Garis Takdir Naura - 11

2.9K 212 9
                                    

Menata Hati

Kembalinya Naura pada keluarganya, tentu membuka akses untuk Revan kembali memperjuangkan Naura. Berkali-kali Revan menghubungi ponselnya, namun sengaja tak Naura jawab. Bahkan dua kali Revan datang ke apartemenya, namun sengaja tak dia terima. Dirinya masih mulai kembali menata hati yang pernah hancur karena kisah dari masalalu orangtuanya. Menerima Revan sebagai ayahnya juga harus mengikhlaskan perasaannya pada Altaf yang pernah sangat dia harapkan.

Siang ini, Naura sudah rapi dengan setelan semi formalnya. Siang ini, Aliya akan melakukan sidang skripsi dan Naura harus datang untuk memberinya semangat. Setelah siap dengan semuanya, termasuk buket bungan dan beberapa kado untuk Aliya. Naura memesan taxi online untuk mengantarnya ke kampus. Setelah mendapat driver, Naura segera melangkahkan kakinya ke lantai bawah.

Tak butuh waktu lama, mobil taxi yang Naura tumpangi sudah sampai di depan fakultas kedokteran. Setelah membayar tarif yang dikenakan, tak lupa Naura mengucapkan terimakasih kepada supirnya kemudian segera menuju ruang sidang Aliya.

"Hai, maaf ya baru datang," kata Naura yang langsung memeluk Aliya.

"Doain ya, semoga lancar. Deg-degan banget sih sekarang," balas Aliya kemudian melepaskan pelukannya.

"Bismillah, semoga dimudahkan sama Allah," ucap Naura.

Aliya segera masuk ke dalam ruang sidang, setelah masuk waktu yang telah ditentukan. Naura memilih menunggu Aliya dengan men-scroll layar ponselnya yang kini sedang menjelajah akun instagram miliknya. Sebuah panggilan masuk, Naura memang tidak menyimpan nomor itu, tapi Naura tau persis itu nomor Revan. Beberapa teman Naura dan Aliya datang ke depan ruang sidang Aliya, karena di dalam ada ujian, otomatis mereka tidak bisa berisik.

Kurang lebih, dua jam Aliya melakukan sidang skripsinya. Ketika pintu ruangan terbuka, dan menampilkan Aliya disana. Semua mata tertuju pada wajah Aliya yang terlihat sedih, semua menerka-nerka hasil yang Aliya dapatkan termasuk Naura.

"Liya?" tanya Naura.

"Aku lulus," jawab Aliya dengan merubah raut wajah murungnya menjadi senyum merekah.

"Aaaa ..." teriak Syifa membuat Ika menutup mulut Syifa.

"Ini di depan ruang sidang, jangan teriak-teriak," kata Ika.

"Selamat ya, akhirnya jadi sarjana juga," ucap Naura memeluk Aliya.

Perayaan kelulusan Aliya, di lanjutkan di taman belakang fakultas kedokteran. Tak lupa, mereka membagikan momen bahagia itu melalui akun media sosial pribadi masing-masing. Naura, Aliya, Syifa dan Ika sudah sama-sama menyelesaikan tugas akhirnya. Hanya tinggal menunggu waktu untuk melakukan wisuda sarjana kedokteran. Perjalanan masih panjang untuk menjadi seorang dokter.

🌺🌺🌺

Setelah seharian menghabiskan waktunya bersama teman-temannya. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, hingga pada akhirnya Naura harus pulang ke apartemennya. Langkah Naura terhenti saat melihat seorang lelaki berdiri di depan pintu apartemennya. Laki-laki yang selama ini sangat dia hindari. Naura hendak mengurungkan niatnya untuk masuk ke apartemennya, sayangnya Altaf sudah melihat keberadaannya.

Mau tidak mau, Naura menerima ajakan Altaf untuk berbicara berdua. Memang, semenjak kejadian waktu itu, Naura berusaha menghindar dari Altaf. Meski dirinya tau, saat ini Altaf adalah kakaknya. Sejurus kemudian, Naura dan Altaf sudah berada disalah satu restoran tak jauh dari apartemen Naura.

"Ada perlu apa kamu sampai datang ke apartemen aku?" tanya Naura membuka pembicaraan.

"Aku belum bisa terima semua ini Ra, aku masih sangat berharap kamu yang akan menjadi ibu dari anak-anak aku nanti," jawab Altaf seolah-olah kalimat yang dia ucapkan adalah pernyataan yang benar.

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang