Garis Takdir Naura - 22

2.5K 215 28
                                    

Kecewa

Naura merasa lega, sudah sebulan berlalu setelah dirinya mendapat kiriman bunga dan surat yang entah siapa jelas pengirimnya. Naura tak pernah menceritakan soal surat tersebut, terlebih tak ada kelanjutan yang membuatnya ketakutan. Naura memutuskan menyimpan masalah itu sendiri tanpa memberitahu Kenzi.

"Ra," panggil Kenzi.

"Iya, kenapa Mas?" Naura menoleh ke arah tangga dan mengamati setiap langkah kaki Kenzi yang berjalan ke arahnya.

"Jalan-jalan yuk, ajak Nasya atau siapa gitu biar ramean," ucap Kenzi yang langsung merangkul Naura dari belakang.

"Udah capek ya rebahan mulu?" tanya Naura membuat Kenzi mengerucutkan bibirnya.

"Rebahan gimana, orang aku tadi olahraga juga." Kenzi tak terima dengan ucapan Naura.

"Hmm, masa iya?"

"Dih, gak percaya kamu ya?" Kenzi mulai menggelitik perut Naura membuat Naura merasa geli dan berusaha menghindar dari Kenzi.

"Udah ah, geli tau. Mending setelah ini kita sarapan, baru ke rumah bunda, kalau perlu ajak Abizar juga," ucap Naura membuat Kenzi menghentikan akitifitasnya.

Jalanan Jakarta pagi ini cukup ramai, Kenzi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, tangan kirinya tak lepas menggenggam tangan Naura. Kesibukan masing-masing membuat Kenzi tak ingin menyia-nyiakan momen tersebut. Naura pernah bilang, bahwa sebuah sentuhan aja bisa membuat seorang istri merasa senang. Dan Kenzi ingin selalu melakukan hal sederhana itu pada Naura.

"Oh ya, aku lupa bilang sama kamu sayang," ucap Kenzi membuat Naura menoleh ke arahnya.

"Bilang apa? beberapa hari lalu ada surat lagi buat kamu. Dan untuk kedua kalinya, ditaro di bawah pagar." Mendengar ucapan Kenzi membuat Naura terdiam dan merasa ketakutan.

"Kenapa diam sih? emang surat apaan?" tanya Kenzi namun tak kunjung dapat jawaban dari Naura.

"Sayang," Naura sedikit kaget mendengar panggilan Kenzi yang terdengar lembut.

"Emang yang pertama dulu isinya apa? dari rumah sakit bukan?" Naura menggelengkan kepalanya.

"Apa tuh artinya?"

"Aku belum buka, terus yang sekarang suratnya dimana?" tanya Naura penasaran dan berusaha bersikap biasa saja.

"Di laci kamar, kenapa belum dibuka? Gak penting ya?" balas Kenzi.

"Bukan dari intansi kan, jadi aku gak sempat buka,"

Ditengah perjalanan menuju rumah bunda Najla, ponsel Naura berdering dan layarnya menampilkan panggilan masuk dari Aliya. Tak menunggu lama, Naura langsung mengangkat panggilan tersebut. Barusaja Naura mendekatkan ponselnya di telingannya, suara berisik Aliya membuatnya sedikit menjauhkan benda pipih tersebut.

"Astaghfirullah Aliya, salam dulu napa sih?" mendengar Naura beristighfar membuat Kenzi menatap penuh tanya pada Naura sedangkan Naura menggidihkan bahunya.

"Aku di depan rumah kamu nih, kesel banget gak ada orang," balas Aliya.

"Serius lagi di rumah, oke bentar kita putar balik ke rumah," ucap Naura kemudian panggilan diputuskan oleh Aliya.

"Kita gak jadi ke rumah bunda ya, Aliya sama William lagi di rumah," pinta Naura dan Kenzi pun menganggukkan kepalanya.

Sejurus kemudian mobil Kenzi berhenti di depan rumahnya. Dan terlihat sebuah mobil juga terparkir disana. Naura segera menghampiri sahabatnya itu kemudian mengajaknya masuk. Kedatangan Aliya bersama William kerumahnya untuk mengantarkan undangan pernikahan mereka. Undangan ekslusif yang secara langsung diantarkan oleh calon pengantinnya.

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang