#28

867 78 6
                                    

"Mungkin, dia tahu!" Ujar meichi memecahkan suasana.

"Dia? Siapa?! Tahu apa?!" Ujar Qiancheng bingung, dengan cepat meichi meraih tangannya dan membawa Qiancheng pergi.

"Xiangnuan, jaga rumah ya!!!" Teriak meichi dan melesat terbang entah kemana.

Skip...

Malam suasana terasa begitu sunyi. Bulan pucat tampak tinggi diatas pepohonan yang bergerak gerak. Angin sepoi-sepoi membawa wangi pekat musim gugur. Gadis itu berjalan perlahan, ditangannya tergenggam sebuah Pedang perak yang bersimbah darah. Bobot pedang itu terasa padat dibandingkan bumi gersang tempatnya berpijak saat ini. Nampak burung elang terbang kearahnya dan bertengger dibahu gadis itu.

"Aku tahu, tidak peduli siapapun yang datang. Jika dia berani mencari masalah dengan Nona Panglima perang, aku akan menghabisinya." Ujar gadis itu, Seulas senyuman tersungging dibibirnya. Sengaja dia mengarahkan mereka kesebuah perangkap. Dengan tenang ia masuk ke Kota Yang, dibagian Timur.

Gadis itu sengaja menggunakan mantra sihir, untuk mengidentifikasi mereka.

"Homenum Revelio." Lirihnya.

*Hawa panas seperti Api, Pyromancer! Jika tebakanku tidak salah, Pyromancer itu adalah...

"Em, Dasar pengacau kecil!" gumamnya sambil tersenyum tipis.
Sebuah ide nakal muncul dikepalanya. Dibelakangnya, Meichi terlihat ragu saat melihat Gadis itu berjalan masuk ke Mansion Orpen (rumah organisasi pembunuh bayaran ternama). Apa dia sedang dalam tugas saat ini?. Pikirnya.

"Apa kita harus masuk? itu Mansion Orpen, Ada banyak pembunuh berdarah dingin disana. Rumornya, mereka itu sangat kuat. aku tidak mau masuk kedalam." Seru meichi takut.

"Bukankah tadi kau yang menyarankan agar kita mengikutinya. Kenapa sekarang kau malah takut?! Terserah, jika kau tidak mau masuk maka aku saja yang masuk!" Ujarnya sok berani.

"Jangan! Disana berbahaya!" Qiancheng tak menghiraukan ucapan meichi dan mendobrak masuk.

BRAKKK!

Sontak semua mata mengarah padanya. Tatapan mereka begitu mengintimidasi, mendadak nyali Qiancheng menjadi ciut. Perlahan mereka berdiri dan berjalan menghampiri Qiancheng. Salah satu dari orang-orang itu angkat bicara.

"Siapa kau?! Apa tujuanmu kemari?!" Ujar orang itu dengan suara berat sambil mengacungkan sabit ke arahnya. Qiancheng memandang orang didepannya dengan ketakutan.

"Aku ingin bertemu dengan sang panglima perang, Zhang Chaoyi." Ujarnya dengan waspada.

"Hahahaha... Memangnya kau ada kualifikasi apa untuk bertemu dengan panglima perang?!!!" Seru orang orpen dengan sinis.

"Hump, kau cantik. Sayang sekali jika harus mati sia-sia. Bagaimana jika kita bermain sedikit?!" Ujarnya Menggoda.

"Kalian berani menyentuhku akan kupatahkan tangan kalian!" Kata Qiancheng dengan berani.

"Sungguh lucu! Teman-teman, kalian dengar! wanita ini sedang menantang kita. Ayo, kita tunjukkan kekuatan orang orpen!"

*Cih, ternyata ada seorang kompor disini.

-----------------

"Putri, jika saya boleh jujur, sebenarnya maksud kedatangan saja kemari tidak lain adalah untuk Monster Suci Penyeimbang Kehidupan." Putri Xin tersentak, karena ucapan Yuan Yue. Ini topik yang cukup menarik untuk dibahas. Putri Xin terdiam sesaat, didetik berikutnya ia tersenyum.

"Mengejutkan, Tuan Yuan Yue yang hebat bisa tertarik pada Monster Suci Penyeimbang Kehidupan. Tuan Yue, didunia ini tidak ada yang gratis!" seakan mengerti dengan maksud putri xin, Tuan Yue membuat kesepakatan yang tidak dapat ditolak oleh siapapun termasuk putri xin.

"Baiklah, apa yang ingin Tuan Yue ketahui?" Tanyanya dengan lembut dan pelan.

"Keberadaan Monster Suci Penyeimbang Kehidupan... Aura surgawi." Jawabnya.

"Aura Surgawi? Surgawi... Sepertinya aku pernah mendengar kata itu. Sungguh kata itu tidak asing ditelingaku." Ingatan putri xin bekerja, bagaikan potongan film yang dipercepat.

"HARIMAU SURGAWI?! Tidak mungkin! Harimau surgawi..." Putri Xin tak berani melanjutkan kalimatnya. Ia terdiam dan tenggelam dalam pikirannya.

Sementara itu, di Mansion Orpen tengah terjadi pertarungan yang cukup sengit antara para pembunuh bayaran Orpen dengan Qiancheng.

Desing!

Qiancheng yang hanya berbekal belati perak mencoba menahan serangan pedang Orpen. Pertarungan yang tidak seimbang ini memunculkan ketertarikan orang-orang sekitar untuk datang.

*tidak bisa! Kalau begini terus aku akan kalah. harus cari celah.

Perjuangan Putri MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang