamu, dan tolong jangan buat aku melakukan hal yang bisa melukai kamu karena kamu terus melawan aku,”

“Kamu sarapan dulu, aku suapin.” Dengan cepat Naura menggelengkan kepalanya.

“Kamu masih mau lihat Kenzi hidupkan?” gertak Altaf.

“Al aku mohon, jangan pernah kamu macam-macam sama suami aku.” Naura kembali menangis.

“Sekarang kamu bilang sama laki-laki itu, Ceraikan aku,”

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang