Garis Takdir Naura - 9

2.9K 257 21
                                    

Hancur

Hancur, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan Naura saat ini. Bagaimana tidak, orang yang paling dia hormati, orang yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya. Justru orang yang membuat Naura hancur. Kebohongan, Rahasia yang seharusnya itu dia ketahui sebelum tumbuh dewasa menjadi batu hantaman untuk Naura.

Masih dengan mengenggam kertas yang diberikan oleh laki-laki yang mengaku sebagai Ayahnya, yang jelas laki-laki itu adalah Papa dari orang yang dia sayangi sekarang. Revano, laki-laki yang seharusnya menjadi Papa mertuanya, bagaimana bisa menyebutkan bahwa dia adalah Ayah kandung dirinya.

Berada di pusara perempuan yang memiliki nama Maura Angelia. Nama yang sama dengan apa yang berada dalam kertas di gengamannya. Tangis Naura tak berhenti sejak dia mendengar kenyataan pahit dari hidupnya.

Maura Angelia, meninggal tepat setelah melahirkan bayi yang di kandungnya. Dan anak perempuan yang baru saja dilahirkan, diadopsi oleh pasangan Nafis Algibran Narendra dan Najla Hilyah Mumtazah. Dalam akta kelahirannya tertulis nama ibu kandungnya yang tak lain adalah Maura Angelia.

Tangis Naura semakin terdengar keras, sesak memenuhi dadanya. Jadi itu alasan bundnya meminta agar dirinya memanggil Maura dengan sebutan Mama. Bukan tanpa alasan yang mengada-ngada karena memang Maura adalah ibu kandungnya. Naura memeluk pusara Maura erat, bahkan airmatanya menetes disana membuat Naura buru-buru mengahapusnya.

"Mama, kenapa Mama gak sekalian bawa aku ikut bersama Mama, kenapa Mama biarkan aku hidup seorang diri di sini Ma. Jika di izinkan Naura akan lebih senang dan bahagia jika ikut bersama Mama, Naura gak akan merasakan kesedihan tanpa sandaran, Naura gak akan sendirian di sini," dialog Naura diatas pusara Mamanya.

"Kamu gak sendiri Ra." Suara dari belakang Naura membuatnya menoleh ke sumber suara.

"Kamu gak akan pernah sendirian." Kenzi mengulang perkataannya kemudian mensejajarkan posisinya dengan Naura, dan memberikan sebuah sapu tangan untuk mengusap airmatanya.

"Kamu gak tau apa-apa Ken," ucap Naura setelah menerima sapu tangan yang diberikan oleh Kenzi.

"Aku dengan pembicaraan Mama dengan tante Najla," balas Kenzi yang justru semakin menangis.

Tak ada yang bisa Kenzi lakukan selain meminta Naura untuk tenang. Tangannya ingin sekali memberikan sentuhan untuk menenangkan Naura. Tapi urung karena Kenzi tau batasannya. Terik matahari membuat Kenzi meminta Naura untuk meninggalkan makam Mamanya. Tapi Naura masih kekeuh ingin tetap berada disana.

Berkali-kali Kenzi membujuk Naura yang berakhir gagal. Hingga suara adzan dhuhur mampu membuat Naura bangkit dari duduknya. Kesedihan yang dia rasakan bersumber dari Tuhannya, Allah. Maka kepada-Nya lah sebaik-baiknya tempat mengadu bagi Naura.

"Kita pulang ya," ajak Kenzi ketika Naura beranjak berdiri.

"Aku mau sholat dhuhur Ken, temani aku cari masjid di sekitar sini," pinta Naura yang sudah jalan terlebih dahulu.

"Pakai ini." Kenzi memberikan sunglasses miliknya, agar matanya tak terlihat jelas jika dia habis menangis.

"Makasih," kata Naura menerima kaca mata dari Kenzi.

🌺🌺🌺

Jamaah sholat dhuhur telah bubar dari masjid, hanya tinggal Naura yang masih terduduk di dalam sana. Airmatanya tak berhenti mengalir di pipinya. Semua doa di langitkan atas naman-Nya. Kenyataan terpahit yang harus Naura terima. Keluarga yang seharusnya menjadi support sistem buatnya, justru mereka seperti pengkhianat bagi Naura.

Kehilangan Mama yang seharusnya sekarang menguatkan dirinya dalam menghadapi masalah. Bunda yang biasanya selalu ada memberikan pelukan menenangkan, nyatanya sekarang membuat Naura benar-benar hancur akibat dari kebenaran yang telah lama disembunyikan. Ayah yang selalu menjadi penasehat untuknya, justru sekarang Naura tak ingin mendengar kata-katanya.

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang