Garis Takdir Naura - 12

2.8K 214 7
                                    

Ikhlas Menerima

Jika memang ini takdir yang dituliskan atas namaku, lalu apa yang bisa kulakukan selain ikhlas menerimanya. Karna aku percaya takdir yang diberikan Allah untukku pasti yang terbaik.

🌺🌺🌺

Disalah satu pusat perbelanjaan, Naura melangkahkan kakinya menuju garamedia, untuk mencari beberapa buku bacaan tentang ilmu kedokteran. Naura memang sedang berjalan sendiri, karena Aliya maupun teman lainnya sedang ada urusan masing-masing. Langkah Naura terhenti ketika, ada seseorang memanggil namanya. Memang disana adalah tempat umum, mungkin tak hanya dirinya yang bernama Naura.

Naura membalikkan badanya, melihat ke arah sumber suara. Revano bersama Lita, sedang berdiri disana. Tak tau harus berbuat apa, Naura tetap diam ditempatnya sedangkan Revano dan Lita mendekat ke arahnya. Senyum merekah terpancar dari wajah Lita. Meskipun sebenarnya Naura tak ingin menemui dua orang tersebut, tapi sikap untuk menghormati orangtua harus tetap Naura lakukan.

Naura mencium tangan Lita, kemudian Revan. Tak ada yang ingin Naura bicarakan dengan dua orang itu membuatnya memilih diam dan ingin pergi dari sana. Sayangnya Lita meminta agar Naura bersedia ngobrol sebentar dengan mereka. Meskipun sudah beralasan untuk menolak, Lita terus memohon kepada Naura. Melihat wajah Lita yang penuh harap, akhrinya Naura menerima untuk ngobrol dengan orangtua Altaf tersebut.

Disalah satu restoran, Naura duduk menghadap sepasang suami istri yang dulu dia harapkan menjadi mertuanya. Revan memulai membuka pembicaraan setelah seorang pelayan menyajikan minuman serta makanan ringan yang telah mereka pesan.

"Gimana keadaan kamu?" tanya Revano kepada Naura.

"Alhamdulillah baik om," jawab Naura.

"Kamu masih belum percaya kalau aku Papa kamu?" tanya Revan berusaha membuat Naura nyaman dengan obrolannya.

"Kalau aja mama masih hidup, dan mama yang mengatakan sendiri kalau Om adalah papa saya, baru saya bisa percaya," jawab Naura dengan dadak mulai berat.

"Itu gak akan mungkin terjadi Ra, mama kamu sudah tenang disana," balas Lita.

"Tante tau, kamu pasti kalau kamu pasti belum bisa terima semua ini, termasuk Altaf," tambah Lita.

"Sebenarnya apa yang ingin om dan tante katakan sama saya?" tanya Naura.

"Saya memang salah, telah meninggalkan mama kamu dalam keadaan mengandung kamu saat itu. Dan om menyesal dengan itu semua ...," kata Revano yang langsung dipotong oleh Naura.

"Percuma om menyesal sekarang, semua sudah terjadi. Saya sudah dilahirkan dan sekarang sudah tumbuh dewasa. Dua puluh tiga tahun yang lalu om meninggalkan saya dengan mama saya. Membiarkan saya lahir, tanpa tanpa seorang ayah. Bahkan kehadiran saya didunia ini aja hasil dari perbuatan yang salah. Terus buat apa om menyesal?" tanya Naura dengan bulir mata mulai membasahi pipinya.

"Saya gak pernah menyesal karena lahir dari hubungan haram orangtua saya. Karna itu bukan kesalahan saya, dan saya gak bisa mengatur Allah untuk dipilihkan saya terlahir dari siapa dengan hubungan apa. Tapi perlakuan om terhadap mama saya, itu yang membuat saya gak tau harus menilai om seperti apa," tambah Naura.

"Setidak pantas itu kah, kamu panggil saya Papa?" tanya Revano.

"Atas dasar apa saya harus memanggil om dengan sebutan papa? bukannya dulu, om tidak pernah mengharapkan saya? tidak pernah menikahi mama saya juga? bahkan gak ada kasih sayang yang om berikan selama hidup saya," jawab Naura.

"Ra, bukan tante bermaksud membela kesalahan Papa kamu. Tante cuma mau, suami tante menebus kesalahannya dimasa lalu, dengan membawa kamu pulang bersama kita," ucap Lita dengan menggenggam tangan Naura.

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang