Bab 11

748 183 69
                                    


Tersenyum melihat tingkah laku Jaejoong, Yunho memang tidak peka sekali kepada wanita ini. Dan sekarang ia baru menganggap omongan Changmin benar dan merasa percaya diri lebih untuk menghadapi wanita kaya raya ini dengan sesantai mungkin dan sedekat juga akrab. Ia mendekat kepada Jaejoong setelah meletakan kantong plastik ke atas meja.

Tanpa canggung, Yunho menarik tangan Jaejoong dan menatap wanita itu. Astaga, wajah Jaejoong menggemaskan sekali. Ia terkekeh dan dengan berani menyentuh dagu Jaejoong, awalnya Jaejoong menjauhkan tangannya di wajah yang aduhai sehalus kulit bayi itu. Ia kembali menyentuh dagu Jaejoong dan mengarahkan wajah wanita itu kepadanya.

"Tidak mau dengar penjelasanku? Kau ingin terus seperti ini sampai kapan?"

"I-itu bukan urusanmu, apa yang kau harus jelaskan?" Jaejoong menyanggah dan masih tidak mau melihat Yunho meski wajahnya sudah berhadapan dengan pria itu.

"Kau benar-benar keras!" ujar Yunho, padahal ia baru kenal Jaejoong tapi entah mengapa penilaian itu muncul. Untuk menjalin suatu hubungan pun ini terlalu cepat. Mereka baru bertemu 3 kali, 4 dengan yang ini. Tapi dipertemuan sebelumnya sikap Jaejoong benar-benar berbeda dari pertemuan pertama dan kedua.

"Huh?"

"Ice creamnya akan leleh, aku membawakan yang rasa vanilla. Kesukaanmu," Yunho menarik dirinya dari Jaejoong dan melepas pegangan tangan serta sentuhan pada dagunya.

"Aku bisa membelinya sendiri, aku sibuk, kau tidak sibuk sehingga bisa membuktikan kau sukses menangani masalah perusahaan?" Jaejoong berucap dengan ketus dan merasa marah ketika Yunho tertawa.

Bagaimana tidak tertawa, Jaejoong lucu dan lagi Yunho baru menyadari bahwa wanita ini tidak memakai pakaian elegan yang menarik minat atau mencolok. Jaejoong hanya mengenakan stelan rumah dengan bawahan hot pans dan kaos yang kebesaran dipakainya. Memang ini stelan yang biasa juga ia lihat dipakai Soojin ketika di rumah sedang bersantai.

"Dia temanku, teman lama, kami berteman sudah lama. Dia memutuskan untuk membuka usaha kecil-kecilan dan aku hanyalah pelanggannya saja. Aku meminta dia sedikit merombak beberapa stelan yang baru kubeli. Dia hanya membenarkan rambutku yang berantakan saja tadi, bukan apa-apa. Kau secemburu itu jadi langsung bersikap begini dan mengabaikanku sepanjang kita kembali ke kantor?" Yunho menatap lekat Jaejoong, wajah wanita itu lucu sekali.

Jaejoong mengerutkan keningnya. Ia melirik Yunho dan kemudian menggigit bibirnya. Benarkah yang dikatakan Yunho? Wanita itu hanya teman?

"Aku tidak cemburu? Dari mana kau menyimpulkan aku cemburu? Memangnya aku siapamu? Hahaha, lucu sekali kita tidak berkencan kenapa aku harus cemburu?" Jaejoong mengelak, ia tidak mau mengaku. Dan lagi mereka memang tidak dalam hubungan. Miris sekali, ia cemburu tapi pria itu bukan kekasihnya.

"Okay, kalau begitu. Kau tidak cemburu, jadi kau tidak mau cokelat dan ice creamnya?"

"Tidak! Aku bisa membelinya sendiri! Aku tidak semiskin itu! Ah, aku juga akan mentransfer uang yang kau bayarkan untuk makananku tadi!"

Benar-benar keras kepala, Yunho menggeleng pelan. Ia melangkah mengambil plastik dan berucap main-main, "Kau memang kaya, baiklah aku yang miskin. Aku semestinya tidak membawakanmu ice cream dan cokelat. Aku akan kembali mungkin Soojin, ah wanita yang kau lihat itu akan mau menerima ini. Dari pada kubuang."

Mendengar itu telinga Jaejoong terjengit. Ia marah sekali dengan ucapan Yunho. Melihat pria itu berbalik membuat ia ingin menangis. Jaejoong mencopot sebelah sandal rumahnya yang bermotif bulu dan telinga kelinci. Ia melempar sandal itu ke arah Yunho dan tepat mengenai punggung pria itu. Sejurus kemudian, ia berjongkok dan menyembunyikan wajahnya.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang