Garis Takdir Naura - 24

2.5K 242 26
                                    

Kue Anniversary

Naura sangat senang karen kehadiran dua adiknya yang paling dia sayangi. Setidaknya kehadiran mereka membuat Naura tak kesepian karena ditinggal Kenzi ke Surabaya. Nizar dan Nasya datang ke rumah kakaknya atas dasar permintaan Kenzi. Tapi Kenzi tak ingin menunjukkan rasa perhatinnya pada Naura dan meminta agar kedua adiknya tidak memberitahu Naura.

Berada di rumah Naura sudah seperti di rumah sendiri. Karena merasa lapar, Nizar langsung pergi ke dapur. Tak ada yang dia temukan selain telur, sosis dan keju. Dengan bahan seadannya Nizar mencampurkan semua bahan menjadi satu, entah apa namanya Nizar menyebutnya omelate.

“Mau dong kak,” pinta Nasya.

“Buat aja sendiri,” Nasya mengerucutkan bibirnya.

“Kalian ngapain di dapur, enak banget baunya,” ucap Naura menuruni anak tangga.

“Omelate ala Chef Nizar,”

“Gak ada apa-apa ya di kulkas? Soalnya mbak lagi izin dan aku belum sempat cek dapur.”

“Kalian nginep sini ya,” lanjut Naura.

“Emang tujuannya kesini mau nginep,” balas Nasya.

“Serius, Aaaa senengnya. Kalian kenapa bawa mobil Ayah?” Raut bahagia terlukis di wajah Naura.

“Ayah lagi ke luar kota, jadi mobilnya kita bawa,” balas Nizar.

“Dan kita memutuskan untuk menginap disini,” tambah Nasya.
Malam semakin larut, berulang kali Naura menawarkan untuk pesan makan malam. Tapi Nasya dan Nizar menolaknya. Naura pribadi tidak pernah makan berat di jam malam seperti itu. Tapi Naura juga tidak mau kalau adiknya merasa lapar di rumahnya. Terlebih Naura tidak memasak hari ini.

Nasya dan Nizar tak henti tertawa ketika keduanya asyik nonton film komedi. Duduk diatas sofa dengan lampu yang sengaja di matiin menjadikan ruang keluarga serasa di bioskop. Naura sesekali juga ikut tertawa, bukan karena filmnya tapi karena tawa yang diciptakan oleh kedua adiknya membuat Naura tertawa.

“Emang ngerti kak?”

“Aku ketawa bukan karena filmnya, tapi karena kalian tingkah kalian berdua sama suara tertawa kamu yang buat kakak tertawa,” balas Naura pada Nasya.

Naura sangat bersyukur karena dirinya dikirimkan pada keluarga yang harmonis seperti keluarga Ayah dan Bundanya. Begitupun Allah menitipkan saudara-saudara yang sangat menyayangi dirinya. Sekalipun Naura sadar bahwa dirinya dan kedua adiknya tidak dari darah yang sama pun tidak berasal dari rahim yang sama. Naura tetap menyayangi adiknya, dan berharap selalu diberikan keharmonisan bersama mereka.

Terdengar bunyil bel pintu rumah membuat Naura berdiri dari duduknya. Sebelumnya Nizar menawarkan diri untuk membukakan pintu tapi ditolak oleh Naura. Langkah kaki Naura semakin dipercepat saat orang diluar berulang kali memencet bel. Karena suara menggangu tersebut membuat Nasya dan juga Nizar ikut keluar.

“Maaf ada apa ya pak?” tanya Naura diikuti oleh Nasya dan Nizar. Seorang ojok online mengantarkan sebuah kotak yang entah isinya apa mereka tidak tau.

“Saya mau mengantarkan barang untuk Naura Angelia,”

“Dari siapa pak?”

“Namanya Robi,”

“Saya gak kenal nama itu pak, salah kirim mungkin.” Naura berusaha menolak barang tersebut.

“Loh, alamatnya benar, nama Ibu Naura kan?” Naura mengangguk.

“Udah terima aja deh Kak, udah di bayar belum pak?” tanya Nizar dan tukang ojek tersebut mengangguk.

“Zar, kita gak tau kalau itu isinya berbahaya buat kita?”

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang