Garis Takdir Naura - 26

2.7K 229 20
                                    

Ceraikan Naura

Seharian ini Kenzi disibukkan dengan beberapa pertemuan. Hari ini adalah hari terakhinya di Surabaya, dan dia ingin segera pulang menyelesaikan masalahnya dengan Naura. Beberapa pesan pribadi di ponselnya belum ada yang Kenzi balas karena kesibukannya.

“Buru-buru amat lo Ken?” tanya Adib mengiringi langkah Kenzi.

“Bentar lagi masuk waktu maghrib,” balas Kenzi.

“Hmm, alasan aja lo, gue tau kale lo udah pengen hubungin istri lo kan?”

“Bacot lo dib,” balas Kenzi kemudian masuk kedalam kamarnya.

“Bacotan gue bener kale,”

Apa yang diucapkan Adib memang benar, Kenzi buru-buru ke kamarnya karena ingin menghubungi Naura. Entah kenapa, dari pagi perasaannya tak enak pada Naura. Kenzi buru-buru mengambil ponselnya, tak ada notifikasi dari Naura, juga room chatnya menampilkan pesan kemaren malam.

Kenzi berulang kali melakukan panggilan pada Naura, tapi ponselnya tidak aktif membuanya semakin khawatir. Untuk  memastikan, Kenzi menghubungi Nizar dan jawabannya Nizar sudah pulang dari rumahnya. Terakhir, Kenzi menghubungi Aliya namun tak ada informasi mengenai Naura, karena Aliya sudah mengambil cutinya. Kenzi semakin khawatir dengan keadaan Naura.

Acara makan malam yang diadakan oleh teman-teman kerjannya, sama sekali tidak membuat Kenzi merasa senang ataupun tenang. Justru Kenzi merasa khawatir tidak karuan karena Naura tak dapat dihubungi. Informasi dari ponselnya, whatsapp Naura terakhir aktif pukul 06.33 WIB yang Kenzi yakini itu sebelum Naura berangkat ke rumah sakit.

“Lo kenapasih Ken, yang lain pada asik juga.” Adib duduk disalah satu kursi dekat Kenzi yang sedang sibuk dengan ponselnya.

“Kayaknya besok gue harus pulang duluan deh,” balas Kenzi.

“Kenapa lo? Orang besok kita emang udah pulang kan. Kenapa harus duluan,” tanya Adib.

“Lo gak tau apa yang gue rasain dih dib,”

“Karna lo gak cerita sama gue. Lo tuh lebay tau gak Ken, gue juga punya istri, baru beberapa bulan lagi. Tapi gue gak kayak lo yang bingung banget, ada masalah apa sih lo sama Naura?”

“Gak semua harus gue ceritain sama lo,” balas Kenzi kemudian meninggalkan Adib.

Adib mengela napasnya berat, Kenzi emang beda dengannya yang mudah banget berbagi cerita. Berulang kali Adib berusah mengkorek tentang masalah yang kini dialami oleh sahabatnya, tapi tak juga berhasil. Tidak seperti dirinya yang baru dipancing dikit oleh Kenzi, dengan mudah langsung curhat panjang lebar.

“Gue doain masalah lo cepet kelar Ken,” ucap Adib setelah Kenzi meninggalkan dirinya.

Sebuah panggilan masuk ke ponselnya dari asisten rumah tangganya. Kenzi melihat jam yang ada di dindingnya, jarum pendeknya menunjuk angka 11. Berharap asistennya itu memberikan kabar tentang Naura, Kenzi segera menerima panggilan tersebut.

“Assalamualaikum pak, maaf banget saya telfon malem-malem. Barusan saya dapat telfon dari rumah sakit bu Naura kerja, menanyakan keberadaan Ibu,”

“Waalaikumussalam, maksudnya gimana sih mbak?” tanya Kenzi.

“Jadi tadi sore saya baru pulang dari kampung, izin nginep di rumah bapak. Tadi jam delapanan kalau gak salah Ibu pamit ada praktek ke rumah sakit untuk gantiin jaga salah satu rekannya gitu. Nah barusan dapat telfon dari rumah sakit menanyakan keberadaan Ibu yang belom sampai di rumah sakit. Saya gak tau pak, ibu kemana, makanya saya telfon bapak, takut terjadi apa-apa sama Ibu,” jelas Mbak Gina dan Kenzi mendengarkan dengan seksama.

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang