Garis Takdir Naura - 23

2.4K 218 6
                                    

Surabaya

Naura benar-benar bingung dengan penampilan Kenzi yang pulang kerja jauh dari kata rapi. Bahkan pertanyaannya pun tidak mendapatkan jawaban. Apa ada masalah besar di kantornya bekerja, hingga emosinya masih ke bawa bahkan sampai di rumah. Setelah menyiapkan baju ganti sekaligus dengan alat sholat, Naura memilih untuk ke lantai bawah menyiapkan makan malam.

Sudah hampir sejam lebih Naura berkutat di dapur, dari menyiapkan makan malam hingga beres-beres perabotan. Selama itu, Kenzi tak kunjung turun ke bawah. Padahal biasanya, usai sholat isya, Kenzi akan langsung turun ke bawah untuk makan malam.

Naura memutuskan untuk naik ke lantai atas menuju kamarnya. Hal pertama yang Naura lihat adalah Kenzi yang duduk di atas ranjangnya dengan bersender pada belakang ranjang. Naura benar-benar bingung dengan sikap suaminya tersebut.

“Kamu udah selesai sholatnya mas? Kenapa gak turun sih? aku udah nungguin dari tadi loh,” Naura mendekat ke arah suaminya, namun Kenzi masih juga fokus dengan ponselnya. Karena merasa dicuekin oleh Kenzi, dengan cepat Naura mengambil ponsel dari tangan Kenzi.

“Apa sih?” tanya Kenzi dengan nada tinggi membuat Naura tersentak kaget. Tak pernah sekalipun dia dibentak oleh orangtuanya, dan Kenzi berani melakukan itu padanya.

“Kenapa sih mas? Kamu kalau ada masalah dengan pekerjaan di kantor jangan gini dong, kamu bisa berbagi cerita sama aku,”

“Hmmm, selama ini kamu kalau ada masalah sekecil apapun apa pernah cerita sama aku?” Kenzi menatap tajam ke arah mata Naura. melihat tatapan marah di mata Kenzi, membuat Naura takut sekaligus bingung dengan perkataan suaminya.

“Aku cerita apapun sama kamu,”

“Hmm, pinter banget ya kalau bohong,” sinis Kenzi.

“Mas, sadar gak sih kamu, ucapan kamu tuh udah nyakitin hati aku tau,” Naura mulai berkaca-kaca.

“Kamu pikir aku gak sakit dibohongin oleh orang yang sangat aku cintai. Aku percaya penuh sama kamu, tapi apa kamu bohongi aku?” tegas Kenzi kemudian turun dari duduknya menuju laci. Mengambil beberapa kertas dari sana dan memberikannya pada Naura.

“Apa maksud semua itu?” bentak Kenzi seraya melemparkan kertas tersebut di depan Naura.

Naura sudah tidak bisa menahan lagi bulir airmatanya yang sedari tadi dia tahan. Naura baru sadar jika sumber kemarahan suaminya adalah beberapa surat yang dikirimkan padanya. Naura berusaha menjelaskan pada Kenzi, tapi mungkin momennya tidak tepat. Kenzi meninggalkan kamarnya dengan Naura yang masih terus menanggis sedangkan Kenzi penuh amarah.

“Maafkan aku mas” Naura meremas kertas-kertas di depannya. dalam hati Naura menyesal karena tak menceritakan hal itu pada suaminya.

🌺🌺🌺

Naura mulai mengerjapkan matanya ketika mendengar lantunan adzan subuh berkumandang. Tanpa sadar Naura semalam menanggis hingga dirinya ketiduran. Tak ada Kenzi disampingnya membuat Naura segera turun dari ranjangnya dan mencari keberadaan suaminya. Setelah tak menemukan keberadaan Kenzi di kamarnya, Naura memutuskan untuk mencari Kenzi ke luar.

Bertepatan dengan dirinya membuka pintu kamar, Kenzi keluar dari ruang kerjanya. Tanpa berpikir panjang, Naura langsung memeluk Kenzi. Tak ada balasan dari suaminya membuat sebutir air mata Naura lolos membasahi pipinya.

“Lepasin, sudah subuh,” ucap Kenzi.

“Maafin aku mas,”

“Kita bahas nanti setelah sholat subuh,” balas Kenzi dan dengan berat hati Naura melepaskan pelukan yang bahkan tak mendapatkan balasan.

Garis Takdir NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang