Bab 27

600 162 52
                                    

"Kau tidak bisa terus menerus begitu, Nona!" Irene bersedekap dan menatap Jaejoong dengan lekat.

Bibir Jaejoong mengerucut, ia mengernyitkan kening dan segera menatap ke arah Irene setelah memandangi cincin dengan berlian yang dibelikan Yunho. Aah, ini perhiasan kedua yang diberikan pria itu. Sebelumnya, ia sudah dibelikan satu gelang dari brand yang sama, Cartier. Itu pada saat mereka bertemu Dahyun dan Sung-il beberapa minggu lalu. Jaejoong senang sekali karena pria itu membelikannya perhiasan. Bukan karena ia tidak mampu membeli sendiri, jelas berbeda karena ini pemberian Yunho, ia selalu memakainya serta cincin yang dibelikan pria itu juga. Sejak disematkan kepadanya ia tidak melepas.

"Apa maksudmu?" ia tidak mendengar ocehan Irene sejak tadi. Baginya memandangan pemberian yang terkasih begitu indah.

Mendesah Irene benar-benar ingin berteriak di telinga Jaejoong, sekarang wanita itu sudah benar-benar crazy love dengan Yunho, mabuk kepayang, dimabuk cinta dan entah apa lagi istilah untuk Jaejoong kepada pria itu. Bukannya Irene iri, ia hanya memperhatikan Jaejoong saja. Pasalnya semenjak pertemuan dengan Dahyun dan mereka membicarakan keterlibatan Poseidon dengan Ares, semua pembicaraan begitu saja terlewat.

Maksud Irene paling tidak setengah mantan penduduk gunung olympus ini berhati-hati dan siaga. Tetapi baik sang adik atau pun sang kakak keduanya sama. Jaejoong dimabuk cinta dengan Yunho, Hyunbin dimabuk cinta dengan Nana. Ia menggeleng apa mereka tidak memiliki sebuah rencana apa-apa. Bisa saja tsunami datang tiba-tiba dan tidak ada persiapan lah yang akan membuat mereka kalah.

"Kau dan Tuan Hyunbin, kalian sama saja. Mengapa tidak mengatur rencana? Park Sihoo dan koloninya bisa saja menyerang dan kalian hanya sibuk dengan masalah percintaan! Dan lagi kurang-kurangilah berciuman dengan si Jung itu!"

Telinga Jaejoong terjengit, ia menatap tak suka pada Irene meski tahu niat Irene mengingatkan. Tapi kata berciuman itu? Astaga ia bahkan tidak berciuman dengan Yunho sejak kembali dari hotel. Itu sudah lama sekali, dan kemarin ia baru mendapatkan ciuman lagi sedikit lebih lama dari sebuah kecupan, dan Irene mengomelinya.

"Rencana? Kau tidak usah khawatir, Oppa mengurusnya dan lagi dia mengatakan bahwa kita tidak perlu ikut campur dalam hal bisnis ini, mungkin jika perang bangsa olympus maka kita harus ikut menghadapinya tapi itu tidak terjadi, dan tak akan terjadi!" Jaejoong memberengut seraya mengambil ponselnya di atas meja, ia melirik Irene yang bagaikan seorang ibu mengomeli anaknya yang berkencan.

"Kita tidak tahu apakah perang akan terjadi, tapi kemungkinan itu ada!"

Jaejoong mendengus, Irene benar-benar cerewet sekarang. "Zeus tidak ada. Kita semua tidak tahu siapa yang dipilih menjadi penerus Zeus karena dia sudah tidak ada. Dia tidak mau kembali, dan hanya memberikan kekuatannya kepada orang pilihannya. Kau tahu artinya itu? Tidak ada yang tahu Zeus berada dipihak mana, tidak ada yang berani memulai peperangan bahkan Hades sekali pun!"

Menjilat bibirnya, Jaejoong benar. Irene nyaris melupakan itu. Namun menurutnya Poseidon berbeda. Meski Poseidon dan Ares memiliki kekeluargaan ketika silsilah pada negeri Olympus tapi sekarang berbeda. Mereka mencari sendiri siapa yang ingin direkrut sebagai keluarga dan koloni. Jaejoong beruntung bertemu Ares, dan Hyunbin yang malang beruntung bertemu Siren. Mereka saling menguntungkan, saling menyayangi dan melindungi. Persaudaraan itu tiba-tiba terbentuk dan sangat pekat hingga ratusan tahun. Irene beruntung bertemu Jaejoong, sejak bertemu dengan wanita itu, ia merasa menjadi Nimfa yang benar-benar layak bagai manusia. Tidak ada yang merundungnya, melecehkannya secara seksual dan memaksanya melakukan hal yang tidak disukainya. Karena pertemuan dengan Jaejoong adalah sebuah perlindungan baginya, Hyunbin selalu ada di samping Jaejoong dan tidak ada yang bisa mengganggu Jaejoong, karena jelas konsekuensinya adalah menghadapi Ares.

SirenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang