Mendengar itu, Yunho terkejut sekali. Ayahnya sudah menemui Hyunbin untuk melamar Jaejoong. Sejenak Yunho terdiam, kemudian ia segera menutup mulutnya, orang tuanya bergerak secepat ini? Ia benar-benar di buat syok lagi. Mengapa banyak kejadian tidak terduga? Ia bahkan belum bicara apa-apa dengan Jaejoong tentang hubungan mereka ke depan.
"Kenapa wajahmu seperti itu? Kau terlihat tidak senang?"
Menatap segera kepada Jaejoong, Yunho menggeleng dengan cepat atas tudingan yang diberikan kekasihnya itu. Bukannya tidak senang, tapi ini mengejutkannya. Tidak ada yang mereka bicarakan padanya. Bahkan bertanya apa kah ia siap menikah atau tidak.
Ini semua sangat tiba-tiba.
"Tidak, aku hanya terkejut Baby, ayah tidak berkata apa-apa tentang ini, dan lagi kita belum memutuskan apa-apa," ya, mereka belum selesai membicarakan hubungan ini akan dibawa kemana. Apakah segera menikah atau menunda dahulu.
Jaejoong mengernyitkan kening mendengar jawaban Yunho. Memang benar mereka belum memutuskan apa-apa, tapi dari gaya bicara Yunho, pria itu nampak tidak senang karena hal ini. Jujur, ia kecewa. "Ah ya, kita belum memutuskan apa-apa. Tapi orang tuamu sudah bergerak."
"Aku akan bicara dengan mereka nanti, jangan khawatir," Yunho tersenyum dan duduk di samping Jaejoong, ketika tangannya hendak memeluk Jaejoong, ia cukup terkejut karena mendapat penolakan dari wanita itu. Tangannya ditepis. Yunho paham sekali jika ia ditolak seperti ini. "Kau marah Baby?"
Jaejoong menatap ke arah lain. Ia ingin berteriak bahwa ia kecewa dengan ekspresi Yunho. Pria ini serius atau tidak? Ia sudah senang sekali karena orang tua Yunho sudah bergerak untuk melamarnya pada Hyunbin, tapi Yunho?
"Aku tidak marah? Kenapa harus marah? Ah, kau lanjutkan saja olah raga, aku akan—" Jaejoong nyaris memekik ketika Yunho memeluknya dengan setengah memaksa. Ia menoleh menatap wajah pria itu, dan lagi-lagi ia terkejut karena Yunho mulai menempelkan bibir di bibirnya.
Pria itu menciumnya dan menuntut agar bibirnya membuka serta membalas ciumannya. Ia ingin mendorong tubuh Yunho, dalam situasi sekarang ia sedang tidak bergairah untuk berciuman. Jadi, Jaejoong benar-benar mendorong tubuh Yunho, hingga pria itu sadar bahwa ia menolak.
"Kenapa lagi hmm? Kau bilang tidak marah, tapi kau menolakku!" Yunho menatap Jaejoong dengan lekat, ia menjauhkan diri dari Jaejoong dan menatap ke arah lain.
"Aku tidak marah, aku hanya kecewa dengan reaksimu yang begini, kau kira aku akan mood untuk dicumbu? Aku sedang merasakan bahwa kau menolakku lebih dahulu!" Jaejoong mendesah, lagi ini harus dibahas. Ya, memang sepertinya harus dibahas dengan tuntas agar tidak terus berlanjut. "Sebenarnya kau ingin menikahiku atau tidak. Katakan dengan jelas saja, kau ingin menikahiku dengan cepat atau kau masih menginginkan aku menunggumu hingga karirmu stabil atau—"
"Aku akan menikahimu!" Yunho meninggikan nada suaranya dan menatap lekat pada Jaejoong. Ia serius, ia akan menikahi Jaejoong sesuai apa yang nanti akan dikatakan orang tuanya. Mereka sudah turun tangan, akan mempermalukan keluarga jika memilih menunda sementara ayahnya sudah mendatangi Hyunbin untuk hal itu. Lagi pula ia sudah menentukan tadi, ia hanya terkejut saja dengan ayahnya bergerak sangat cepat.
"Kau yakin?" Jaejoong terbelalak, ia tidak mau menekan Yunho. Ia tidak ingin pernikahan sebentar kemudian berpisah karena merasa ia menekan untuk dinikahi.
"Sangat yakin," sahut Yunho, ia mencoba membuang semua yang ia rencanakan. Benar kata ibunya, bahwa semua yang diinginkannya bisa berjalan dengan Jaejoong ada di sampingnya lebih dahulu.
"Tidak bercanda?" Jaejoong memandang sangat lamat Yunho, mimik wajah serius pun terlihat tak main-main.
Yunho mengangguk, ia menarik perlahan leher Jaejoong dan mencium kembali bibir wanita itu. Saat ini, ia ingin mencecap rasa manis bibir Jaejoong. Ia ingin meluapkan semuanya dalam ciuman mereka. Semua takut yang tadi dirasanya hingga rasa lega bahwa pilihan tepat memang harus menikah dengan Jaejoong. Ah, mengenai kejutan yang sempat ingin diberikannya sudah hancur.
Bagaimana tidak, ia ingin memberikan Jaejoong kejutan dengan sebuah lamaran romantis. Tapi, semua sudah seperti ini. Jaejoong tidak akan terkejut lagi jika ia lamar karena tahu mereka akan menikah.
Melepas tautan bibir dari Jaejoong, Yunho menatap sekilas wajah cantik Jaejoong, kemudian ia kembali mencium dengan bergairah bibir Jaejoong. Posisi mereka pun sudah berubah, ia tadi merebahkan Jaejoong ke sofa dan sedikit menindih tubuh sang kekasih. Entah mengapa ia benar-benar merasa tak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja.
Jaejoong memeluk tubuh Yunho, ia membalas setiap lumatan yang sedang terjadi. Tetapi, Jaejoong segera membuka matanya yang terpejam kala mengingat bahwa ini rumah Yunho. Ia segera menepuk dada Yunho dan pria itu melepas ciuman mereka. Segera mendorong tubuh Yunho, Jaejoong membenarkan penampilannya.
"Sayang, bagaimana jika Ibu masuk tadi, astaga itu pasti akan memalukan!" Jaejoong menjilat bibirnya, ia rasa bibirnya mulai membengkak akibat isapan Yunho di sana.
"Ada yang salah jika aku harus mencium wanitaku? Bukannya kau bilang ingin merasakan menjadi Dahyun, hmm?"
Melongo, Jaejoong menatap tak percaya Yunho. Benar, ia berkata begitu. Tapi, Yunho selalu menjaga hubungan mereka tetap lurus. Ia tak percaya bahwa Yunho berkata begitu. "A-apa maksudmu? K-kau ingin melakukannya? Kau—"
"Kenapa tidak? Kau kan ingin merasakannya, aku akan melakukan itu aku—"
"Astaga, kau benar-benar sakit, Honey? Kau panas, benar, tadi ciuman kita terasa panas!" Jaejoong menyentuh kening Yunho, tapi tidak panas. Mengapa tiba-tiba Yunho berubah seperti ini? Apa Yunho salah makan?
"Aku tidak sakit, kau menggodaku sekali, mengapa datang kemari tiba-tiba, aku jadi ingin menciummu terus, kan," memeluk Jaejoong, Yunho sadar bahwa ia bicara kotor, vulgar dan terlihat seperti pria hidung belang. Tapi, ia memang merasa demikian, ia sedang tergoda dengan Jaejoong sekarang. Ia sendiri tidak tahu mengapa hal itu mencuat.
"Hon, kau benar-benar tidak baik. Kau bilang akan melakukan saat kita sudah menikah, dan kita masih belum. Kau harus menundanya sebentar lagi hmm?"
Terkekeh Yunho tahu bahwa Jaejoong mulai takut, ternyata wanita memang besar omong saja dibanding kenyataan. "Hmm, bukankah jika dokumen sudah diurus maka kita sudah sah, kau tahu pesta pernikahan lah yang membuat lama semuanya. Aku bisa melakukannya setelah dokumen pernikahan dari catatan sipil keluar, itu sama saja kan?"
Jaejoong terbelalak, ia menoleh kepada Yunho. Pria itu serius? Secepat itu? Yunho kenapa? Ia jadi bergidik ngeri. Apa kah ia benar-benar akan menyukai kegiatan itu seperti Dahyun? Jaejoong menelan ludahnya dan tidak bisa percaya bahwa Yunho memiliki sisi liar begini. Oh, ia harus bersiap-siap dan harus bertanya kepada iparnya.
Ah, ada dua kakak ipar, siapa yang lebih berpengalaman tentang hal ini. Nana atau Hyekyo?
.
.
.Rules yaaa.
PO masih ya. Ada 50 bab di PDF. 45 di WP.
.
.
.