Garis Takdir Naura - 15

2.9K 218 22
                                    

Malam bersama Papa

"Andai kamu tau Ra, selama ini diam-diam kamu yang aku harapkan untuk menjadi pendamping hidupku."

Naufal K. Mumtaz

🌺🌺🌺

Mentari pagi sudah setinggi sepenggala, waktu yang tak ingin Naura lewatkan hanya dengan menghirup udara segar pagi ini. Waktu dhuha, adalah waktu yang istimewa untuk bermunajat kepada sang pencipta. Mengadukan segala keluh kesah masalah dunia dan meminta petunjuk menuju surganya.

Di atas sajadah, Naura bersimpuh, bersujud mengagungkan nama-Nya. Menengadahkan tangannya, meminta kemudahan dan kemurahan atas rizkinya.

"Ya, Allah, ampuni aku yang telah durhaka kepada orangtuaku. Membuat mereka marah padaku, dan tentunya Engaku pun akan marah melihat sikapku. Ya Allah, ampuni aku yang tak pernah menyebutkan nama Papa dan Mama disetiap doa yang ku panjatkan kepada-Mu. Berikanlah tempat yang indah untuk Mama, hapuskan dosa-dosa yang telah diperbuat di masalalunya. Begitupun Papa, ampuni segala dosa yang pernah dilakukan semasa mudanya. Ya Allah, hanya kepada-Mu lah ku sampaikan semua keluh kesah hiduku, hanya Engkaulah yang mampu meringankan semua beban hidupku. Ridhoi setiap langkah yang ku niatkan untuk-Mu, Aamiin,"

Naura melepas mukenanya, tanpa sadar buliran air mata membasahi pipinya. Dengan segera, Naura menghapus air mata itu, dia tak ingin menangis lagi. Langkah itu mungkin menjadi salah satu cara membahagiakan Mamanya, yang berpesan agar Naura tak menangis kembali.

Siang ini, rencananya Naura akan pergi bersama Kenzi ke Bandung, untuk menghadiri acara pernikahan salah satu teman kita semasa SMA. Dering singkat dari ponsel Naura menunjukkan sebuah pesan singkat masuk. Sehabis meletakkan mukena ditempat semula, Naura mengambil ponselnya yang berada diatas nakas kemudian duduk di sofa kamarnya.

Sebuah pesan dari papanya---Revano. Naura pun segera memberikan balasan dari pesan yang dikirimkan oleh Papanya itu. Disela-sela menunggu balasan dari Revano, mata Naura melihat buket bunga edelwish yang beberapa hari lalu dikirimkan untuknya. Naura masih belum tahu siapa pengirimnya, Naura juga tidak menceritakan kepada siapapun tentang keberadaan bunda itu beserta note dengan pesan yang membuatnya bingung dan penuh tanya.

Whatsapp

Om Revano,
Assalamualaikum Ra,
Apa kabar nak?
Nanti malam ada acara? Papa pengen ajak kamu makan malam bersama.

Me
Waalaikumussalam Pa,
Alhamdulillah Naura baik.
Siang ini Naura ada acara di Bandung, Insya Allah nanti malam kalau Naura bisa, Naura akan hubungin Papa lagi.

Setelah melihat nama yang dia tulis untuk papanya dengan nama depan Om, Naura kemudian menggantinya menjadi Papa.

Papa
Ada acara apa di Bandung?
Sama siapa?

Me
Ada acara nikahan teman SMA Pa,
insya allah Naura kesana bareng sama Kenzi.

Papa
Yasudah, hati-hati ya.
Nanti kalau jadi sekalian ajak Kenzi juga.

Me
Insya Allah Pa,
Kak Altaf gimana kabarnya Pa?

Papa
Masih belum ada kabar juga,
Tapi Papa masih berusaha mencari dia,
Bagaimanapun dia harus bisa menerima semua ini, seperti kamu sekarang.

Me
Semoga Kak Altaf segera pulang, dan kembali berkumpul dengan keluarga Papa.

Setelahnya Naura meletakkan ponselnya dan pergi ke bawah untuk menyiapkan sarapan pagi ini. Hidup sendiri di apartemen membuatnya harus mandiri. Meskipun awalnya susah buat Naura, makin kesini, Naura menjadi terbisa dengan semua kegiatan hari-harinya. Hal itu juga menjadi salah satu bekal untuk Naura, bagaimana nantinya dia akan koas yang tentunya jauh dari keluarga.

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang