Bab 29

564 160 50
                                    

Yunho mendesah pelan dan duduk di sofa ruang kamar Jaejoong. Ia sudah mengganti kemeja dengan kaos tanpa lengan yang dibelikan Jaejoong. Well, kekasihnya itu benar-benar sedikit nakal tentang beberapa poin kencan mereka. Tapi, ia tidak ingin memperpanjang dan berdebat. Ya, seperti yang dipahami Jaejoong saja memberi dan menerima, selagi itu bukan barang mahal ia akan terima. Dan ia juga membelikan beberapa perhiasan serta lainnya kepada Jaejoong, tentu Yunho tidak ingin harga dirinya tercoreng karena pemberian wanita itu.

Ia sedikit menimbang sesuatu karena keinginan Jaejoong tadi. Dan ia tidak ingin berdusta, siapa yang tidak tergoda dengan Jaejoong dan pakaian seksinya yang luar biasa. Jika ia turutkan kehendak maka mungkin mereka sudah bergumul dengan panas, tapi tidak. Ia bukan pria yang demikian. Ia memiliki aturan dan cara sendiri dalam hal hubungan.

Mungkin memang Jaejoong harus segera dinikahi karena semakin lama wanita itu pasti akan berani menggodanya dan ia takut lepas kendali. Tapi, pekerjaannya belum stabil. Ia ingin mengatur karir dahulu sebelum menikahi Jaejoong.

"Honey, kau ingin minum teh hangat?"

Ucapan Jaejoong mengejutkan, dan Yunho segera menoleh pada sang kekasih yang memakai baju stelan rumah menggemaskan. Menggeleng, Yunho rasa ia tidak akan lama di sini, "Tidak Baby, kau mau ikut aku ke suatu tempat hmm?"

"Kemana?" Jaejoong menaikan sebelah alisnya.

"Nanti kau juga akan tahu," tersenyum sepertinya Yunho memang harus mengambil langkah ini.

"Aku harus berdandan dan mengganti pakaianku, aku harus tahu kemana tujuan kita!"

"Hmm makan di luar," sahut Yunho dengan senyum tipis terkembang, ia berbohong.

"Ah baiklah, tunggu sebentar, Sayang!" Jaejoong bergegas masuk ke walk in closet, ia mengganti pakaian dengan dress yang cantik. Ini kencan, jelas ia harus tampil secantik mungkin dan sememikat mungkin.

Yunho tertawa, ia mengambil kemejanya yang sedikit basah, dan melepas kaos tanpa lengannya. Segera memakai kemeja dan mengambil jas, Yunho menunggu Jaejoong yang sedang berdandan. Memang kalau menunggu wanita berdandan cukup membosankan, ia mengambil ponsel dan melihat beberapa pesan chat masuk. Dari Yoona, wanita itu sedang menata ruangan yang akan dipakai Yunho dan memperlihatkan hasil tataannya. Mengirimkan emoticon jempol, Yunho senang bahwa sekretarisnya itu cukup setia dengannya.

Membaca beberapa artikel berita, Yunho cukup serius. Ia juga melihat bursa saham lantas menutupnya lagi. Mendengar suara pintu terbuka, Yunho menoleh ke arah walk in closet dan menampakan kekasihnya yang cantik sekali dengan dress yang selalu cocok dikenakannya. Ia segera berdiri dan mengulurkan tangan, Jaejoong langsung menyambut uluran tangannya dan tersenyum lebar.

.
.
.

"Kita akan kemana?" sebelah alis Jaejoong terangkat karena melihat mereka sepertinya memasuki area perumahan elite, bukannya ke area restoran atau street food.

Melirik Jaejoong, Yunho kemudian menjawab dengan senyuman, "Ke rumahku."

Sejenak Jaejoong mengangguk pelan, tetapi sejurus kemudian ia terbelalak dan menatap lekat Yunho. Ke rumah pria itu? Ia jelas tahu bahwa kekasihnya ini masih tinggal dengan orang tuanya. Ke rumahnya berarti ia akan bertemu orang tua Yunho. Astaga, ia mulai grogi dan melihat dress yang dikenakannya. Ini tidak cocok bertemu calon mertua, iya kan? Ia rasanya ingin kembali dan memakai pakaian formal yang layak.

"Sayang putar balik, aku tidak percaya diri. Aku harus—"

"Kita sampai!" Yunho membunyikan klakson mobil dan seketika pagar rumah besar di depannya langsung terbuka.

Jaejoong benar-benar terkejut, bibirnya terbuka dan ia menatap tak percaya Yunho. Mereka sudah tiba di rumah Yunho. Dan penampilannya seperti ini. Ia hendak menangis, first impression pada mertua adalah yang terpenting menurut orang-orang. Ia harus menunjukan bagaimana dirinya dengan baik. Bukan seperti ini.

Dress yang dipakainya bermodel sabrina. Bahunya terbuka dan ia hanya menggerai rambutnya, semestinya ia menggelungnya atau sedikit menatanya dengan Irene dan asisten rumah tangga lainnya. Tas tangannya juga tidak sesuai. Ia berdandan dengan natural karena semula ia hanya akan pergi dengan Yunho. Tetapi Yunho membohonginya, dan mereka berakhir ke rumah Yunho.

Astaga, Jaejoong mulai panik. Ia lantas teringat ucapan Irene. Jika pria sudah mengenalkan wanitanya kepada orang tuanya, itu artinya dia ingin berhubungan serius dengan si wanita. Maka saat itu tepat baginya untuk mengenalkan saudaranya juga.

Ucapan itu membuat Jaejoong mulai kesenangan. Yunho sudah serius padanya dan mungkin mereka akan menikah dengan cepat. Tapi, ia kembali cemberut dengan dress yang dipakainya.

"Kau ingin terus di mobil dan tidak mau keluar, hmm?"

Jaejoong menatap pada kekasihnya yang mulai turun, ia membuka pintu mobil dan turun sendiri. Ah, biasanya Yunho akan membukakan pintu mobil, tapi ia tidak peduli kondisi itu. Sekarang, ia hanya peduli pada penampilannya, andai ada Hermes, ia ingin meminjam sepatunya sebentar agar bisa berlari cepat.

"Kenapa kau tidak bilang akan ke rumahmu? Kau tahu, aku sangat tidak cantik untuk kemari!" Jaejoong lagi-lagi memasang wajah cemberut.

Yunho terkekeh, wajah kekasihnya menggemaskan saat seperti ini. Ia memegang tangan Jaejoong dan berucap, "Ingin terus memasang wajah itu? Ibuku pasti ada di ruang tamu, dan membaca majalah."

Jaejoong menggigit bibir bawahnya. Ah, benar-benar menyebalkan. Tapi ia harus segera merubah mimik wajahnya. Ia mengumbar senyum dan terkejut ketika seorang wanita cantik berdiri tiba-tiba di depannya. Ia nyaris termundur ke belakang andai Yunho tidak memegang dengan erat tangannya.

"Yun, siapa dia?" pertanyaan itu muncul dari si wanita dengan pandangan bingung dan memperhatikan dengan seksama Jaejoong.

Tersenyum, Yunho memperlihatkan genggaman tangannya, "Pacarku, Bu."

Apa? Jaejoong terkejut mendengar kata Bu dari Yunho. Ia memperhatikan wanita di depannya. Terlalu cantik untuk ukuran seorang ibu. Dan lagi, sangat terlihat muda.

"Pacarmu? Kau sudah memiliki pacar? Astaga, ayo masuk. Ibu bahkan tidak menyiapkan apa-apa untuk kedatangan pacarmu!" Nyonya Jung benar-benar terkejut karena anaknya membawa seorang wanita dikenalkan sebagai kekasih.

Jaejoong tersenyum kepada wanita itu dan Yunho membawanya untuk duduk di sofa. "Bu, aku ke atas sebentar, tolong temani kekasihku dan aku akan memanggil Ayah!"

Mendengar itu, Jaejoong menoleh kepada Yunho. Ia akan ditinggal berdua dengan ibu pria itu dengan kecanggungan yang ada. Jaejoong ingin menggeleng, namun tidak bisa. Ia harus menjaga image dengan baik agar first impression mereka terlihat baik.

"Sayang, kutinggal sebentar dengan ibuku, tidak apa-apa dia sangat baik!" Yunho tersenyum lebar, sejujurnya ia sengaja memberi ruang berdua wanita pertama dan wanita keduanya. Lebih lagi, ia tahu watak ibunya. Tidak sembarang wanita yang bisa mendapat persetujuan ibunya menjadi kekasihnya. Namun, ibunya sangat merestui wanita yang seperti Kyung Soojin. Barangkali karena Soojin tetangga mereka dan temannya sejak kecil. Seingatnya mantan kekasihnya dulu pun diberi restu dengan baik, hanya saja hubungan mereka kandas begitu saja.

Ia berharap, pilihannya kali ini pun akan direstui oleh ibunya.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana".

Rules 40 komentar.

Song Hye Kyo — Aphrodhite

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Song Hye Kyo — Aphrodhite.

.
.
.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang